Stasiun Maguwo, Sleman, menjadi saksi perjuangan para pencari nafkah asal Solo yang kerja di Jogja. Stasiun kecil ini adalah pemberhentian terakhir sebelum bergelut dengan target kantor, dan titik awal buat kembali ke rumah untuk melepas lelah.
***
Stasiun Maguwo sendiri merupakan satu-satunya stasiun di Kabupaten Sleman yang melayani naik turun penumpang. Stasiun kelas II yang berlokasi di kompleks Bandara Adisutjipto ini hanya melayani KRL Commuter Line.
Ia pun menjadi andalan orang-orang untuk bepergian ke rute Jogja-Klaten-Solo ataupun sebaliknya. Makanya jangan heran, meski stasiun ini sangat kecil, ia tak pernah sepi.
Saat pagi, ia dipadati dengan mahasiswa dan para pekerja dari Jogja ke Solo maupun sebaliknya. Saking padatnya, jangan harap kalian bisa mendapatkan kursi di KRL. Begitu juga sore hari, saat jam pulang kerja, peluh dan wajah lelah para penumpangnya membaur menjadi satu di sini.
Berangkat gelap, pulang gelap
Salah satu penglaju asal Solo yang bekerja di Jogja adalah Annisa (26). Sudah dua tahun ia menjalani rutinitas PP via KRL untuk ngantor di Sleman.

Alhasil, Stasiun Maguwo pun menjadi tempat yang familiar baginya. Bagaimana tidak; lima hari dalam seminggu, ia selalu datang kesini. Baik sebagai pemberhentian terakhirnya dari Stasiun Balapan Solo, maupun jadi titik tunggu KRL yang akan membawanya pulang ke rumah.
“Boleh dibilang, dua tahun ini aku lebih sering ‘main’ ke Stasiun Maguwo daripada nongkrong di coffee shop Solo,” ujar Annisa, Selasa (11/3/2025) sore.
Tiap hari, pagi-pagi sekali, ibunya akan mengantar ke Stasiun Balapan. Biasanya, Annisa menggunakan KRL dengan jadwal keberangkatan pukul 6.18 WIB–KRL terpagi kedua dari arah Solo. Kira-kira pukul setengah delapan pagi ia sampai di Stasiun Maguwo.
Sementara untuk pulang ke rumah setelah selesai bekerja, jadwal keberangkatan setelah Maghrib Annisa pilih. Kata dia, sih, biar nggak melewatkan waktu salat di dalam KRL.
“Jadi boleh dibilang, aku ini berangkat gelap, karena jam enam di Solo itu masih remang-remang. Pulang pun sudah gelap,” ungkapnya, sambil tertawa.
Menurut pertimbangannya nglaju, lebih hemat dan aman
Melihat keputusannya nglaju tiap hari, ada beberapa pertanyaan template yang kerap dilontarkan oleh teman-temannya. Misalnya, “kenapa nggak ngekos?”, “kenapa nggak motoran aja?”, atau “bukannya boros banget?”.
Annisa sendiri menjelaskan, setiap hari ia…
Baca halaman selanjutnya…
Kalau dihitung memang hemat. Rp50 ribu sisa banyak. Tapi juga lebih capek.












