Daya rusak dari judi online (judol) amatlah nyata. Tak cuma menyasar masyarakat kelas bawah, nyatanya ia juga bikin seorang PNS yang hidupnya mapan menjadi penuh penderitaan.
Baron, demikianlah namanya minta ditulis, adalah PNS tersebut. Perkenalan kami berawal dari sebuah grup Facebook bernama “Rehabilitasi Korban Kecanduan Judi Online”. Jumlah anggotanya 13 ribu lebih. Baron salah satu member yang paling aktif membagikan kisahnya.

Kepada Mojok, Baron mengaku kecanduan judol sejak pandemi Covid-19 lalu. Penyebabnya karena ia melihat influencer Indrakenz mempromosikan Binomo yang kerap muncul di linimasa media sosoalnya.
“Akhirnya saya coba-coba. Menang dikit, merasa tertantang, sampai akhirnya egoku diaduk-aduk untuk main lebih banyak dan lebih sering,” ujarnya, saat diwawancara Mojok pada Sabtu (11/5/2024) lalu.
Hilang akal, kecanduan judol hingga berniat resign sebagai PNS
Sejak mengenal Binomo, Baron mulai mengulik website dan aplikasi judol lain yang dianggap lebih menguntungkan. Medio 2021 lalu, ia mengenal Quotex.
Melalui website ini Baron mengaku mendapatkan banyak kemenangan. Ia sampai tak bisa mencatat kemenangan demi kemengan–saking banyaknya.
Yang jelas, uang hasil kemenangan judol ini langsung ia gunakan untuk membeli barang-barang mewah. Salah satunya moge alias motor gede.
Bahkan, pada suatu malam, entah setan mana yang memberinya kemenangan. Baron ketiban jackpot sebesar Rp350 juta.
Pada situasi itu ia hampir kehilangan akal sehat. Sampai-sampai niat buat resign sebagai PNS pun terlintas di kepalanya.
“Karena waktu itu aku merasa hidup dari judol saja sudah enak. Nggak perlu kerja uang datang sendiri,” katanya, mengingat pikiran liarnya tiga tahun silam.
Bulan madu berakhir, yang tersisa adalah utang dan penyesalan
Baron mengatakan, untungnya saat itu sang istri melarangnya resign sebagai PNS. Sebab, nyatanya bulan madunya dengan rentetan kemenangan judol harus berakhir.
Duit Rp350 juta yang sempat ia menangkan, perlahan habis sedikit demi sedikit karena rentetan kekalahan. Tak sampai di situ, saldo rekening dan tabungan pribadinya juga sedikit demi sedikit ia pakai buat depo.
Celakanya, seperti kata pepatah: sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit. Tak terasa, saldo rekening dan tabungannya ludes tak tersisa.
“Benar-benar tak terasa. Tiba-tiba habis saja. Aku ingat pernah sehari depo sampai 5 juta, pernah juga 10 juta. Ludes,” sesalnya.

Motor gede hasil menang judi, juga raib. Moge itu dijual buat modal judol. Dan, lagi-lagi, tak ada nasib lain selain kesialan. Ia kembali kalah dan harus merelakan harta bendanya habis.
“Semua yang bisa dijual, saat itu aku jual. Perhiasan, HP, apapun itu. Rasanya aku hidup dalam pengaruh mesin judol.”
Rutin rehabilitasi dan berhasil melewati masa depresi
Sejak kekalahan tersebut, Baron mengalami depresi berat. Ia harus keluar masuk klinik psikiater buat memulihkan mentalnya yang diobrak-abrik oleh judol. Ia merasa sangat menyesal karena apa yang telah didapatkan dari jerih payahnya, sirna karena sebuah ego dan nafsu semata.
Sampai pada titik inilah reporter Mojok berkenalan dengan Baron melalui grup Facebook “Rehabilitasi Korban Kecanduan Judi Online”. Di grup ini, Baron bersama belasan ribu penyintas judol lainnya berbagi kisah agar jejaknya tak diikuti orang lain.
Baron hanyalah satu dari sekian banyak orang Indonesia yang hidupnya hancur gara-gara judi online. Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Indonesia mencatat, ada jutaan orang Indonesia yang nasibnya sama seperti Baron atau barangkali lebih mengenaskan karena memutuskan mengakhiri hidup.
AMSI sendiri berkolaborasi dengan TikTok Indonesia menggelar workshop online bertajuk #LawanJudol pada Selasa (18/3/2025) kemarin. Workshop ini menjadi bagian dari langkah nyata untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap bahaya judol di era digitalisasi yang semakin pesat.

Komitmen AMSI dan TikTok melawan judol
Dalam workshop online bertajuk #LawanJudol tersebut, Public Policy and Government Affairs TikTok Indonesia, Marshiella Pandji, menegaskan komitmen TikTok dalam memberantas konten perjudian online di platformnya.
“Kami menerapkan kebijakan tegas dan proaktif. Segala bentuk akun, aktivitas, atau konten yang berbau judol langsung kami larang,” ujarnya, sebagaimana dikutip Mojok, Senin (24/3/2025).
Bahkan, menurut Marshella, sepanjang Januari hingga Desember 2024 saja, TikTok telah menghapus sekitar 900.000 video terkait judol.
“TikTok berkomitmen untuk memerangi penyebaran perjudian online melalui kebijakan yang jelas, fitur keamanan yang kuat, dan moderasi ketat untuk melindungi pengguna, terutama generasi muda, dari risiko yang ditimbulkan,” tegasnya.
Selain kebijakan ketat, TikTok juga menghadirkan laman khusus #LawanJudol yang berisi informasi edukatif tentang bahaya judol, layanan aduan pemerintah, serta panduan bagi pengguna untuk melaporkan konten terduga judol.
“Jika menemukan konten mencurigakan, pengguna cukup tahan lama video, klik laporkan, lalu pilih kategori pelanggaran. Praktis dan cepat,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Selamat Datang, Post-Truth: Era di Mana Influencer Problematik Promotor Judol Lebih Dipercaya Ketimbang Ahlinya Ahli atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.