Konon, ijazah diploma adalah “tiket emas” menuju dunia kerja yang lebih cepat dan pasti. Kalau meminjam term Jokowi, lulusan diploma dijamin kerja, kerja, kerja karena kuliahnya banyak praktik. Beda dengan sarjana yang banyak teorinya.
Makanya, tak sedikit orang yang menyebut kalau ijazah diploma itu “kebal pengangguran”. Namun, bagi Iko (23), yang setahun lalu menuntaskan studi diploma di salah satu PTS Jogja, istilah kebal pengangguran cuma jadi pepesan kosong.
“Bullshit! Ijazahku aja nggak laku, Mas,” keluh Iko saat Mojok temui di sebuah warung kopi di kawasan Sleman, Rabu (25/6/2025) malam.
“Dulu di kampus, dosen sering bilang kalau lulusan diploma itu banyak dicari. Nyatanya? Eh, sekarang malah susah banget cari kerja,” imbuh lelaki asal Jawa Tengah ini.
Iko, cuma satu dari sekian banyak lulusan diploma yang kini merasakan getirnya persaingan dunia kerja. Menurutnya, ada banyak teman di kampusnya yang mengalami nasib serupa.
Mimpi mereka, yang ingin langsung nyemplung ke industri setelah tiga tahun berkutat dengan praktik di kampus, harus berhadapan dengan tembok tebal bernama lowongan kerja yang minim.
“Dulu kuliah ke diploma karena mikirnya biar cepat kerja, Mas. Tapi sekarang, kalau ada lowongan kerja untuk posisi yang mirip-mirip, seringkali persyaratannya langsung S1,” ujarnya getir.
“Rasanya kok sama saja perjuangannya kayak S1, malah kadang lebih susah karena levelnya dianggap beda.”
Punya ijazah diploma malah dihina tetangga
Senada dengan Iko, Arkan (23), lulusan diploma lain, punya kisah yang tak kalah pilu. Bedanya, Arkan tak hanya bergulat dengan sulitnya mencari kerja, tapi juga cibiran dari lingkungan sekitar.
“Setiap kumpul keluarga, atau ketemu tetangga, pasti ada saja yang nanya, ‘Kenapa sih dulu nggak S1 sekalian biar gampang cari kerja’,” kisah Arkan, sambil menyeruput kopinya, Rabu (25/6/2025) malam.

Bagi Arkan, pertanyaan itu bukan sekadar basa-basi, melainkan tamparan keras yang meremehkan pilihan pendidikannya.
“Padahal dulu, semua bilang diploma itu prospeknya bagus, langsung kerja. Makanya saya ambil,” imbuh, masih dengan tatapan penuh emosi. “Sekarang, ijazah diploma rasanya malah seperti ‘kelas dua’ yang bikin susah cari kerja.”
Pertanyaan “kenapa nggak sekalian S1”, di satu sisi, memang menghantam mental Arkan. Sebab, pilihan dan perjuangan selama kuliah seolah-olah dianggap sebagai sebuah kesalahan.
Namun, di sisi lain, itu juga menunjukkan bahwa persepsi ijazah diploma “tidak semewah” S1 masih besar di masyarakat.
“Padahal, S1 sama D3 itu sama levelnya. Yang satu akademis, yang satu vokasional. Persepsi orang aja yang salah.”
Benarkah lulusan diploma kebal pengangguran?
Narasi tentang ijazah diploma “kebal pengangguran”, sebenarnya bukan isapan jempol. Sebab, lulusan vokasi yang dibekali keterampilan praktis, memang dipersiapkan buat langsung terjun ke industri.
Bahkan, data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 lalu juga memperlihatkan, bahwa lulusan diploma (D1, D2, D3) memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang lebih rendah dibandingkan lulusan sarjana (S1).
Berikut ini persentase TPT berdasarkan tingkat pendidikan berdasarkan data BPS:
- Diploma (D1, D2, D3): 4,83 persen;
- Universitas (S1/S2/S3): 5,25 persen;
- SMA Kejuruan (SMK): 9,01 persen; dan
- SMA Umum: 7,05 persen.
Angka 4,83 persen untuk diploma berbanding 5,25 persen untuk universitas seolah membenarkan klaim “kebal pengangguran” tersebut. Bahkan, laporan Kemendiktisaintek juga menyebutkan adanya penurunan signifikan tingkat pengangguran terbuka pada lulusan diploma selama periode 2020-2024.

Baca halaman selanjutnya…
Ijazah diploma dianggap kurang berkelas.









