Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Homeschooling Sering Diremehkan, Padahal Bisa Bikin Anak Berpikir Kritis dan Mendapatkan “Kemewahan” yang Tak Diberikan Sekolah Formal

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
12 Mei 2024
A A
Homeschooling Sering Diremehkan, Padahal Bisa Bikin Anak Berpikir Kritis dan Mendapatkan "Kemewahan" yang Tak Diberikan Sekolah Formal.MOJOK.CO

Ilustrasi Homeschooling Sering Diremehkan, Padahal Bisa Bikin Anak Berpikir Kritis dan Mendapatkan "Kemewahan" yang Tak Diberikan Sekolah Formal.MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ada banyak mitos mengenai sekolah di rumah atau homeschooling. Kebanyakan adalah stigma buruk yang dilekatkan pada siswa dan orang tua yang menjalaninya. Padahal, melalui homeschooling, siswa lebih menikmatinya. Ia mendapatkan banyak hal yang tak bisa diperoleh dari sekolah formal kebanyakan.

Khalifah Anggara Puri Mahacinta (12) adalah salah satu siswa homeschooling. Pertama kali bertemu dengan perempuan asal Jogja ini, saya dibikin kagum.

Bagaimana tidak, anak berusia 12 tahun, masih kelas 6 SD, sudah bisa berpikir kritis mengenai dunia politik. Dalam sebuah forum, ia berbicara dengan sangat meyakinkan mengenai topik yang rasa-rasanya cuma bisa ditelan oleh orang dewasa.

Artikulasinya juga mumpuni. Sementara rasa percaya dirinya tak bisa diragukan lagi. Berbicara mengenai topik politik di depan puluhan orang dewasa, tentu butuh keberanian ekstra. Ini pun menepis anggapan lama kalau siswa-siswa homeschooling itu gagap sosial alias tak percaya diri di depan publik.

“Kalau saya justru orangnya senang bersosialisasi dengan orang lain. Bukan tipe penyendiri, harus berinteraksi,” kata perempuan yang akrab disapa Puri itu kepada Mojok, Jumat (10/5/2024) malam.

Memutuskan homeschooling karena mendapat diskriminasi

Puri pernah mengenyam pendidikan formal, yakni saat jenjang Taman Kanak-Kanak (TK). Sayangnya, ia dianggap “terlalu aktif” buat anak seusianya. 

Rahmawati, ibu dari Puri, bercerita kalau putrinya kerap dapat omelan guru karena terlalu sering bertanya mengenai banyak hal. Ia juga sering membantah gurunya hingga bikin jengkel.

“Saya ingat betul, guru bilang kalau Puri nggak bisa sekolah di sana. Kata guru, Puri nggak memungkinkan masuk sekolah formal,” kata perempuan yang bekerja di lembaga swadaya masyarakat Kota Jogja tersebut.

Ternyata, Rahmawati menyadari kalau anaknya memang istimewa. Pada usia 7 tahun, Puri didiagnosa mengalami Disleksia, sehingga ia memiliki pola pikir dan pemahaman yang berbeda dengan anak-anak lain.

“Akhirnya saja belajar mengenai kurikulum belajar bagi anak. Banyak buku saya pelajari, yang akhirnya saya nemu yang namanya homeschooling. Yang mana orang tua bisa mengajari anak secara independen, sesuai kebutuhan anak, tak terikat sekolah formal, tapi juga sah dalam undang-undang,” ungkapnya.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sendiri memang mengakomodasi homeschooling sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Terutama oleh orang tua yang ingin mendidik anak mereka secara independen dan tak terikat sekolah formal.

Anak-anak yang mengikuti homeschooling sendiri terdaftar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Mereka juga mendapatkan ijazah yang bisa digunakan buat kuliah bahkan mendaftar beasiswa.

Lebih bisa menggali potensi anak

Menurut Rahmawati, dalam hal pembelajaran, antara homeschooling dengan sekolah formal nyaris sama. Bedanya, melalui homeschooling, anak-anak tidak terikat dengan kurikulum sekolah.

“Keluarga bebas menentukkan kurikulum sendiri,” jelasnya. “Makanya saya juga ikut belajar mengenai ini. Saya harus memastikan apa yang disukai anak, apa potensinya, yang kemudian nanti saya eksplor,” sambungnya.

Iklan

Dengan demikian, anak-anak homeschooling tetap mendapat mata pelajaran umum seperti matematika dan sains. Hanya porsinya saja yang beda. Anak-anak lebih banyak belajar tentang apa yang mereka suka.

Puri, misalnya, mengaku sangat menyukai antropologi dan menulis. Makanya, selama homeschooling materi ini yang lebih banyak ia dapatkan. 

“Teman-teman aku yang sekolah formal punya hak untuk memilih apa yang mereka suka itu kan saat SMA. Menurutku itu sudah sangat telat banget,” kata Puri.

“Sementara aku sudah sejak SD bisa belajar hal-hal yang memang aku suka.”

Nggak enaknya, tetap saja diremehkan oleh masyarakat dan negara

Meskipun amat menikmati proses belajar homeschooling, Puri mengaku memang masih ada yang meremehkan. Ia menyadari masih ada yang menganggapnya tak berpendidikan hanya karena tak menimba ilmu di sekolah formal.

Tak hanya masyarakat awam saja yang tak mengakui homeschooling, bahkan pejabat negara pun juga masih melihatnya secara sinis.

Hal yang paling diingat Puri terjadi 2023 lalu. Kala itu, ia hendak berangkat ke Nepal buat mendaki Gunung Annapurna. Sayangnya, visanya dipermasalahkan lembaga imigrasi hanya karena dia homeschooling.

Perdebatan panjang pun terjadi antara orang tua Puri dan orang-orang yang mempermasalahkan visanya. Untungnya, setelah melalui perdebatan panjang, visanya dapat diterima karena secara legalitas memang sah.

“Jadi kan di undang-undang itu kita legal, sudah diatur juga kok. Mirisnya ini ada lembaga yang tak paham. Anak-anak homeschooling masih dipandang remeh, aku bilangnya masyarakat kelas dua mungkin, ya,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Cerita Peserta UTBK di UNY Harus Diam-Diam Mendaftar karena Tak Direstui Ortu, Nekat Kuliah Demi Hindari Pernikahan Dini

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 12 Mei 2024 oleh

Tags: homeschoolingkonsep homeschoolingSDsekolahsekolah formalsiswa homeschooling
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Guru tak pernah benar-benar pulang. Raga di rumah tapi pikiran dan hati tertinggal di sekolah MOJOK.CO
Ragam

Guru Tak Pernah Benar-benar Merasa Pulang, Raga di Rumah tapi Pikiran dan Hati Tertinggal di Sekolah

8 November 2025
Guru di Aceh dan Murid di Jawa Barat Mempertanyakan Kurikulum Merdeka yang Membuat Mereka Terjajah MOJOK.CO
Ragam

Guru di Aceh dan Murid di Jawa Barat Merasa Terjajah oleh Kurikulum Merdeka

26 Februari 2024
Sekolah Dasar atau SD dengan Murid Paling Sedikit di DIY yang Tak Akan Tutup Meski Hanya Punya Satu Murid MOJOK.CO
Ragam

Sekolah Dasar dengan Murid Paling Sedikit di DIY yang Tak Akan Tutup Meski Hanya Punya Satu Murid

21 Februari 2024
guru penggerak.MOJOK.CO
Ragam

Guru Penggerak Berpotensi Diskriminasi Karier Guru, Ketidakadilan yang Merugikan Para Pendidik

31 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.