Pengalaman merantau di Cikarang, Jawa Barat, membuat Shadiq (25) hidup dalam tekanan. Bagaimana tidak. Perantau asal Tuban, Jawa Timur, itu kerja dengan gaji di bawah UMR. Gaji kecil tersebut malah ia gunakan untuk mentraktir preman nyaris setiap malam agar ia mendapat perlindungan.
***
Awal tahun 2019, Shadiq yang baru lulus dari D2 di Surabaya mendapat tawaran kerja dari sebuah lembaga swasta di Cikarang, Jawa Barat. Karena sedang butuh pekerjaan, tanpa pikir panjang Shadiq langsung mengiayakan berangkat.
“Tawarannya di bagian IT, karena kan aku D2-nya ambil itu,” ujar Shadiq mengenang masa-masa penuh tekanan tersebut, Kamis (25/7/2024) malam WIB.
Namun, tawarannya ternyata tak sesuai dengan pekerjaan yang dibebankan pada Shadiq. Alih-alih mengurus bagian IT, ia justru menjadi driver pengiriman barang dari si lembaga tersebut.
Tentu saja Shadiq kaget. Tapi ia tidak bisa berbuat banyak. Sudah terlanjur berangkat ke Cikarang juga. Ia juga masih berpikir positif: barangkali di masa training ia memang tidak langsung memegang IT. Barangkali baru setelahnya ia akan menempati posisi tersebut.
“Tapi ternyata sampai setahun aku kerja, aku tetep jadi driver. Dari awal emang aku sempat ditanya, bisa nyetir mobil? Padahal aku belum punya SIM. Aku juga nggak curiga. Ternyata malah aku jadi driver,” bebernya.
Sesumbar gaji UMR Cikarang berujung pahit
Sebelum menerima tawaran kerja tersebut, Shadiq memang sempat mengecek di internet perihal besaran gaji UMR Cikarang di tahun 2019. Saat itu ada di angka Rp4 juta. Tak pelak jika Shadiq tergiur.
Namun, yang kemudian Shadiq sesali, ia tak memastikan dulu mengenai kisaran gaji yang bakal ia terima pada si lembaga tempatnya bekerja. Karena ternyata, gaji yang ia terima dalam setiap bulan hanya separuhnya.
“Cuma dapat gaji Rp2,3 juta. Aku malunya kan sama orang rumah,” tutur Shadiq.
Sebenarnya orang tua Shadiq agak keberatan jika ia merantau di Cikarang. Terlampau jauh.
Tapi Shadiq meyakinkan dengan iming-iming gaji besar. Sebab, dengan gaji tersebut, Shadiq menjamin akan membantu keuangan orang tuanya yang pas-pasan. Terlebih masih ada adik yang sekolahnya harus dibiayai.
“Aku nggak berani terus terang lah sama orang rumah. Kepalang malu. Sudah terlanjur bilang bakal dapat gaji Rp4 juta, sesuai UMR Cikarang,” ungkap Shadiq.
Nyaris setiap malam harus traktir preman
Karena pertimbangan dekat dengan tempat kerja, saat itu Shadiq ngekos di sebuah perkampungan yang menjadi sarang preman. Toh memang harga kosnya tersebut lebih murah ketimbang kos-kos lain yang sudah ia cari.
“Rp500 ribu. Kalau yang lain sudah di angka Rp600 ribu, Rp700 ribu ke atas,” jelas Shadiq.
Yang konyol dari Shadiq (ia akui sendiri), yakni ia kelewat jiper dengan preman-preman kampung yang sering nongkrong di pos ronda dekat kosannya. Shadiq merasa, setiap gerak-geriknya selalu diperhatikan oleh para preman tersebut.
Oleh karena itu, pemuda polos tersebut berinisiatif untuk sering mentraktir para preman yang nongkrong. Bisa tiga sampai lima orang.
“Awalnya kubelikan makan lah. Terus kadang rokok dua bungkus buat mereka join. Kadang juga anggur merah. Itu terjadi nyaris setiap malam. Ya nggak setiap malam persis. Tapi sering banget,” beber Shadiq.
Tujuannya agar Shadiq tak diganggu oleh para preman tersebut. Lebih dari itu, ia berharap agar si preman bakal membantunya misalnya ia dalam keadaan terancam di Cikarang.
Baca halaman selanjutnya…
Selalu bohongi ibu yang minta kiriman