Sebelum merantau, ada bayangan muram tentang Jakarta. Namun, setelah hijrah dan tinggal di Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ternyata ekspektasi perantau dari Jogja berubah.
Setidaknya itulah yang dirasakan Abra (25) setelah hijrah dari Jogja ke Jakarta pada 2022 silam. Sejak kecil ia menetap di Jogja hingga lulus kuliah.
Peluang karier lah yang akhirnya menuntunnya untuk merantau. Destinasi pertama hidup di luar Jogja adalah Jakarta Selatan. Ia pergi dari Jogja hanya beberapa bulan selang menuntaskan kuliahnya.
Jangankan merantau, dari kecil ia belum pernah tinggal terpisah dengan orang tuanya. Sehingga ada bayang-bayang murah tentang pergi jauh dari rumah. Apalagi destinasinya Jakarta yang “keras”.
“Jujur dulu Jakarta di bayanganku ya keras gitu. Banyak kriminalitas. Aku takut aja jadi korban kriminal itu. Entah begal payudara atau cat calling, itu kan lumrah terjadi,” tuturnya saat Mojok hubungi pada Kamis (25/7/2024).
Kantornya terletak di Kebayoran Lama. Dekat dengan kawasan elite seperti Permata Hijau dan Pakubuwono. Sebenarnya, awalnya ia ingin cari kos yang benar-benar dekat dengan kantor itu. Namun, urusan harga membuatnya agak kompromi.
“Ada lagi sebenarnya kawasan dekat situ tapi permukiman padat banget dan dekat rel kereta. Jadi mending cari yang agak lebih jauh tapi nyaman,” ungkapnya.
Akhirnya, ia menemukan sebuah kos yang menurutnya cocok. Harganya Rp1,4 juta per bulan sudah dengan fasilitas AC. Terletak di Cipulir Kebayoran Lama, sekitar empat kilometer dari kantornya.
Cipulir Kebayoran Lama membuat Jakarta di luar ekspektasi
Sebenarnya, Cipulir Kebayoran Lama terhitung agak padat. Apalagi jadi salah satu rute pengendara dari Tangerang Selatan menuju Jakarta dan sebaliknya. Sehingga ketika sore macet sering terjadi.
Namun, di sisi lain kawasan menurut Abra cukup agamis. Ada beberapa pesantren di daerah itu. Organisasi Islam seperti Muhammadiyah juga perkembangannya pesat dan punya banyak instansi pendidikan di sana.
Selain itu ternyata kosnya juga punya aturan ketat. Lawan jenis yang datang di ruang tamu hanya dibatasi sampai jam 10. Jika lewat, bisa kena tegur.
Padahal rumah ibu kosnya tidak menyatu dengan bangunan yang dihuni para penyewa. Melainkan ada di sebelahnya.
“Tapi pernah nih ada tetangga kamar yang pulang dinihari diantar cowok. Terus cowoknya malah nggak langsung pulang. Tiba-tiba ibu kosnya datang,” kenangnya.
Ternyata ada sistem pengawas tak terduga yang tidak disadari para penghuni kos di Cipulir Kebayoran Lama tersebut. Hal itu ada pada para pemuda yang kerap nongkrong di Indomaret seberang kos.
“Aku baru tahu belakangan kalau ternyata ibu kosnya itu bayar anak-anak muda itu buat bantu ngawasi dan jaga keamanan,” kelakarnya.
Rasa aman
Selain itu menurutnya yang membuat rasa aman adalah keberadaan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) TNI AL yang ada di dekat kawasan Cipulir Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Entah berpengaruh atau tidak, menurutnya jadi jarang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan warga.
“Entah ya, bagiku di sini sistem sosialnya masih begitu jalan. Ya ini yang nggak aku duga saat pertama kali merantau dari Jogja,” tuturnya.
Abra merasa nyaman tinggal di Cipulir, Kebayoran Lama. Baginya, Jakarta tidak terlalu terasa keras di kawasan tersebut.
Meskipun, agak sulit mencari tempat hiburan di sekitar. Apalagi, ia memang suka pergi ke tempat hiburan malam untuk melepas penat bekerja.
“Paling itu sih, agak jauh dari tempat-tempat hiburan yang menurutku oke,” pungkasnya tertawa.
Penulis: Hammam Izzuddi
Editor: Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News