Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kebahagiaan Sesaat Orangtua kala Anak Lolos UTBK, Dikira Serius Kuliah Malah Jadi “Aib Keluarga” karena Pergaulan

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
25 Mei 2025
A A
kuliah di PTN.MOJOK.CO

Ilustrasi Kebahagiaan sesaat orangtua saat anak lolos kuliah di PTN. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kala anak lolos UTBK-SNBT di sebuah kampus di Bandung, Jawa Barat, orangtua awalnya ikut bahagia, karena sang anak bahagia bisa mengejar keinginannya. Akan tetapi, kebahagiaan itu hanya sesaat. Sebab, sang anak justru terjerumus dalam pergaulan bebas dunia perkuliahan di Kota Kembang.

***

Peringatan: Tulisan ini mengandung beberapa bagian yang bisa mengganggu kenyamanan pembaca hingga memicu trauma. Disarankan tidak melanjutkan membaca jika tidak dalam kondisi rentan.

Meisa (30), panggil saja demikian (karena meminta disamarkan), masih harus menjalani pemeriksaan rutin karena HIV/AIDS yang bersarang dalam tubuhnya.

Sebagaimana dikethaui, HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan secara total. Terapi harus dilakukan seumur hidup untuk mengontrol virus dan memperlambat perkembangannya.

Meisa sebenarnya mengaku sudah tidak tahan. Dia ingin menyudahi saja terapi itu agar lekas meninggal. Hidup lamapun baginya sudah tidak ada gunanya. Hanya memperpanjang penderitaan dan terus menambah luka orangtua sekaligus menjadi aib bagi mereka.

“Tapi orangtua yang menghendaki agar aku terapi,” tutur Meisa sendu saat terhubung dengan reporter Mojok, Jumat (16/5/2025) pagi WIB.

Lolos UTBK-SNBT di kampus Bandung

Pada 2015, Meisa meninggalkan Padang, Sumatera Barat, untuk melanjutkan pendidikan tinggi setelah berhasil lolos UTBK-SNBT (dulu bernama SBMPTN).

Pada awalnya orangtua Meisa tidak setuju. Bandung terlampau jauh. Selain itu, orangtua Meisa khawatir putrinya itu akan terjerumus dalam pergaulan bebas.

“Bagaimanapun, bagi beberapa anak muda sini (Padang), Jawa adalah pusat kampus-kampus top. Termasuk Bandung. Aku mengincar sebuah kampus di sana,” katanya.

“Aku yakinkan saja, di Bandung banyak juga mahasiswa dari Padang. Jadi aku bisa jaga pergaulan,” sambungnya.

Setelah diskusi alot, akhirnya orangtua Meisa mengizinkan putrinya tersebut merantau ke Kota Kembang. Menjadi mahasiswa di sebuah kampus Bandung yang dia incar. Toh meski agak berat, tapi orangtua Meisa tetap ikut bahagia karena Meisa teramat bahagia bisa lolos UTBK-SNBT.

Bebas dari norma sosial dan agama

Usai dinyatakan lolos UTBK-SNBT dan mendapat restu dari orangtua, Meisa akhirnya berangkat untuk kuliah di sebuah kampus di Bandung.

Tidak ada masalah berarti ketika awal menginjakkan kaki di Bandung. Sebagaimana umumnya mahasiswa baru, hidup Meisa awalnya masih berjalan normal.

Iklan

Namun, seiring waktu, lingkar pergaulan Meisa makin luas. Dia aktif dalam beberapa organisasi dan komunitas.

“Aku merasa menemukan kebebasan di sini. Di rumah, aku terikat dengan rangkaian norma sosial dan agama. Tapi di sini, itu semua nggak berlaku,” ujar Meisa.

“Aku mulai kenal pacaran. Maksudnya pacaran yang bukan seperti anak SMA: punya status, lalu malu-malu. Tapi pacaran yang memang bisa bersentuhan fisik,” lanjutnya.

Itu semua mulai Meisa kenal ketika memasuki semester 3. Bahkan, di semester 3 itu pula dia mengaku mulai menanggalkan hijab dan pakaian tertutupnya.

Dia juga mulai mengenal rokok dan minuman keras. Karena banyak dari teman komunitasnya yang mengonsumsi tersebut. Bahkan yang mengonsumsi obat terlarang pun ada. Meisa pun semakin akrab dengan dunia malam Kota Kembang.

“Kalau obat-obatan aku nggak pakai. Btw, beberapa anak Padang yang kukenal juga begitu. Mereka merasa lebih bebas. Tapi masih banyak juga yang agamis betul,” terang Meisa.

Dikira sibuk kuliah

Seiring itu, Meisa mulai jarang pulang ke Padang. Sepanjang delapan semester, hanya dua kali dia pulang ke Padang. Yakni ketika libur panjang semester 1 dan libur panjang semester 2.

Setelah lepas hijab, Meisa mulai jarang pulang. Meisa pun mengaku sering tidak mengangkat telepon mereka.

“Aku selalu beralasan sedang sibuk mengerjakan tugas kuliah. Sibuk organisasi. Sedang ada acara kampus. Gitu-gitu lah,” tutur Meisa.

“Sepertinya orangtua memahami. Mengira aku bener-bener sibuk itu semua. Sampai kalau aku angkat telepon mereka, hal pertama yang mereka tanya bukan ‘Sudah makan atau belum?’ sebagaimana umumnya orangtua lain. Tapi tanya, ‘Kamu lagi sibuk atau nggak?’,” sambungnya.

Sesuatu yang aneh terjadi

Cerita Meisa selama kuliah di sebuah kampus di Bandung terdengar kompleks. Ada banyak bagian sensitif yang saat reporter Mojok tanyakan ulang, Meisa memutuskan untuk tidak ditulis secara detail.

Tapi ringkasnya, di semester 6, Meisa pernah mengalami demam hebat. Awalnya dia mengira demam biasa. Tapi tubuhnya mulai gemetar ketika merasakan “sesuatu yang aneh” tengah terjadi padanya.

“Buang air kecil terasa nyeri, ada bintik-bintik juga di area vital, dan sederet tanda-tanda aneh.”

Meisa tak berani bercerita pada siapapun soal kondisinya. Bahkan termasuk kepada pacarnya (yang kesekian) sendiri. Tapi dia sudah mulai menduga, salah satu penyakit mengerikan sedang mengancam.

“Aku mulai dari baca-baca di internet. Gejalanya sama persis. Kuberanikan diri buat periksa, hasilnya HIV/AIDS,” beber Mesia. Dunia seperti runtuh. Pada momen itu, bayangan orangtua di rumah langsung berkelebat.

Kebahagiaan sesaat orangtua usai anak lolos UTBK-SNBT

Sang pacar adalah orang pertama yang Meisa kabari perihal hasil periksa itu. Tentu saja syok berat. Awalnya, pacar Meisa menjanjikan akan menemaniya sampai kapanpun. Tapi beberapa minggu setelahnya, pacar Meisa meminta putus.

Karena tinggal beberapa semester lagi, Meisa memutuskan untuk struggle di Bandung tanpa bantuan orangtua. Melanjutkan kuliah sambil melakukan kontrol kesehatan rutin.

Bagaimanapun, dia tidak mau kuliahnya terhenti. Karena lolos UTBK-SNBT sebelumnya memberinya harapan usai gagal di SNBP (dulu SNMPTN).

Setelah lulus, bersama orangtuanya yang saat itu ke Bandung menghadiri wisuda, Meisa lalu ikut boyongan ke Padang.

“Jelas terpukul. Terutama bapak. Saat kuberitahu yang kualami, ibu nangis. Bapak tercenung, lalu keluar rumah,” katanya.

Tapi setelahnya, seperti yang disinggung Meisa di pembuka tulisan ini, orangtuanya memutuskan mengajak Meisa berdamai. Terus berikhtiar melalui terapi.

Sementara dari sisi spiritual, orangtua Meisa mengajak Meisa untuk kembali mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Jangan menjauhi-Nya lagi.

Ratusan mahasiswa terjangkit HIV/AIDS

Pada 2022, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung merilis data, sebanyak 5.843 orang di Bandung terjangkit HIV AIDS dalam rentang 1991-2021.

Ratusan di antaranya adalah mahasiswa. Disebutkan, ada 400-an mahasiswa yang dinyatakan positif HIV/AIDS. Angka itu setara dengan 6,97% dari total kasus.

Pada Oktober 2023, Sistem Informasi HIV AISD (SIHA) merilis data, bahwa Bandung menjadi penyumbang kasus HIV/AIDS terbesar di Jawa Barat.

Menurut data SIHA, dalam rentang Januari-September 2023, Kota Bandung menyumbang angka 190 kasus AIDS. Disusul Kota Bogor dengan 139 kasus dan Kabupaten Indramayu dengan 135 kasus.

Laporan BBC Indonesia membeberkan, budaya friend with benefit (FWB) yang menjalar di kalangan anak-anak muda terutama semasa pandemi menjadi salah satu faktor pemicu penjangkitan HIV/AIDS di kalangan mahasiswa Bandung, karena memungkinkan terjadinya hubungan seksual berisiko.

Selain itu, HIV/AIDS juga disinyalir menular melalui penggunaan jarum suntik (dalam konteks penggunaan obat-obatan terlarang).

“Buat mahasiswa baru, yang berhasil lolos SNBP atau UTBK-SNBT, jangan sia-siakan. Jangan rusak apalagi sakiti hati orangtua dengan hal-hal yang tidak sepatutnya. Ini bukan soal moralitas. HIV/AIDS bukan hanya soal itu. Tapi soal gaya hidup yang kita bangun sendiri,” tutup Meisa.

Cerita ini dia bagikan agar kita semua bisa mengambil pelajaran penting dari apa yang Meisa alami.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Keluh Kesah Pekerja di Bandung Punya Bos Banyak Drama, Dipecat H-2 Gajian Gara-gara Abaikan WA Bos yang Tak Masuk Akal atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 25 Mei 2025 oleh

Tags: Bandunghiv aids bandungkampus bandungmahasiswa bandungSNBTUTBKutbk snbt
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO
Esai

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Indomaret Pasteur, Saksi Penderitaan Orang Kecil di Bandung MOJOK.CO
Esai

Menyaksikan Penderitaan dan Perjuangan Orang Kecil di Bandung dari Bawah Neon Putih-Biru-Merah Indomaret Pasteur

31 Oktober 2025
Kereta cepat Jakarta-Bandung, Whoosh. MOJOK.CO
Ragam

Proyek Kereta Cepat Whoosh Terlalu Eksklusif, Cuman bikin KAI dan Rakyat Menderita

10 September 2025
Kos bebas berpotensi kumpul kebo. MOJOK.CO
Ragam

Susahnya Jadi Ibu Kos: Tak Ingin Ada Kumpul Kebo, Tapi Ada Saja Anak Kos Ngaku-ngaku Nikah Siri demi Inapkan Pacar

30 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.