Ketika baru tinggal di Purwokerto, Baturaden langsung jadi tempat yang menarik perhatiannya. Dataran tinggi itu banyak diceritakan teman mahasiswa sepantarannya sebagai tempat yang indah sekaligus ladang memuaskan gairah.
Setidaknya, itulah kenangan awal Awan (25) soal Baturaden. Lelaki ini mulai tinggal di Purwokerto pada 2017 silam. Saat masuk di sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di sana.
Sebelum benar-benar menetap, Awan tentu sudah beberapa kali mengunjungi daerah itu. Namun, ketika tinggal di sana ia baru menyadari beberapa hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Purwokerto, di benaknya, sudah seperti kota-kota besar lain di Indonesia. Meski hanya berasal dari kota tetangga yakni Banjarnegara, perbedaannya sudah sangat signifikan dalam berbagai aspek kehidupan.
“Ada satu cerita dari temanku yang bikin aku kaget saat masa awal kuliah,” cetus Awan saat Mojok hubung Senin (1/7/2024) malam.
Semasa awal kuliah, mahasiswa tentu sedang mulai menjalin kedekatan satu sama lain. Mencari teman untuk jadi seorang rekan dalam menjalani dunia perkuliahan maupun kehidupan sehari-hari. Selain itu, juga membuka relasi romantis dengan orang yang menarik minatnya.
“Suatu ketika tiba-tiba temanku dihubungi cewek satu jurusan juga. Itu sudah malam padahal,” ungkapnya.
Ternyata, temannya diajak untuk menemani berbincang karena cewek itu sedang kesepian. Lokasinya pun bukan di kos. Melainkan di sebuah hotel di Baturaden.
Baturaden tempat mahasiswa di Purwokerto mencari hiburan
Sejak saat itu, ia jadi mengenal lebih jauh tentang Baturaden. Selain daerah dengan wisata alam yang mempesona, ternyata jadi destinasi bagi mahasiswa yang ingin melakukan mencari tempat hiburan saat malam.
“Teman-temanku menyebutnya dengan istilah ‘ke atas’ atau ‘ke utara’ buat menyebut Baturaden,” ungkapnya.
Baturaden sejak dulu punya berbagai tempat menarik untuk wisata. Ada taman, air terjun, pemandian air panas, dan sekarang juga dipenuhi dengan kafe hingga penginapan. Di jalan menuju Baturaden dari Purwokerto juga ada sebuah gang legendaris. Gang Sadar, yang jadi tempat seperti Gang Sarkem di Jogja.
Narasumber Mojok lainnya, Mali* (25), juga menyebut bahwa Baturaden menjadi tempat awal ia banyak menjelajahi dunia hiburan malam. “Di Jogja mungkin mirip dengan Kaliurang ya. Cuma ada beberapa perbedaan mendasar,” kata Mali.
Perbedaannya, sebagai tempat wisata Baturaden lebih lengkap dan areanya lebih luas. Sama-sama banyak penginapan juga.
“Selain itu mungkin karena di Jogja sudah lebih banyak pilihan tempat hiburan atau tempat untuk nakal. Purwokerto nggak sebanyak itu, jadi larinya di Baturaden,” ungkapnya.
Saksi mahasiswa belajar nakal
Masih jelas di ingatan Mali, saat masa awal kuliah di Purwokerto, ia berkenalan dengan seorang mahasiswi dari kampus lain melalui Instagram. Perkenalan itu membawanya ke hubungan yang belum pernah ia jalani sebelumnya.
Beberapa waktu setelah sering berbalas pesan, perempuan itu mengajaknya bertemu. Namun, pertemuan itu berlangsung di Baturaden.
Mereka bermalam di sebuah penginapan murah di Baturaden. “Aku ngerasa polos banget saat itu, tapi kok ya agak keterusan juga ternyata,” ungkanya terkekeh.
Meski tanpa ikatan, mereka tetap berkomunikasi setelah pertemuan pertama. Mali ingat, setidaknya hingga akhirnya mereka putus kontak, mahasiswi itu pernah bermalam dengannya tiga kali.
Namun, di luar pengalamannya itu, menurut Mali, Baturaden adalah tempat wisata yang menarik. Bahkan sangat ramah untuk keluarga. Selama menjadi mahasiswa di Purwokerto ia beberapa kali masih bermain ke sana bersama teman untuk sekadar melepas penat. Tanpa ada niat melakukan hal yang pernah ia lakukan bersama mahasiswi kampus tetangga.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News