Grab Semarang yang berhati baik
“Mas, Semarang daerah terminal sini itu kejam. Banyak yang aji mumpung sama orang yang kesusahan,” ujar Man si driver ojol Grab tersebut saat mengajak saya berbincang. Pernyataan Man tersebut tentu saya amini. Sebab, saya sendiri di awal 2024 lalu sudah pernah menjadi korban betapa kejamnya Terminal Terboyo Semarang (tidak jauh dari Jalan Baru).
Man lantas menawarkan mengantar saya ke sebuah garasi travel Semarang-Jogja yang terpercaya. Ia tidak meminta bayaran, karena ia sendiri juga sekalian jalan pulang.
Opsi itu ia berikan karena untuk sampai ke garasi, ongkos ngojek (baik konvensional maupun ojol) cukup mahal. Saya tak menolak, karena saya pun ingin segera sampai di Jogja.
Setiba di garasi travel pun, Man tak lekas pulang. Ia meminta saya memastikan apakah masih ada slot kosong untuk perjalanan Semarang-Jogja malam itu. Mengingat, akhir pekan biasanya slotnya penuh.
“Saya tahu karena saya sering antar penumpang ke sini,” ungkap pria yang sebenarnya secara penampilan terlihat garang tersebut.
“Kalau ternyata penuh, nanti sampean saya antar ke Sukun, biasanya masih ada bus ekonomi berangkat. Kalau yang ke Sukun nanti baru saya hitung order, tapi pakai aplikasi dulu. Kalau yang ke sini nggak usah,” sambungnya.
Beruntungnya, untuk perjalanan Semarang-Jogja malam itu masih ada slot. Man lalu tersenyum lega sembari berpamitan.
Saya sempat mencoba memberinya uang sejumlah ongkos yang seharusnya dibayarkan kalau order lewat aplikasi. Tapi ia justru menolak.
“Soalnya tadi udah terlanjur nggak pesen lewat aplikasi, Mas. Jadi nggak usah lah,” ujarnya membuat saya heran, kok ada model driver ojol Grab seperti Man.
Akan tetapi saya memaksa. Akadnya bukan sebagai upah antara penumpang dengan driver Grab, tapi sebagai tanda terimakasih karena saya sudah ditolong dari kemungkinan terlunta-lunta semalaman di Semarang. Ia menerima, dengan senyum yang tulus meski kesan sangar dan garang masih tergurat di wajahnya.
Man lalu pamit jalan pulang. Sementara saya bersiap berangkat ke Jogja dengan kenangan yang berseliweran. Awal tahun 2024 lalu saya baru saja mengutuk liciknya calo-calo di Terminal Terboyo Semarang yang bahkan lebih licik dari calo di Terminal Bungurasih Surabaya sebagai salah satu terminal bus terbesar di Jawa. Sekarang trauma saya di Semarang terbayar tuntas usai dipertemukan dengan driver ojol Grab sebaik Man.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News