Teknisi pesawat, orang di balik kelancaran pesawat haji
Banyak istilah teknis perangkat elektronika dunia aviasi yang Faris urus. Secara spesifik, ia belajar kelistrikan arus rendah. Di pesawat, salah satu contoh sederhana yang kerap ia urus adalah Interface Entertainment atau monitor di depan kursi penumpang.
“Itu pertama dicek, kalau bermasalah nanti kami routing, ya kayak ngulur kabel mencari permasalahannya,” kelakarnya.
Hari itu, Faris bercerita baru saja melakukan perawatan pesawat untuk penerbangan haji milik Garuda Indonesia. “Harusnya sih hari ini selesai itu karena bulan depan sudah waktu musim haji,” katanya yang hari itu shift pagi.
Lelaki asal Sidoarjo ini mengaku senang bisa terlibat dalam merawat pesawat yang mengantar umat muslim Indonesia melakukan rukun Islam kelima itu. Beberapa teknisi pesawat bahkan berkesempatan untuk ikut melakukan pemantauan di bandara Arab Saudi. Namun, Faris belum dapat kesempatan itu.
“Wah itu jadi sesuatu yang menarik dan diharap-harapkan banyak orang. Bisa ikut bertugas di sana sekalian ibadah. Tapi belum rezekiku,” katanya tertawa.
Tantangan dan sisi menarik jadi teknisi pesawat
Bagi Faris, kesempatan itu memang jadi sesuatu yang diidam-idamkan saat bekerja di bidangnya. Namun, selain itu masih banyak hal menarik lain yang ia dapat.
“Salah satu privilege kami di GMF ya per tahun ada jatah tiket gratis penerbangan domestik Garuda Indonesia untuk satu keluarga. Bisa untuk liburan. Tapi kemarin baru aku pakai mudik ke Surabaya,” kata bapak satu anak ini.
Selain itu, hal menarik lain tentu saja bisa berinteraksi dengan dekat dengan berbagai jenis pesawat Boeing hingga Air Bus. Sedangkan tantangan, seperti yang ia ceritakan sebelumnya adalah soal besaran nilai perangkat-perangkat yang ia urus.
“Ya kadang deg-degan aja ini barang harganya bisa ribuan dolar kalau yang critical item,” tuturnya.
Di industri penerbangan, waktu juga jadi hal yang sangat berharga. Bukan hanya urusan jadwal penerbangan, tenggat perbaikan unit pesawat juga tidak bisa mundur barang satu jam.
Sejak awal, Faris sudah berstatus sebagai pegawai tetap. Jika ingin menapaki jenjang karier, ia perlu melakukan pendidikan lanjutan setelah D3 PENS. Pendidikan lanjutan itu berupa sertifikasi, karena setiap perawatan setiap jenis pesawat memang perlu keahlian khusus.
Jadi teknisi pesawat saat dunia penerbangan sedang terpuruk karena pandemi, kini situasinya perlahan membaik. Ia juga optimistis bahwa ke depan dunia penerbangan Indonesia bisa makin berkembang.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Perjalanan Melawan Aerophobia, Ketakutan Luar Biasa untuk Naik Pesawat
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.