Rasanya Jadi Orang Miskin di Kemang Jakarta Selatan, Kawasan Elite yang Isinya Kaum Berduit Sepelekan Perantau Melarat

Rasanya Jadi Orang Miskin di Kemang Jakarta Selatan, Kawasan Elite yang Isinya Pendatang Tajir Sepelekan Perantau Miskin.MOJOK.CO

Ilustrasi Rasanya Jadi Orang Miskin di Kemang Jakarta Selatan, Kawasan Elite yang Isinya Pendatang Tajir Sepelekan Perantau Miskin (Mojok.co/Ega Fansuri)

Tinggal di kawasan elite ibu kota tak selamanya indah. Hidup sebagai perantau di Kemang, Jakarta Selatan, malah menunjukkan hal sebaliknya. Di lingkungan elite ini masih ada banyak orang kaya yang menyepelekan orang-orang miskin.

***

Sudah jadi rahasia umum kalau Kemang adalah tempat tinggal orang-orang tajir di Jakarta. Sampai ada istilah mengatakan, seseorang belum bisa dibilang mapan kalau belum bisa beli properti di kawasan ini.

Bagaimana tidak, Kemang memang masuk dalam top tier permukiman orang-orang berduit ibu kota. Orang kaya level sultan, biasanya akan tinggal di Menteng, Jakarta Pusat. Sementara selevel di bawahnya bakal bermukim di Kebayoran Baru, Pondok Indah, dan Kemang.

Gemerlap kawasan elite ini diakui betul oleh Dika (26), perantau asal Jawa Barat yang sudah dua tahun bekerja di Jakarta Selatan. Bagi Dika, Kemang, tempat ngekosnya kini, sangatlah strategis. Ia amat dekat dengan berbagai fasilitas publik, seperti pusat perkantoran Jakarta Pusat, kawasan bisnis, mal, dan tempat hiburan lainnya.

“Kalau kerjanya di Jakpus, nggak jauh-jauh amat. Misal stres kerja, cari hiburan di Kemang juga gampang, deket sama mal-mal mewah,” jelas perantau ini, saat dihubungi Mojok, Minggu (28/7/2024) malam.

Maka, Dika pun tak merasa heran kalau harga properti di sini sangat tinggi. Menurut yang ia tahu, harga hunian di Kemang dibanderol sekitar Rp30 juta per meter perseginya. Sementara kos-kosan, untuk mendapatkan tipe “paling mendingan”, maka calon penghuni harus menyiapkan budget di atas sejuta.

“Di bawah sejuta, siap-siap dapat kos yang nggak layak aja sih. Jauh dari yang diharapkan. Ya kayak aku ini, sudah dua tahun kuat-kuatin imun aja. Hahaha,” ujarnya.

Kos 800 ribu di Kemang Jakarta Selatan, dapat kamar sempit yang nyaris kumuh

Dika sendiri ngekos di kawasan Antasari, Kemang, Jakarta Selatan. Letaknya persis di belakang Lippo Mall Kemang. Alasannya memilih kos di sini karena selain dekat kantor–bisa ditempuh dengan jalan kaki, tentu juga pertimbangan biaya.

Meski lokasinya sangat dekat dengan Lippo Mall, permukiman tempat tinggal Dika tak masuk kawasan elite. Harga sewa kos-kosan pun masih sangat terjangkau bagi kantongnya.

Ia mendapatkan kos-kosan dengan harga sewa Rp800 ribu. Sementara di kawasan lain, paling tidak harganya sudah dua kali lipat.

“Tapi ya begitu, apa sih yang bisa diharapkan dari kos-kosan 800 ribu di sini,” ungkapnya.

Lulusan salah satu PTN di Jawa Barat ini mengaku, awalnya ia mendapatkan kos dengan harga Rp650 ribu sebulan. Dengan harga segitu, ia cuma mendapatkan kamar kos kosongan seluas 3×4. Kamar mandinya pun jadi satu dengan penghuni lain.

“Karena aku nggak mau repot ina-inu cari kasur, lemari dan sebagainya, makanya aku nambah 150 ribu buat ditambah fasilitas itu. Jadinya ya 800 ribu sebulan,” jelasnya.

Ia tak mau gegabah menyebut kawasan tempat tinggalnya sebagai wilayah kumuh. Namun, kalau dibanding kawasan di Kemang lainnya, jelas kondisinya bagai bumi dan langit.

Banyak rumah penduduk di kawasan sini yang berupa bedeng-bedeng triplek. Antarrumah hanya dipisahkan oleh jalan-jalan sempit yang bahkan sepeda motor pun tak bisa masuk.

“Tiap pagi kalau mau berangkat kerja, lihat pemandangan emak-emak mandiin anaknya di depan rumah gitu udah biasa,” kelakarnya.

Dari yang Dika tahu, banyak penduduk di sini yang mata pencariannya di sektor informal. Bahkan ada yang kerja di jalanan seperti pengamen. Sementara penghuni kosnya mayoritas diisi orang-orang seperti dirinya: perantau berduit pas-pasan yang bersyukur dapat kos murah di Kemang, Jakarta Selatan.

“Dibilang bahagia sih nggak terlalu, karena terpaksa hidup di kos nyaris kumuh. Tapi kalau dibilang bersyukur, tentu bersyukur banget. Kapan lagi dapat kos 800 ribu di kawasan elite.”

Kenyang dengan perlakuan orang-orang kaya yang meremehkan orang miskin

Selain punya dua sisi yang sudah ia jelaskan: keberadaan permukiman kumuh di kawasan elite, Kemang Jakarta Selatan juga punya dua sisi yang lain. Yakni, bagaimana orang-orang kaya memandang rendah orang miskin.

Dua tahun kerja di agensi, Dika banyak menerima klien dari banyak golongan. Mulai dari kaum tajir melintir, orang-orang nyaris kaya, artis terkenal, sampai artis belum terkenal dengan kelakuan sok-sokan.

“Dari pengalaman yang udah-udah, orang-orang kaya dan artis-artis belum terkenal ini yang paling repot kerjasamanya,” ungkap Dika.

Pengalaman paling memuakan terjadi sekiranya tahun lalu. Saat sedang rapat bersama klien artis, ia mendapat olok-olok hanya karena logatnya terlalu Sunda dan dibilang kampungan.

“Saat aku mau presentasi, dia bilang ‘tolong jangan dia, logatnya nggak enak banget didengarnya, terlalu Sunda. Coba yang lain!’,” kenangnya, kesal.

“Kalau kita googling nama belakangnya, bakal ketahuan deh si artis nggak terkenal ini anaknya siapa. Hahaha.”

Penghinaan-penghinaan yang demikian tak cuma sekali ia alami. Bahkan cukup sering. Namun, yang namanya profesionalitas, Dika turuti saja kemauan klien tanpa ngedumel.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Kerasnya Hidup di Tambora Jakarta Barat, Perantau Berbagi Ruang dengan Tikus dan Kecoa di Kos Kumuh

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version