Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Getirnya Gen Z Jogja Jadi OB Rumah Sakit Cuma Digaji Rp800 Ribu: Jangankan Punya Rumah, Buat Ngopi Aja Mikir-Mikir

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
7 Mei 2024
A A
Getirnya Gen Z Jogja Jadi OB Rumah Sakit Cuma Digaji Rp800 Ribu: Jangankan Punya Rumah, Buat Ngopi Aja Mikir-Mikir.MOJOK.CO

Ilustrasi Getirnya Gen Z Jogja Jadi OB Rumah Sakit Cuma Digaji Rp800 Ribu: Jangankan Punya Rumah, Buat Ngopi Aja Mikir-Mikir (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Menjadi buruh di Jogja dengan UMR yang sangat kecil memang tak pernah mudah, apalagi kalau gajinya jauh di bawah upah minimum tersebut. Jangankan mau foya-foya, buat mendapatkan kebagaian kecil saja harus mengkis-mengkis dulu.

Per 2024, UMR Jogja berada di angka Rp2,4 juta. Jika dikomparasikan dengan wilayah lain, terutama Jakarta, angka ini memang tak seberapa. 

Ironisnya, masih ada sebagian buruh Jogja yang menerima upah di bawah UMR seuprit tersebut. Salah satunya adalah Amin (21).

Lelaki yang menolak disebutkan tempat kerjanya ini, hanya diupah Rp800 ribu sebulan. Jika UMR Kota Gudeg saja dikategorikan kecil, bagaimana dengan upah Amin yang hanya seperempatnya? Kira-kira begitu keluh-kesah lelaki asal Umbulharjo ini saat Mojok temui di sela-sela aksi Peringatan Hari Buruh Internasional atau Mayday pada Rabu (1/5/2024) lalu.

Getirnya Gen Z Jogja Jadi OB Rumah Sakit Cuma Digaji Rp800 Ribu: Jangankan Punya Rumah, Buat Ngopi Aja Mikir-Mikir.MOJOK.CO
Aksi turun ke jalan yang diikuti Amin dalam rangka Peringatan Hari Buruh Nasional di Titik Nol Kilometer, Jogja, Rabu (1/5/2024). (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Amin sendiri bekerja di sebuah rumah sakit yang berada di DIY. Sudah lebih dari empat bulan ia bekerja sebagai office boy (OB) di rumah sakit tersebut.

“Kalau mau tega-tegaan, nggak ingat ibuku yang lagi sakit, mungkin aku sudah pergi dari kota yang nggak bisa ngasih aku upah layak ini,” geramnya.

Terpaksa cari kerja di Jogja demi merawat ibu yang sakit

Merantau sebenarnya menjadi cita-cita Amin. Setidaknya, kalau tidak bisa ke Jakarta, dapat pekerjaan di kota yang UMR-nya lebih manusiawi ketimbang Jogja adalah tujuannya.

Sayangnya, harapan itu tinggal harapan. Sejak lulus SMA dua tahun lalu, ia harus rela terjebak di “tempurung” bernama Jogja dan tak bisa kemana-mana lagi.

“Keluargaku penyintas Covid. Bapak meninggal waktu pandemi, sementara kondisi ibu tak membaik sejak kena Covid dulu. Sakitnya kambuhan nggak sembuh-sembuh,” jelasnya.

“Rumah akhirnya nggak bisa ditinggal. Makanya aku sebagai bungsu punya kewajiban merawat ibu,” lanjut Amin, menjelaskan alasannya tak bisa meninggalkan Jogja.

Ia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya, seorang perempuan, sudah hidup berumah tangga dan tinggal di Semarang. Sementara kakak keduanya, laki-laki, kini bekerja di Salatiga.

Sebenarnya, kedua kakaknya menawari Amin buat kuliah. Katanya, biaya akan mereka tanggung asalkan adiknya itu tetap berada di rumah merawat sang ibu.

Namun, Amin menolaknya. Ia sudah mempertimbangkan masak-masak soal biaya kuliah yang tak murah.

“Aku tahu betul kuliah tidak murah. Aku juga tak mau membebani mereka [kakak] yang sudah punya urusan masing-masing. Jadi aku putusin buat kerja saja.”

Iklan

Tiga kali pindah kerja, tak pernah merasakan gaji layak

Sejak 2022 lalu, Amin sudah tiga kali pindah tempat kerja. Pertama, ia pernah bekerja sebagai penjaga rental PS dekat rumahnya. 

Di tempat kerja ini, Amin sering mengalami overwork. Bagaimana tidak, rental PS tersebut masih satu kepemilikan dengan sebuah kedai jus buah. Jadi, selain menjaga dan memantau para pelanggan main PS, Amin juga kudu melayani para pembeli jus.

“Sehari satu shift paling nggak 12 jam, berangkat pagi pulang maghrib atau sebaliknya. Cuma dibayar 40 ribu sehari,” kata Amin.

Setelah tujuh bulan merasa jerih payahnya tanpa hasil, Amin pindah ke sebuah kedai makan di mal Kota Jogja. Meski statusnya part time, penghasilannya lebih mendingan jika dibanding tempat kerja sebelumnya.

Di kedai makan ini, Amin mendapat upah bersih Rp1,8 juta sebulan. Ada kalanya jika salesnya melampau target, ada bonus harian yang ia dapat. Cukup lama Amin bekerja di sini, kurang lebih setahun. Sebelum akhirnya salah satu kawannya yang bekerja di rumah sakit menawarinya bekerja sebagai OB.

“Temanku nawarin, katanya di RS ada lowongan kerja. Dia nggak tahu berapa gajinya, cuman bilang kalau kerjanya cukup enak, jam kerja pun juga sesuai,” ujarnya. Alhasil, sejak awal 2024, dengan cukup mudah, Amin resmi bekerja di rumah sakit tersebut.

Jadi OB rumah sakit gaji 800 ribu, mau ngopi saja mikir-mikir

Sejak awal, Amin tak memahami soal status tenaga kerjanya di RS tersebut. Ia tak pernah melewati proses rekrutmen yang panjang, tak pernah ada interview, apalagi tanda tangan kontrak. 

Orang yang membawanya masuk hanya bilang, pegawai yang lama keluar. Jadi, ia diminta menjadi pengganti pegawai tersebut sebagai OB.

Buruh Jogja ini pun awalnya tak pernah menanyakan soal gaji. Saat masuk, ia optimis bakal digaji layak; paling tidak di atas Rp2 jutaan, pikirnya. Soal beban kerja, masih bisa ditolerir: kerja 8 jam sehari, dengan beban yang proporsional.

Getirnya Gen Z Jogja Jadi OB Rumah Sakit Cuma Digaji Rp800 Ribu: Jangankan Punya Rumah, Buat Ngopi Aja Mikir-Mikir.MOJOK.CO
Ilustrasi pekerjaan office boy (OB) di rumah sakit (dok. Mitratama Cipta)

Saat gajian pertama, ia kaget bukan main. Pasalnya, hanya ada Rp800 ribu yang masuk ke rekeningnya.

“Karena kaget, saya tanya dong, siapa tahu salah transfer. Ternyata memang segitu, malah ditanya balik, ‘memangnya pas interview nggak dikasih tahu gajinya segitu?’, lah kan interview saja nggak ada,” geram buruh Jogja ini.

Tiap bulan, Amin memang mengalami kenaikan upah. Kini, setelah nyaris lima bulan bekerja, gajinya berkisar Rp1,2 juta.

“Aku nggak pernah hedon kayak teman yang lain. Uangku habis buat kebutuhan harian. Jangankan mau foya-foya, diajak nongkrong, ngopi aja, kudu mikir-mikir sisa uang masih berapa. Apalagi nikah dan punya rumah sendiri, kejauhan itu mah,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Perjuangan Peserta UTBK di UNY Jadi Karyawan Laundry Sambil Belajar Ujian, Ringankan Beban Ibu yang Sakit dan Bapak Tukang Bangunan

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 24 November 2025 oleh

Tags: buruhBuruh Jogjaburuh underpaidGen Zgen z jogjaJogjakota jogjaoboffice boypekerja jogjarumah sakitunderpaid
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO
Esai

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO
Liputan

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang? MOJOK.CO
Esai

Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang?

18 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
Gedung Sarekat Islam, saksi sejarah dan merwah Semarang sebagai Kota Pergerakan MOJOK.CO

Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

20 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.