Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Jadi Kota Pariwisata, tapi Sedikit Orang Jogja yang Kuliah di Kampus Pariwisata: Danais Harusnya Bisa untuk Subsidi

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
23 Maret 2024
A A
Sedikit Orang Jogja yang Kuliah di Kampus Pariwisata Jogja: Danais Harusnya Bisa untuk Subsidi MOJOK.CO

Ilustrasi Sedikit Orang Jogja yang Kuliah di Kampus Pariwisata Jogja: Danais Harusnya Bisa untuk Subsidi. (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Yogyakarta memiliki banyak kampus pariwisata, tetapi ternyata sedikit sekali orang-orang Jogja yang kuliah di kampus tersebut. Salah satu alasannya adalah mahalnya biaya sehingga tak terjangkau pelajar Jogja. 

“Tidak ada orang DIY yang mau sekolah di kampus pariwisata di Jogja. Kendalanya ternyata biaya,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia DIY, Deddy Pranowo Eryono dalam bincang bersama Mojok, Rabu (20/3/2024). 

Danais harusnya bisa untuk orang Jogja yang mau kuliah di kampus pariwisata

Deddy mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan hal ini ke Pemda DIY agar Dana Keistimewaan (Danais) bisa membantu orang-orang Yogyakarta untuk kuliah di kampus pariwisata di Jogja. “Separuh-separuh lah, separuh mahasiswa separuh dari Danais. Karena itu untuk pariwisata Jogja juga, pariwisata DIY kan berbasis budaya, mosok yang kerja malah dari luar Jogja,” kata Deddy. 

Menurut Deddy, konteksnya adalah perlunya karyawan di industri pariwisata yang berasal dari Jogja. Dalam industri pariwisata yang mengedepankan hospitality, masyarakat lokal yang jadi karyawan punya kelebihan untuk menjelaskan dan nilai-nilai masyarakat setempat.

Menurut Deddy Pranowo, perlu ada kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya hal ini. Selain itu penting untuk melakukan edukasi ke pelajar-pelajar SMA dan SMK di DIY untuk melanjutkan ke akademi pariwisata atau perguruan tinggi pariwisata di Jogja. 

“Saat ini yang kuliah kebanyakan orang luar pulau Jawa. Begitu lulus, mereka kembali ke kampung halamannya, jadi pejabat di sana,” kata Deddy yang juga pernah menjadi Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta. 

Jogja jadi gudangnya kampus pariwisata berkualitas

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY Bobby Ardyanto dalam sebuah kesempatan menyampaikan hal yang sama. Bahkan pernah ada anggotanya yang membuka lowongan kerja di industri pariwisata khusus untuk masyarakat Jogja, tapi yang mendaftar sangat sedikit. Jauh dari kuota yang disediakan. 

Di Yogyakarta sendiri perguruan tinggi pariwisata cukup banyak. Dalam catatan Mojok sendiri setidaknya ada 10 perguruan tinggi pariwisata dan  perguruan tinggi yang memiliki Jurusan Pariwisata. 10 perguruan tinggi pariwisata tersebut meliputi, yang meliputi, Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI), AKPARDA Yogyakarta, STIEPAR API Yogyakarta, Poltek API Yogyakarta, AKPARYO Yogyakarta, Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta, Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta, Akademi Pariwisata STIPARY Yogyakarta, dan Akademi Pariwisata INDRAPHRASTA Jogja.

Dua perguruan tinggi negeri yang juga punya Jurusan Pariwisata adalah Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Negeri Yogyakarta yang baru membuka program studi tersebut di tahun 2023. 

PHRI pertanyakan quality tourism yang ditawarkan Dinas Pariwisata DIY

Deddy Pranowo juga menyoroti soal kebijakan Pemda DIY yang saat ini mengarah pada quality tourism atau pariwisata berkualitas. Dengan arah kebijakan ini, maka kuantitas jumlah wisatawan yang datang ke Jogja tidak lagi menjadi prioritas.

Lebih penting adalah jumlah uang yang dibelanjakan di Jogja ketimbang jumlah wisatawannya yang datang. Artinya jumlah wisatawan yang datang sedikit tidak apa-apa, asal mereka banyak membelanjakan uangnya di Jogja. Ia khawatir kebijakan ini akan mengorbankan orang Jogja, terutama yang bergerak dalam industri pariwisata.

Kepala Dinas Pariwisata DIY yang juga Plh Walikota Yogyakarta Singgih Raharjo mengatakan, pariwisata berkualitas berarti fokusnya tidak lagi bagaimana bisa mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, melainkan bagaimana membuat wisatawan terkesan dan menghabiskan waktu lebih lama di Kota Yogya.

“Kita menuju quality tourism bukan mass tourism. Bukan kemudian jumlah yang kita dapatkan atau tujuan utamanya, tetapi bagaimana jumlah wisata yang kami harapkan berdampak positif dengan pertumbuhan ekonomi di DIY,” jelasnya seperti Mojok kutip dari Kompas.com.

Kasihan jika quality tourism korbankan penjual bakpia

Deddy Pranowo merasa keberatan jika quality tourism artinya menghindari mass tourism seperti yang Jogja lakukan saat ini. “Kalau menurut kami, quality tourism itu dari sisi hospilitynya, bukan dari sedikit wisatawannya tapi mereka belanjanya banyak,” kata Deddy. Itu mengapa ia meminta Danais bisa digunakan utnuk membiayi orang-orang Jogja yang ingin kuliah di kampus pariwisata. Tujuannya untuk meningkatkan kulitas hospitality dalam industri pariwisata di Jogja.

Iklan

Yogyakarta selama ini hidup karena massa tourism dengan banyaknya wisatawan. Menurutnya kasihan jika kemudian arah wisata di Jogja dibatasi. “Kasihan ribuan perajin bakpia yang mengandalkan banyaknya wisatawan yang datang ke Jogja,” kata Deddy. 

Ia mengakui mass tourism menimbulkan persoalan seperti sulitnya lahan parkir. Namun, justru di situ peran pemerintah untuk menyediakan lahan dan mengaturnya sehingga wisatawan nyaman di Jogja dan masyarakat ikut menikmati sektor wisata di Jogja. 

Saksikan selengkapnya di Langkah Kuda edisi pariwisata Jogja bersama Ketua PHRI Deddy Pranowo Eryono hanya di YouTube Mojok.co

Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin

BACA JUGA Tangis dan Kematian di Malioboro Jogja yang Tak Banyak Diketahui Wisatawan

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News.

Terakhir diperbarui pada 23 Maret 2024 oleh

Tags: Jogjakampus pariwisatalangkah kudapariwisata jogjaquality tourismwisata jogja
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO
Liputan

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang? MOJOK.CO
Esai

Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang?

18 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan MOJOK

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

21 Desember 2025
Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang? MOJOK.CO

Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang?

18 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025

Video Terbaru

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.