Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kecamatan Tempel Sleman Tak Cocok Bagi Mahasiswa UGM-UNY Mageran, Terlalu Jauh Buat Nglaju Tapi Terlalu Dekat Untuk Ngekos

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
5 Agustus 2024
A A
Kecamatan Tempel Sleman Tak Cocok Bagi Mahasiswa UGM-UNY Mageran, Terlalu Jauh Buat Nglaju Tapi Terlalu Dekat Untuk Ngekos,MOJOK.CO

Ilustrasi Kecamatan Tempel Sleman Tak Cocok Bagi Mahasiswa UGM-UNY Mageran, Terlalu Jauh Buat Nglaju Tapi Terlalu Dekat Untuk Ngekos (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kecamatan Tempel Sleman adalah tempat tinggal yang serba nanggung, khususnya bagi para mahasiswa yang kuliah di UGM dan UNY. Dibilang jauh, tidak; tapi kalau mau dikatakan dekat, ya nggak juga. Mereka pun akhirnya serba dilema apakah harus memilih nglaju atau ngekos saja.

***

Secara geografis, Tempel merupakan salah satu kecamatan di Sleman diikat langsung oleh provinsi tetangga, Jawa Tengah. Ia menjadi pintu masuk Sleman dari sisi utara, khususnya arah Magelang.

Kawasan seluas 4.799 hektar ini didominasi oleh dataran tinggi. Makanya, suhu udara di Tempel sangat sejuk dan cocok buat dijadikan tempat tinggal. Memasuki sore hari, suasana sangat syahdu.

Kendati demikian, bagi Dewi (20), tinggal di Tempel Sleman bikin dia menderita. Bukan karena daerahnya yang buruk atau tak layak huni, tapi lebih ke jarak tempuhnya ke pusat Kota Jogja yang serba nanggung.

Mahasiswa UGM ini mengaku, untuk berangkat ke kampus, waktu tempuh yang dibutuhkan adalah sekitar 40 menit. Ini belum termasuk kemacetan di jalan yang biasanya tak terduga.

“Tahu sendiri kan Jalan Magelang seperti apa. Kadang ramai lancar, tapi di hari-hari tertentu macet parah. Kalau sedang macet gitu, buat ngampus saja bisa habis sejam di jalan,” kata perempuan asli Tempel Sleman ini saat Mojok wawancarai pada Sabtu (3/8/2024) malam.

Kalau sudah begini, maka tak ada cara lain bagi dia selain berangkat lebih pagi. Apalagi, di semester-semester awal perkuliahannya, Dewi kerap masuk pukul 7.30 WIB. 

“Buat amannya jam 6 lebih sudah berangkat. Berarti kan jam 5-an sudah harus mandi. Padahal tahu sendiri kan di Tempel kalau pagi airnya kayak es,” kata Dewi. “Makanya, Tempel itu nggak cocok buat mahasiswa mageran,” tegasnya.

Nglaju Tempel Sleman ke UGM bikin badan remuk, tapi kalau ngekos buang-buang duit

Saat mendapat pengumuman diterima di UGM, diskusi alot langsung terjadi di antara Dewi dan kedua orang tuanya. Topiknya jelas, buat menentukan apakah anaknya itu harus nglaju atau ngekos.

Perempuan asli Tempel Sleman ini pun sebenarnya cuma iya-iya aja. Kata dia, sebagai anak yang baik, cuma bisa manut apa keputusan akhir orang tuanya.

Menurut Dewi, sang ibu awalnya meminta dia buat ngekos saja. Pertimbangannya biar nggak capek di jalan. Selain itu, kalau ada kegiatan malam hari di kampus, ia juga tak perlu jauh-jauh pulang ke rumah.

Namun, setelah mempertimbangkan banyak hal, ternyata ngekos memerlukan biaya tak sedikit. Uang kos bulanan, ditambah uang jajan, makan, bensin, dan kebutuhan lain, jumlahnya bisa dua kali lipat ketimbang nglaju.

“Kalau nglaju kan paling cuma buat bensin sama jajan. Makan bisa dirapel di rumah. Hahaha,” kelakarnya.

Iklan

Karena pertimbangan itu, orang tuanya pun membuat “masa probation” selama sebulan buat Dewi nglaju. Kalau terlalu capek maka akan diputuskan ngekos saja. Namun kalau ia menikmati, maka seterusnya ya nglaju dari Tempel Sleman ke UGM.

“Aslinya capek banget, sumpah. Cuma aku nggak berani ngomong ke ortu karena nglaju emang ngirit banget. Makanya sampai sekarang nglaju. Untung jadwal kuliah udah nggak pagi-pagi banget.”

Baca halaman selanjutnya…

Suka numpang di kos-kosan teman. Aslinya nggak enak, tapi harus dipilih ketimbang ketemu klitih di Jalan Magelang.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 6 Agustus 2024 oleh

Tags: kecamatan tempelkecamatan tempel slemanmahasiswa ugmslemanTempeltempel slemanUGM
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Pendidikan

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

11 Desember 2025
UB Kampus Liar, UGM Ajari Mahasiswa Gak Omong Kosong MOJOK.CO
Esai

Pengalaman Saya Menjadi Mahasiswa yang Jago Bertahan Hidup di UB, lalu Tiba-tiba Menjadi Pintar ketika Kuliah di UGM

9 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.