Di Cangcangan, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta ada sebuah kebun durian tersembunyi. Ada jenis montong, D24, musang king, dan duri hitam. Yang istimewa harganya di bawah harga pasar, langsung makan di kebun.
***
Dari banyaknya baliho caleg di sepanjang Jalan Raya Merapi Golf menuju arah Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, mata saya tertumbuk pada baliho kecil di kanan jalan, Senin (22/1/2024). Tidak ada foto calon anggota legeslatif, melainkan sebuah kalimat dengan copy writing menggoda.
HARI INI !!!
PANEN DURIAN MONTONG
HUBUNGI 0812 156 1087
200 METER LAGI
Bagi penggemar durian seperti saya, kalimat promosi ini cukup untuk menghentikan motor tanpa aba-aba. Motor segera saya lajukan untuk menyusuri jalan kecil dengan semak-semak di kanan kiri jalan. Sekitar 50 meter mulai terlihat permukiman. Mata saya mulai awas untuk melihat kanan kiri, mencari petunjuk lokasi kebun durian.
Namun, saya tak juga menemukan papan petunjuk selanjutnya. Bahkan sepertinya saya keblasuk ke sebuah peternakan ayam. Saya putar balik dan mulai menyusuri gang-gang di perkampungan tersebut.
Honda Beat saya arahkan ke tempat di mana terlihat beberapa pucuk pohon durian terlihat. Sebuah kebun yang dikelilingi tembok dan pintu besi yang tertutup membuat saya yakin, ini adalah kebun durian tersembunyi tempat yang saya cari.
“Mas, yang jaga tinggal di rumah depan itu,” terdengar suara dari sebuah rumah di depan kebun berpagar itu. Ia mungkin melihat saya mengetuk pintu besi tersebut, tapi tidak ada balasan dari dalam.
Sedang musim montong dan D-24
Saya lantas menuju rumah yang tak jauh dari lokasi kebun. Sekitar 20 meter. Dua orang sepuh tengah bercengkerama di teras rumah.
“Nyuwun sewu, Pak. Meniko kebun durian njenengan,” tanya saya.
“Oh iya, Mas,” kata kakek tersebut berdiri. Di tangannya ada sabit. Ia tersenyum dan mengajak saya untuk berjalan ke kebun yang tadinya sudah saya datangi.
“Ini bukan kebun saya, Mas. Yang punya ada di Gentan, tapi yang nanam sampai merawat ya saya,” kata laki-laki yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Mbah Bejo. Ia mengajak saya duduk di sebuah bangunan kecil.
“Ini yang panen cuma montongnya Mas. D24-nya yang matang sudah habis, tapi yang di pohon masih ada,” kata Mbah Bejo menunjuk dua buah durian yang terlihat menggantung di dahan.
“Kalau montong ya cuma manisnya saja, kalau yang ada pahitnya D24, Mas,” kata Mbah Bejo. Saya sedikit kecewa dengan kenyataan ini. Bagaimanapun Montong bukan durian favorit, saya lebih suka durian yang ada pahit-pahitnya.
“Musang king-nya juga belum matang,” kata Mbah Bejo. Saya sedikit terbelalak mendengar nama durian itu Mbah Bejo sebut. Bagi penggemar durian, musang king ada dalam puncak jenis durian top alias mahal.
“Kalau, duri hitam Mbah,” kata saya menyebut durian yang levelnya sedikit lebih mahal dari musang king.
“Pohonnya belum berbuah, masih kecil. Ada juga super tembaga,” kata Mbah Bejo.
“Ya sudah pak, pesen montongnya kalau gitu,” kata saya.
Baca halaman selanjutnya
Harga durian di bawah harga pasar