Adit Herman (48) bisa dikatakan sudah sangat berpengalaman menjadi petugas haji. Tahun 2024 adalah pengalaman ketiganya sebagai Petugas Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH). Tugas utamanya memang menjadi sopir. Namun, lebih dari itu, dia harus berkeliling Arab Saudi mencari jemaah nyasar.
***
Adit, sapaan akrabnya, adalah petugas haji asal Kudus, Jawa Tengah. Orang tuanya merupakan petani dan cukup sulit mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Adit bahkan tidak melanjutkan sekolah setelah SMP, karena tidak ada biaya.
Di masa remaja itu, Adit memilih belajar cara mengemudi dari pamannya, agar bisa bekerja menjadi sopir. Dia menghabiskan waktunya untuk mencari uang sambil berkenalan dengan banyak orang.
Perjalanan Adit ke Arab Saudi bermula dari persinggungannya dengan beberapa orang terdekatnya. Dengan bekerja di Arab Saudi, mereka bisa kerja sekaligus melaksanakan ibadah haji dan umroh sekalian.
“Saya itu anaknya orang miskin, anaknya orang nggak punya, tapi saya mau naik haji. Akhirnya, saya menyimpulkan untuk cari kerja di Arab Saudi, biar sekalian naik haji di sana,” katanya kepada Mojok, Selasa (12/11/2024).
Menjadi sopir di Arab Saudi
Saat usianya 23 tahun, persisnya pada 2007, Adit mulai mencari informasi soal lowongan kerja di luar negeri. Teman-temannya memberitahu jika ada salah satu perusahaan penyalur Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Jakarta.
Sebagai informasi, pemerintah Indonesia telah menyiapkan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), yakni badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri.
Bermodal keinginannya yang besar untuk bekerja dan naik haji, Adit akhirnya berangkat ke salah satu perusahaan yang terdaftar PPTKIS di Jakarta. Selama satu tahun di sana, Adit akhirnya mendapat tawaran kerja sebagai sopir pribadi dari keluarga Arab yang kaya.
Dia kemudian berangkat ke Arab Saudi tahun 2007. Dia merasa nyaman tinggal di sana, karena majikannya terbilang baik.
Tahun 2011 dan 2017, Adit berhasil mewujudkan keinginannya untuk melaksanakan ibadah haji berkat jerih payahnya menjadi sopir.
Gara-gara Covid-19, akhirnya jadi petugas haji
Selama 17 tahun, Adit melakoni pekerjaannya menjadi sopir pribadi keluarga kaya di Arab Saudi. Namun, pandemi Covid-19 membuat keluarga dari majikannya itu kesulitan secara ekonomi.
Adit pun merasa pekerjaannya mengantar jadi jarang, karena anak-anak bosnya sudah dewasa dan menikah. Rasanya seperti menganggur.
Akhirnya, dia berpikir untuk mencari pekerjaan di tempat lain. Pilihannya tetap bekerja sebagai sopir, karena dia merasa hanya itu keahliannya.
Dia pun mulai mencari informasi dari mulut ke mulut. Dari sana, dia jadi tahu kalau ada pendaftaran petugas haji menjadi sopir.
“Saya minta izin ke bos saya, saya bilang ingin daftar kerja di tempat haji. Boleh apa tidak? Alhamdulillah saya dikasih izin,” kata Adit.
Bersaing dengan 3000 pendaftar petugas haji
Adit pun mulai mendaftar Petugas Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) tahun 2022. Pilihannya jatuh kepada formasi PPIH Arab Saudi di bidang transportasi.
Sebagai informasi, Kementerian Agama membuka dua formasi PPIH. Pertama, PPIH Kloter yang merupakan kelompok terbang. Tugasnya menyertai jemaah haji dari keberangkatan ke Tanah Suci hingga pulang kembali ke Tanah Air. Formasinya terdiri atas ketua kloter dan pembimbing ibadah kloter.
Kedua, PPIH Arab Saudi, yaitu petugas yang akan memberikan pelayanan kepada jemaah haji selama berada di Tanah Suci. Formasinya terdiri atas petugas layanan akomodasi, konsumsi, transportasi, bimbingan ibadah, dan Siskohat.
Pendaftar PPIH memiliki dokumen syarat administrasi yang berbeda untuk setiap tugas yang dipilih. Adit mencari tahu seputar cara mendaftar jadi petugas haji melalui internet maupun teman-temannya.
Dia sendiri harus menyiapkan KTP, Ijazah, Surat Keterangan Sehat, SKCK, Surat Kemampuan Berbahasa Inggris dan Arab (diutamakan), dan lisensi mengemudi. Setelah melalui proses seleksi dua tahap, akhirnya dia diterima.
“Waktu itu yang mendaftar di sini itu dari mana pun ya, dari Timur Tengah ada, Arab Saudi, Jakarta, Kairo, banyaklah sekitar 3000 lebih, tapi yang diterima 1137 kalau tidak salah,” ucapnya.
Memburu jemaah nyasar yang ngamuk
Pertama kali menjadi petugas haji, Adit ditempatkan di Makkah. Tugasnya menjemput orang-orang yang kesasar. Dia mengklaim, setidaknya selalu ada tiga sampai empat orang yang kesasar per harinya.
“Saya pakai mobil kecil muter-muter, ngambil orang yang kesasar mau ke tempat hotel. Saya yang nyari mereka, sambil cari informasi di grup-grup sama tanya orang,” ucapnya.
Suatu kali, Adit pernah berbincang di depan hotel dengan para jemaah lain. Tiba-tiba, ponselnya berbunyi dari nomor tidak dikenal. Rupanya, telepon itu dari mahasiswa Arab Saudi yang menginformasikan ada jemaah haji yang kesasar sampai dua kilometer dari tempat hotel.
Mahasiswa yang niatnya ingin menolong jadi undur diri, karena jemaah lansia tersebut ngamuk-ngamuk. Bahkan sampai menyita KTP mahasiswa. Jemaah laki-laki itu curiga dengan mahasiswa yang akan menolong, karena mengira ada orang jahat yang mau mencelakainya.
Adit kemudian bergegas ke sana bersama salah satu ketua rombongan jemaah dan petugas keamanan Indonesia. Setibanya di sana, para petugas haji yang lain mencoba menenangkan jemaah tersebut. Namun, jemaah itu tetap ngamuk.
“Akhirnya saya pegang tangannya, langsung saya masukin ke mobil terus kami bawa ke rumah sakit. Saya pikir dia stres, kelelahan, takut sama orang tidak dikenal padahal kita niatnya baik,” ujar Adit.
Tidak ada kata kapok
Meski melelahkan menghadapi jemaah yang emosian, Adit tak pernah kapok. Dia mendaftar lagi menjadi petugas haji untuk sopir di tahun 2023 dan diterima.
Tugasnya saat itu sedikit berbeda. Dia diamanahi berkendara dengan bus tanggung. Tugasnya mengantar tamu dari Indonesia. Kadang-kadang yang dia antar orang-orang penting.
“Ya kalau beliau misalnya mau ke kantor, atau pingin diantar ke mana aku antar,” ucapnya.
Di tahun 2024, Adit diterima lagi dan ditempatkan di seksi khusus bersama para petugas haji yang lain. Petugas haji itu biasanya dari TNI, dokter, ketua kloter, dan sebagainya.
Apapun tugasnya, kata Adit, yang penting dia bisa berguna bagi orang lain. Terlebih, dia bisa mencukupi kebutuhannya berkat upah yang diterima.
“Saya dapat sekitar 15.000 riyal dalam dua bulan. Kalau dikurskan uang Indonesia ya sekitar Rp65 juta,” ucapnya.
Adit mengaku jumlah itu sebetulnya tidak jauh berbeda dengan pekerjaannya sebagai sopir taxi. Namun, dia cukup senang karena menjadi petugas haji bisa mengobati rasa rindunnya bertemu dengan orang-orang Indonesia.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Achmad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News