Menteri Lingkungan Hidup (LH) sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup RI, Hanif Faisol Nurofiq, menunjukkan respons berbeda saat sidak pengelolaan sampah di Surabaya dan Jogja.
Sebelumnya, saat sidak di Jogja, Hanif mengaku kecewa. Sementara saat sidak di Surabaya, Menteri LH tersebut benar-benar memberi apresiasi. Maka, agaknya Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja perlu “meniru” apa yang dilakukan Kota Pahlawan terkait penanganan masalah sampah.
“Seret” pihak yang bersalah atas sampah di Kota Jogja
Senin (18/11/2024), Hanif melakukan sidak di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Mandala Krida, Kota Jogja. Mendapati sampah-sampah yang menumpuk dan semrawut, dia sontak tak bisa menyembunyikan kegeramannya.
Hanif menilai, pemerintah daerah—dalam hal ini adalah Pemkot Jogja—tidak serius dalam menangani masalah sampah. Oleh karena itu, Menteri LH itu secara terang-terangan menegaskan akan menyeret pihak-pihak yang bersalah atas masalah sampah Kota Jogja ke jalur hukum.
“Ini mencemari lingkungan. Dengan kapasitas 300 ton per hari, sampah dari sini ke mana dibuangnya? Harus ada yang bertanggung jawab atas kondisi ini,” ujar Hanif saat sidak di hadapan awak media.
“Jika terbukti ada pelanggaran, saya akan menyeret pihak yang bersalah ke jalur hukum sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008,” tegasnya dengan raut wajah dan nada kecewa.
Persoalan sampah di Jogja bisa dibilang makin semrawut paca ditutupnya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Piyungan pada April 2024 lalu. Maka, dia meminta Pemda segera mencari solusi. Bukan malah terkesan membiarkannya tanpa pertanggung jawaban.
“Jika pengelolaan di hulu dilaksanakan dengan baik, sampah tidak akan menumpuk di TPA. Penanganan harus dimulai dari sumbernya,” ujar Hanif.
Dia pun menyebut akan segera memanggil pihak-pihak dari Pemkot Jogja untuk dimintai keterangan lebih detil.
Pengelolaan sampah di Surabaya harus ditiru
Sehari setelahnya, Selasa (19/11/2024), Menteri LH melanjutkan sidak ke Surabaya, juga untuk mengecek pengelolaan sampah. Dia langsung menuju ke Bank Sampah Induk dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) Benowo.
Berbeda dengan saat ke Jogja, saat di Surabaya Menteri LH mangapresiasi betul langkah Pemkot Surabaya dalam. penanganan sampah. Apalagi dia melihat, pengelolaan sampah di Kota Pahlawan juga turut didukung masyarakat setempat melalui kegiatan kreatif dalam memanfaatkan sampah plastik low-grade seperti sachet mie instan atau kopi.
“Surabaya sudah demikian maju dalam pengelolaan sampah. Saya akan adopsi, replikasi, dan skill up langkah Pemkot terhadap pengelolaan sampah,” tutur Hanif dalam keterangan tertulis yang Mojok dapat.
“Termasuk area Sungainya. Seperti yang dilakukan oleh Surabaya sejak beberapa tahun yang lalu melalui Sungai Kalimas menjadi bersih, kami akan skill up sampai ke ujungnya. Tentunya kami akan replikasi untuk sungai-sungai di Jakarta dan kota-kota besar yang lainnya,” sambungnya.
Saat sidak di Jogja pun, Hanif memang sempat menyinggung kota-kota percontohan yang bisa ditiru—termasuk ditiru Pemkot Jogja—dalam pengelolaan sampah. Nama “Surabaya” menjadi salah satu yang Hanif sebut.
Kolaborasi atasi sampah di Surabaya
Untuk diketahui, merujuk data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, produksi sampah di Surabaya mencapai sekitar 1.800 ton hingga 2.000 ton per hari.
Namun, tercatat hanya dia angka 1.300 ton hingga 1.500 ton yang masuk ke TPA Benowo setiap harinya. Sementara sisanya telah direduksi oleh masyarakat melalui pemilahan sampah. Sebagai gambaran bahwa kesadaran masyarakat Surabaya dalam memilah sampah sudah cukup baik, sehingga volume sampah yang harus ditangani di TPA dapat berkurang.
Atas hal tersebut, Menteri LH menekankan akan segera berkolaborasi dengan Pemkot Surabaya. Sebab, harapannya, ke depan setiap RT/RW memiliki Bank Sampah Unit (BSU) dan setiap kecamatan memiliki Bank Sampah Induk.
Selain itu, Hanif juga mendorong hotel, restoran, kafe, dan kawasan khusus untuk bekerja sama dengan Bank Sampah Unit dan Bank Sampah Induk terhadap pengelolaan sampah.
“Sehingga beban sampah di TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) akan semakin berkurang. Pemerintah Daerah yang serius, seperti Surabaya akan kami skill up (tingkatkan),” tegasnya.
Sultan Jogja tak nyaman
Di hari yang sama saat Menteri LH ke Surabaya, Gubernur sekaligus Sultan DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X memanggail Pj. Walikota Jogja dak Sekda Kota Jogja. Sebagai respons atas ketidaknyamanannya atas hasil sidak Menteri LH di Depo Mandala Krida sebelumnya.
Dari hasil pertemuan tersebut, Sri Sultan menjelaskan bahwa kedatangan Menteri LH ke Depo Mandala Krida sebenarnya tidak di waktu yang tepat.
Jadwal pengambilan sampah di Depo Mandala Krida biasanya adalah sore hari. Sementara Menteri LH sidak di pagi hari. Alhasil, tentu saja dia hanya akan menemukan tumpukan sampah tanpa tahu secara utuh bagaimana rangkaian proses pengangkutannya.
“Saya minta kirim surat ke Pak Menteri. Pj Walikota dan Sekda Kota bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di Kotamadya. Sebetulnya pengurusan sampah itu seperti apa, ya kan. Mungkin beliau (Menteri LH) kan nggak paham dan tahunya ada tumpukan saja, kan gitu,” jelas Sri Sultan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (19/11/2024).
Sudah lakukan berbagai upaya
Usai pertemuan itu, Pj. Walikota Jogja, Sugeng Purwanto mengatakan, Pemkot Jogja sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah sampah di Jogja.
Saat ini, sekitar 170–180 ton sampah dari total 200 ton yang dihasilkan setiap hari sudah berhasil dikelola. Artinya, dari jumlah 200 ton tersebut, tersisa 20 ton yang masih menjadi pekerjaan rumah. Namun, keterbatasan fasilitas pengolahan dan lahan menjadi kendala utama.
“Kami sudah bekerja sama dengan pihak swasta yang mampu mengolah sekitar 40 ton sampah per hari. Kami juga sedang mempersiapkan pemasangan incinerator baru di TPA Piyungan, yang diharapkan beroperasi pada akhir Desember (2024), sehingga kapasitas pengelolaan bisa mencapai 200 ton per hari,” papar Sugeng dalam keterangan tertulis yang Mojok dapat.
Sri Sultan, menurut Sugeng, telah meminta Pemkot Jogja mempercepat langkah penanganan sampah, termasuk menjajaki kembali kerja sama dengan Kabupaten Bantul.
“Kami akan terus berkoordinasi untuk memastikan seluruh sisa sampah dapat terkelola dengan baik,” tegasnya.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Buang Sampah di Kota Jogja Harus Bayar Tak Bikin Masalah Kelar, Malah Datangkan Masalah Baru
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News