Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Mahasiswa Jakarta di Jogja: Dianggap Eksklusif karena “Lu-Gua”, Mencoba Berbaur Dianggap Sok Asyik

Melvinda Eliana oleh Melvinda Eliana
21 Juli 2025
A A
Mahasiswa Jakarta (Jabodetabek) di Jogja: Dianggap ekslusif gara-gara lu-gua, mau berbaur dianggap sok asik MOJOK.CO

Ilustrasi - Mahasiswa Jakarta (Jabodetabek) di Jogja: Dianggap ekslusif gara-gara lu-gua, mau berbaur dianggap sok asik. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Stigma “eksklusif” melekat pada mahasiswa Jabodetabek (atau kerap disebut cah Jakarta-nan) yang kuliah di Jogja. Alasannya, mahasiswa Jabodetabek terkesan jarang berbaur dengan mahasiswa daerah lain.

***

Sebenarnya mahasiswa Jakarta-nan bukannya tidak mau berbaur dengan mahasiswa daerah lain. Akan tetapi, beberapa dari mereka kerap merasa “diasingkan” dari sebuah lingkaran mahasiswa daerah lain.

Misalnya yang Hanif (19), bukan nama sebenarnya, alami. Alih-alih diterima, saat ia mencoba berbaur dengan mahasiswa daerah lain di Jogja, justru mendapat cemoohan.

“Aku ngga suka deh sama kamu, soalnya bacot banget, sok asyik,” ucap teman Hanif.

Jadi apa adanya di tongkrongan mahasiswa Jabodetabek (cah Jakarta-nan)

Tahun 2019 jadi kali pertama Hanif menetap di Jogja, sebagai mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM). Mahasiswa asal Tangerang Selatan itu pada dasarnya ingin berbaur dengan mahasiswa daerah lain, bukan atas dasar primordial.

Ia membayangkan, ia masih bisa berbaur dengan mahasiswa daerah lain dengan tetap membawa karakternya yang apa adanya. Misalnya, sebagai orang Tangerang Selatan, ia punya kecenderungan heboh, frontal, dan friendly (grapyak kalau dalam bahasa Jawa).

Sayangnya, karakternya tersebut malah dianggap “sok asyik” oleh tongkrongan mahasiswa daerah lain. Ia akhirnya lebih nyaman nongkrong dengan sesama mahasiswa Jabodetabek.

“Karena sesama Jabodetabek jadi punya lebih banyak kesamaan, satu frekuensi. Jadi lebih nyaman,” tutur Hanif kepada Mojok belum lama ini.

Mahasiswa Jabodetabek (cah Jakarta-nan) terasingkan dari bahasa lokal

Menurut Steve, mahasiswa Jakarta-nan yang juga kuliah di UGM, anasir sederhana seperti bahasa atau habit tertentu bisa menjadi pintu masuk untuk menjalin kedekatan.

“Sebenarnya seleksi pertemanan berawal dari familiaritas sederhana loh, misal merokok atau nggak? Bahasa Jawa atau nggak? Dan lain-lain,” ucap Steve.

Jika seseorang tidak memenuhi anasir tertentu dalam sebuah lingkaran atau komunitas, maka konsekuensinya bisa merasa “terasingkan” atau tidak nyambung.

Dalam konteks Jogja, anasir paling mudah dilihat bagi mahasiswa Jabodetabek adalah bahasa. Bagi Steve, penggunaan kata “lu” dan “gua” acapkali terasa berjarak untuk mahasiswa Jogja. Sehingga, menurutnya perbedaan bahasa ini memungkinkan “gap” antara mereka.

Meski begitu, Steve tidak memandang keberjarakan antara mahasiswa Jogja dan Jabodetabek itu sebagai masalah berarti. Perbedaan, baginya, adalah hal biasa. Sehingga, bagi Steve, tidak masalah apabila terdapat obrolan dan candaan di luar yang ia pahami.

Iklan

“Toh aku juga bisa punya bahasan dalam konteks “ibu kota” yang sangat gaul, yang mungkin juga tak dipahami oleh orang Jawa (misalnya),” ucap Steve.

Baca halaman selanjutnya…

Mahasiswa daerah lain yang eksklusif atau emang orang Ibu Kota sok jadi pusat peradaban?

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 22 Juli 2025 oleh

Tags: jakartaJogjaKuliah di jogjamahasiswa di jogjamahasiswa jakartamahasiswa jakarta di jogja
Melvinda Eliana

Melvinda Eliana

Artikel Terkait

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO
Ragam

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO
Ragam

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.