Percaya bahwa setiap tamu membawa berkahnya
Tidak sedikit orang yang bertanya, apakah Miftah mampu jika tiba-tiba musafir atau wisatawan yang datang melebihi kapasitas yang bisa ia tampung. Namun, lelaki ini percaya bahwa setiap tamu akan membawa berkah tersendiri.
Pasalnya, sebagai seniman penghasilannya pun tidak tentu. Istrinya juga sekarang sudah keluar dari pekerjaan dan fokus menjadi ibu rumah tangga. Kendati begitu, Miftah mengaku tidak pernah kekurangan dana untuk berbagi kepada para tamunya.
Padahal, ia punya prinsip untuk tidak menerima donasi sepeser pun. Meski kadang-kadang, ada kenalannya di Jogja yang tiba-tiba datang membawa beras hingga logistik untuk membantu kegiatan sosial ini.
“Dikiranya ini dapur umum. Wis, kami percaya pokoknya rezeki itu ya dari Gusti Allah. Pasti ada,” kelakarnya.
“Lagian kami juga memberi ya sesuai kemampuan kami. Kalau ndilalah, kami kok cuma punya mi instan ya itu yang kami bagi. Pokoknya, apa yang kami makan ya makanan mereka juga,” imbuhnya.
Miftah mengaku kalau ia tergerak karena pernah merasakan beratnya hidup kelaparan. Pada 2011, ia pernah menjadi pelukis jalanan di Jalan Malioboro. Berbulan-bulan ia tidur di emperan sekitar Alun-alun Utara Jogja.
“Saya pernah merasakan nggak enaknya hidup. Kalau bisa bantu, saya pengin meringankan mereka yang punya pengalaman serupa,” katanya.
Tiba-tiba, Dina berkelakar kalau suaminya jadi lebih tenang pikirannya sejak mereka menerima tamu. Mereka yang kadang berselisih paham di rumah pun jadi jarang ada pertengkaran.
“Lha gimana Mas, ada tamu masa kami mau bertengkar. Dia jadi lebih tenang dan belajar mengendalikan pikirannya yang sering mumet,” ujarnya tertawa.
Ditanya soal tamu yang datang dengan niat buruk, mereka juga tidak khawatir. Pasalnya, melihat badan Miftah yang gempal dan penuh tato rasanya orang akan ciut untuk berkelakuan buruk.
“Mau ambil apa coba, di rumah nggak ada apa-apa. Lukisan pun kalau diambil tanpa ada sertifikatnya paling laku berapa,” ujar Dina.
Dua kali serangan jantung yang membuat Miftah ingin hidup bermanfaat
Paling-paling, mereka hanya memastikan jika ada yang laki-laki dan perempuan datang bersamaan dan hendak menginap, harus pasangan suami istri. Hal ini demi menjaga ketertiban masyarakat setempat.
Mereka sudah telanjur bilang kalau studio ini terbuka 24 jam untuk musafir, mahasiswa, hingga wisatawan Jogja yang terdesak dan butuh bantuan. Sehingga mau tak mau mereka harus selalu bersiap dengan kedatangan tamu.
Hal itu, menurut Miftah justru membuatnya lebih produktif di rumah untuk melukis. Kedatangan tamu baginya tidak mengganggu. Jika gairah atau tuntutan untuk melukis datang, ia tinggal pamit untuk masuk ke dalam rumah.
Namun, sebenarnya ada hal lain yang membuat Miftah dan Dina berupaya untuk terus berbagi manfaat. Miftah, sejak 2022 silam sudah dua kali terkena serangan jantung. Hal yang menurutnya datang karena ia sempat candu alkohol berat.
Ia berkelakar, dulu sambil buang air besar di toilet saja ia bisa merokok dan menghabiskan satu botol anggur kolesom. Perlahan, candu alkohol itu ia kurangi. Bertemu tamu-tamu yang datang, mahasiswa, musafir, hingga wisatawan yang kelaparan di Jogja, membuatnya lebih banyak tersadar.
“Dulu saya ngerasa hebat, sampai kena serangan jantung, drop nggak bisa apa-apa,” ujarnya.
Sejak saat itu ia mengaku yakin nyawanya bisa diambil kapan saja oleh Yang Maha Kuasa. Baginya, sejak saat itu tidak ada alasan lain untuk hidup selain berbagi manfaat.
“Saya percaya kok, level tertinggi dari kesenian ya kebermanfaatan,” pungkasnya.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Nekat Beli Sertifikat Tes Toefl Palsu Demi Lolos Sidang Skripsi, Awalnya Lega tapi Berakhir Menyesal
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News