Dua orang teman SMA mengirim undangan menikah (digital) nyaris berdekatan. Tanggal pernikahan mereka pun tak terlalu berjauhan (dalam waktu dekat ini). Dengan bercanda, mereka—para calon pengantin (catin) itu—memberi penjelasan nyaris serupa: “Nikahnya cepet-cepetan, biar nggak ngonangi masa pas bimbingan kawin (pra-nikah) disuruh nyanyi Tepuk Sakinah.” Kami sama-sama terbahak.
Yel-yel “Tepuk Sakinah” memang tengah jadi perbincangan dalam beberapa hari terakhir. Setiap pasangan yang hendak ke jenjang pernikahan kini akan diajak menyanyikannya ketika bimbingan kawin (pra-nikah) di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat.
Ada yang berdua saja. Bahkan ada juga yang serentak (bimbingan dilakukan serentak dengan pasangan yang hendak menikah). Hasilnya, suasana di KUA menjadi gemuruh: Seperti suasana ketika seorang guru mengajak siswanya menyanyikan yel-yel di jam pelajaran.
Bahkan, sekelompok petugas KUA ada yang niat betul membuat video demonya. Mereka sama-sama menyanyikan sekaligus memeragakan gerak “Tepuk Sakinah” sebagai tutorial—barangkali biar para calon pengantin (catin) punya panduan untuk menghafalnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Tepuk Sakinah terngiang-ngiang dan manjur di rumah tangga
Sejumlah kawan, baik yang sudah menikah, akan menikah, atau yang belum berencana ke jenjang pernikahan, ramai-ramai membagikan kesan mereka usai berkali-kali video Tepuk Sakinah berseliweran di lini masa media sosial masing-masing.
Sama seperti warganet di media sosial, mereka meresponsnya dengan lucu-lucu.
“Awalnya dengernya ada ilfeel-ilfeel-nya, eh malah lama-lama hafal di luar kepala.”
“Yel-yelnya udah hafal, tapi jodohnya belum kelihatan.”
“Dulu waktu nikah sih nggak ada ginian. Bersyukur. Tapi kok malah jadi hafal sendiri gara-gara FYP. Tapi nggak apa-apa, lumayan buat hiburan kalau lagi marahan sama suami.”
“Terngiang-ngiang, Cuk.” Begitu komentar-komentar mereka atas Tepuk Sakinah.
Saya sendiri, terus terang saja, juga turut terngiang-ngiang. Belakangan, kalau pulang kantor, alih-alih uluk salam, saya akan membuka pintu dengan menyanyikan yel-yel Tepuk Sakinah. Itu ternyata membuat istri saya terbahak. Mau masuk atau keluar kamar mandi juga begitu.
Bahkan, kadang ketika suasana di kontrakan kami hening—misalnya ketika saya lagi fokus mantengin ponsel—tiba-tiba yel-yel itu keluar dari mulut istri saya. Suasana kontrakan berubah gayeng.
Kami belum pernah membaca liriknya. Tapi dari mendengarnya saja, kami malah sudah hafal luar kepala. Dan lebih dari itu, Tepuk Sakinah ternyata manjur untuk menciptakan suasana harmoni—paling tidak di keluarga kecil kami. Bajigur tenan. Saya tidak punya alasan untuk ilfeel sama yel-yel ini.
Gen Z jadi tak takut nikah, tapi takut tak hafal Tepuk Sakinah
Sebagian banyak Gen Z merasa paling terdampak dengan hadirnya yel-yel Tepuk Sakinah di bimbingan kawin (pra-nikah). Sebab, yel-yel tersebut muncul ketika mereka sedang di jalan menuju jenjang pernikahan.
Misalnya Velinda (23), Gen Z asal Depok, Jawa Barat. Dalam perkiraannya, dia baru akan menikah di umur 25 atau 26 tahun. Masih dua/tiga tahun lagi.
Lihat postingan ini di Instagram
Sebagaimana umumnya tren pernikahan Gen Z saat ini, Velinda membayangkan akan menikah secara intimate dan sederhana saja: Cukup akad di KUA, lalu sah. Sisanya tinggal quality time bareng suami.
“Malah KUA punya gebrakan Tepuk Sakinah hahaha. Dulu sih takut ke pasca nikahnya. Kayak, bisa nggak kami jadi pasangan dengan rumah tangga yang sehat. Kalau punya anak nanti apa bisa ngasih kehidupan dan pendidikan layak. Gitu-gitu,” ujarnya, Kamis (25/9/2025).
Sekarang, Velinda justru lebih takut dengan Tepuk Sakinah. Takut nggak hafal lirik dan gerakannya. Dan lebih-lebih takut canggung kalau melihat ada KUA yang membuat bimbangan ke calon pengantin (catin) secara serentak. Rasanya pasti aneh sekali.
“Tapi itu lucu-lucuan aja. Kalau mau jujur, ya memang kayak nggak relate aja sama Gen Z. Model Tepuk Sakinah itu gaya boomer. Sementara Gen Z ini penginnya deep, intimate, elegan, dan yang jelas nggak usah ribet-ribet,” tutur Velinda.
Hanya saja, Velinda tak menampik, setelah membaca liriknya—dan kalau mau fokus pada makna liriknya—Tepuk Sakinah ini biarpun terdengar “kekanak-kanakan” (karena menyuplik lirik “Kalau Kau Suka Hati”), tapi punya pesan subtil yang relevan untuk pasangan suami istri.
Terlalu bercanda untuk mengarungi bahtera rumah tangga?
Warganet memang terbelah dua. Ada yang menanggapinya dengan lentur seperti Velinda, tapi ada juga yang menangkapnya dengan kelewat serius seperti Yudho (24).
Yudho memang belum punya rencana menikah. Namun, dengan pacarnya, dia kerap berdiskusi hal-hal yang dia sebut prinsipil untuk mengarungi bahtera rumah tangga.
“Karena menikah itu harusnya sekali seumur hidup. Jadi nggak bisa main-main. Persiapannya harus serius. Nggak cuma finansial, tapi juga hal-hal prinsip lain,” ujar pemuda asal Malang, Jawa Timur, itu.
Yudho mengerti, yel-yel Tepuk Sakinah sebenarnya hanya selingan saja. Para calon pengantin (catin) pada dasarnya tetap akan mendapat bimbingan kawin (pra-nikah) yang serius dari KUA.
Akan tetapi, bagi Yudho, bimbingan kawin—yang selama ini sudah berjalan—saja masih belum bisa menekan angka KDRT hingga perceraian. Beberapa orang mungkin akan menganggap, cara “gayeng” seperti Tepuk Sakinah akan membuat justru pesan pernikahan akan sampai kepada catin.
“Tapi entah kenapa bagiku, perlu ada materi yang lebih tepat sasaran. Misalnya, bimbingan itu berupa workshop soal tata kelola rumah tangga. Soal finansial, manajemen konflik,” ujar Yudho.
“Jadi berupa workshop yang konkret. Karena pengalamanku dari berbincang dengan saudara dan teman, bimbingannya biasanya terkesan Cuma formalitas belaka,” sambungnya.
Memudahkan mengingat pilar keluarga samawa
Merespons viralnya Tepuk Sakinah, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad, menjelaskan bahwa yel-yel itu dibuat untuk memudahkan para catin dalam mengingat lima pilar keluarga sakinah. Selain juga untuk menciptakan suasana pembekalan yang lebih hidup.
Adapaun Lima pilar keluarga sakinah yang diajarkan meliputi: Zawaj (berpasangan), Mitsaqan Ghalizan (janji kokoh), Mu’asyarah Bil Ma’ruf (saling cinta, hormat, menjaga, dan berbuat baik), Musyawarah, serta Taradhin (saling ridha). Dengan format yel-yel, nilai-nilai tersebut diharapkan lebih mudah diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari.
“Gerakan tepuk tangan dalam Tepuk Sakinah bukan sekadar seremonial. Pesan yang dibangun adalah agar pasangan mampu mencairkan suasana ketika terjadi konflik dengan kembali mengingat esensi keluarga sakinah,” ujar Abu Rokhmad di Jakarta, Kamis (25/9/2025) sebagaimana keterangannya dimuat dalam rilis resmi Kementerian Agama (Kemenag) RI.
Menekan angka perceraian
Tepuk Sakinah juga diharapkan menjadi media efektif untuk menumbuhkan kesadaran bagi pengantin atau calon pengantin dalam membangun fondasi keluarga sakinah. Mencakup prinsip keadilan, keseimbangan, dan kesalingan.
“Karakteristiknya, jelas Abu, antara lain dibangun atas perkawinan yang sah dan tercatat, dilandasi prinsip nondiskriminasi dan nonkekerasan, serta dirawat dengan kasih sayang dan moderasi beragama,” kata Abu.
Selain itu, materi Bimwin juga memberikan pembekalan yang lebih komprehensif. Catin dibimbing mempersiapkan keluarga sakinah secara menyeluruh, mulai dari pengelolaan psikologi dan dinamika keluarga, keuangan rumah tangga, kesehatan reproduksi, hingga persiapan membangun generasi berkualitas.
“Karena program Bimwin ini bertujuan menyiapkan catin membentuk keluarga yang kuat, menurunkan angka perceraian, dan meningkatkan kualitas rumah tangga,” beber Abu.
Agar itu terwujud, Abu menyebut Kemenag juga menyiapkan instumen untuk betul-betul mendukung. Misalnya, di tahun 2025 ini, Kemenag mencetak 600 fasilitator Bimwin.
Mereka mendampingi catin tidak hanya sebelum menikah, tetapi juga setelah menikah melalui program lanjutan seperti Sekolah Relasi Suami-Istri (SERASI), Konsultasi, Mediasi, Pendampingan, Advokasi (KOMPAK), serta Layanan Bersama Ketahanan Keluarga Indonesia (LESTARI).
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Menikah dengan Anggota Pencak Silat Penuh Atraksi, Niat Ekspresikan Kebanggaan Malah Dicap Jamet atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












