Harga durian di bawah harga pasar
Mbah Bejo lantas membuka pintu gudang dimana kami duduk di terasnya. Di dalamnya ada sekitar 7 buah durian montong. Ia mengeluarkan durian terbesar dari ruangan itu. Ia kemudian meletakannya di atas timbangan yang sudah dipersiapkan.
“6 kilo, Mas,” katanya tersenyum.
Melihat beratnya tentu saja saya nggak berniat membelinya. Saya memintanya mengambil durian terkecil hasil dari kebun durian di Jogja yang tersembunyi ini.
“3 kilogram, satu kilonya 60 ribu,” kata Mbah Bejo. Harga durian montong dari Mbah Bejo tentu saja di bawah harga pasaran durian montong pada umumnya. Awal Januari lalu, saat saya membeli durian di sebuah toko durian yang tengah mengadakan flash sale, durian montong dijual dengan diskon 50 persen. Dari harga normal 1kg Rp135 ribu menjadi sekitar 67 ribu.
Saat saya cek hari ini harga di toko durian tersebut, program flash sale itu suda berakhir, tapi ada diskon 40 persen. Jadi durian di kebun Mbah Bejo tersebut masih tergolong murah untuk harga durian montong.
Kebun durian tersembunyi yang dirawat sejak 2006
Sambil menyantap durian yang Mbah Bejo belah, saya mendengarkan ceritanya tentang kebun durian yang ia rawat.
“Kalau 50 pohon ada, paling banyak montong,” katanya. Dari pohon sebanyak itu, bulan-bulan ini ada sekitar 30 pohon yang berbuah. Sebagian sudah selesai, tapi sebagian lainnya masih belum masak.
“Setahun kadang ada dua musim buah durian. Jadi ya seperti ada terus,” kata Mbah Bejo. Pohon-pohon durian itu sebagian besar ia tanam di tahun 2006 hingga 2008. Ada juga pohon-pohon yang masih kecil yang ditanam baru beberapa tahun ini.
“Dulu itu usia 4,5 tahun sudah pada berbuah,” kata Mbah Bejo.
Menurut Mbah Bejo, selain durian di kebun seluas sekitar setengah hektar itu juga ada pohon leci dan alpokat.
Menurut Mbah Bejo, pemilik lahan adalah karyawan di sebuah perusahaan tambang di Kalimantan. Ia menyerahkan pengelolaan lahan itu kepada Mbah Bejo dan keluarganya.
Saya tak mampu menghabiskan durian montong ya saya pesan. Mbah Bejo kemudian menangkupkan kulit durian yang saya pesan dan mengikatnya untuk saya bawa pulang.
Hidden gem yang tak semua penggemar durian di Jogja tahu
Ia lantas mengajak saya jalan-jalan di kebun. Meski kebun durian yang ia rawat tanpa nama dan tersembunyi, ada saja orang-orang yang datang. “Kadang di akhir pekan rombongan wisatawan yang sedang berwisata di Merapi datang ke Kebun,” kata Mbah Bejo.
Mbah Bejo menunjuk pohon durian yang terlihat tidak ada buahnya. “Ini tadi yang mas makan dari pohon ini, tadi buah terakhir,” kata Mbah Bejo. Tangannya berkali-kali menunjuk pohon buah-buahan yang ada di situ. Ia menunjukkan pohon yang sekilas seperti kelengkeng.
“Ini leci, kalau pas berbuah, lebat banget,” katanya. Ada juga pohon kepel, yang konon buahnya bisa membuat keringat jadi wangi.
Mbah Bejo menunjuk pohon durian yang belum begitu tinggi. Menurutnya itu durian musang king dan baru belajar berbuah. Mbah Bejo mengaku ia sengaja memetik buah itu saat masih kecil agar pertumbuhan pohon tidak terganggu karena sebenarnya belum waktunya berbuah. Mungkin tahun depan, durian musang king ini bisa menunjukkan hasilnya.
Mbah Bejo juga menunjuk pohon buah durian yang tengah berbuah lebat. Kelihatan sekali kalai durian ini belum ada yang matang. Mungkin setengah bulan lagi, bisa mulai panen,” katanya. Saya memandang buah durian di depan saya yang ditunjuk Mbah Bejo. Saat saya tanya harga, Mbah Bejo mengungkapkan angka yang tak jauh dari harga durian montong di kebun itu.
“Baik, Mbah, besok pas matang saya kesini. Sama yang D-24, yang sudah ada tali rafia birunya, tolong amankan. Saya beli,” kata saya yang disambut tawa Mbah Bejo.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA : Haji Durian Mbah Harjo, Berkat 9 Pohon Warisan di Cangkringan yang Usianya Ratusan Tahun
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News