Pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkan penyakit Royyan (18) dan Faliha (22) hanya ada dalam angan-angan mereka saja. Biayanya terlampau mahal. Sementara BPJS tidak menanggungnya.
***
Saya bertemu Royyan saat sedang sama-sama menunggu motor kami ditangani montir di sebuah bengkel di Jalan Besi Jangkang, Ngaglik, Sleman, pada Rabu (25/12/2024) siang WIB.
Kami sama-sama berkacamata. Bedanya, Royyan butuh benar-benar mendekatkan wajahnya ke layar ponselnya agar bisa membaca/melihat jelas apa yang ada di layar ponselnya tersebut.
Cukup lama kami saling diam. Sampai akhirnya Royyan memberanikan diri bertanya pada saya, “Minus berapa, Mas?” Saya menyebut angka diopri lensa yang saya pakai. Royyan hanya mengangguk-angguk dengan gestur kikuk.
“Saya sepertinya sudah parah, Mas. Tapi gimana ya, nggak ditanggung BPJS,” ucap pemuda itu dengan wajah melas.
BPJS hanya bisa untuk kontrol
Royyan asli Sleman. Dia mengaku sudah menderita mata minus sejak masih SD. Itu pun angkanya sudah tinggi: -3,0.
Lalu ketika kontrol terakhir waktu kelas 2 SMP, angkanya semakin tinggi: -5,0. Dan itu adalah momen terakhir kali Royyan mau diajak kontrol orang tuanya ke dokter mata.
Meskipun untuk sekadar kontrol atau periksa mata memang bisa menggunakan BPJS, tapi Royyan merasa enggan.
Sebab, ada perasaan getir yang aneh setiap kali mendengar penjelasan dokter mata. Royyan merasa takut. Lebih tepatnya tidak siap menerima kenyataan kalau minusnya makin tambah.
“Aku baru saja lulus SMK, Mas. Nggak pernah periksa lagi. Dan sekarang kayaknya makin parah,” ungkap Royyan getir.
Wortel sembuhkan mata minus hanya mitos
Sejak SMP, Royyan termakan omongan bahwa wortel bisa menyembuhkan mata minus. Itu dia dapat dari guru-gurunya di SMP, yang menyarankan agar Royyan rajin minum jus wortel atau syukur-syukur wortel mentah.
Royyan pun manut saja. Dia terbilang sering minum jus wortel atau wortel mentah, dengan harapan dia benar-benar bisa sembuh.
“Karena susah, Mas, punya mata minus. Mau ngapa-ngapain nggak leluasa. Misalnya, main futsal. Ya nggak bisa. Aku sempat ikut main futsal, kena bola, patah (frame-nya),” tutur Royyan.
Memang ada, sih, kecamata minus khusus untuk aktivitas sport atau outdoor. Tapi, jika melihat harganya, tidak mungkin orang tuanya mau mengeluarkan uang untuk menebusnya. Harga paling murah Rp500 ribuan, og.
Intensitas Royyan minum jus wortel dan makan wortel mentah ternyata tidak membuahkan hasil. Matanya malah terasa makin buram dari waktu ke waktu.
Hingga akhirnya, menjelang lulus SMK, Royyan baru tahu kalau “wortel bisa sembuhkan mata minus” hanyalah “mitos”. Di internet ada banyak sekali tulisan yang membantah anggapan tersebut.
“Dan aku baru sadar, beberapa kali aku periksa mata yang sampai SMP itu, sekali pun aku nggak pernah dengar dokter menyarankan banyak-banyak minum jus wortel,” kata Royyan.
Dan memang begitu lah adanya, seperti yang diungkapkan dokter spesialis mata dari Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung, dr. Prettyla Yollamanda, Sp.M.
“Tidak apa-apa minum jus wortel karena itu bagus untuk kesehatan mata. Tapi jangan berharap itu akan membantu menyembuhkan mata minus,” jelasnya seperti termuat di laman resmi Kemenkes.
Biaya operasi yang terlamapu besar
Royyan akhirnya tahu, satu-satunya cara untuk mengobati mata minus adalah operasi. Ada beberapa pilihan metode. Tapi yang disebut paling efektif adalah operasi dengan metode LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis).
Dalam prosedur ini, laser digunakan untuk mengubah bentuk kornea mata, sehingga cahaya dapat difokuskan secara akurat pada retina.
“Katanya ya mahal banget. Dan nggak ditanggung BPJS. Nasib, nasib,” keluh Royyan.
Melansir dari laman resmi Rumah Sakit dan Klinik Mata KMU (Kesehatan Mata Utama), metode LASIK sendiri terbagi ke dalam beberapa jenis, menyesuaikan tingkat risiko. Namun, gambarannya, biayanya berkisar antara Rp33 juta sampai Rp42 juta untuk sepasang mata.
“Kan, uang dari mana, Mas? Harus jual apa buat dapat uang sebesar itu?” Respons Royyan dengan wajah putus asa saat saya perlihatkan range harga KMU 2025.
BPJS tak tanggung operasi LASIK
Sayangnya, BPJS memang tidak menanggung biaya operasi LASIK.
Masih melansir KMU, alasan BPJS tidak menanggung biaya operasi LASIK karena LASIK bukanlah suatu jenis operasi mata yang dianggap esensial atau wajib dilakukan, sehingga tidak dapat menggunakan BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan hanya menanggung biaya operasi yang dianggap esensial seperti operasi katarak. Sementara untuk pengobatan miopia, hipermetropi dan astigmatisme, BPJS hanya menanggung biaya untuk kacamata.
Hanya bisa menangis dalam ketakutan
Cerita serupa diungkapkan oleh Faliha (22), mahasiswa di salah satu universitas negeri di Surabaya.
Faliha harus mengawali bulan Ramadan 2024 lalu dengan tangis menjadi-jadi. Penyebabnya, beberpa minggu sebelum Ramadan, dia mengeluhkan matanya yang terasa makin kabur.
Faliha lantas memutuskan periksa di salah satu klinik mata di Surabaya. Hasilnya membuat dada Faliha sesak. Minusnya sudah di angka: -10,0.
“Hampir saja aku pingsan. Sedih, bingung, marah,” ungkap Faliha. “Padahal aku juga nggak terlalu sering main HP,” ungkapnya saat berbagi cerita pada Jumat (27/12/2024).
Hatinya bertambah hancur ketika dia mencoba memberitahu orang tuanya. Ibu Faliha bahkan sampai nangis sesenggukan karena takut dan putus asa: bagaimana cara menyembuhkannya?
Falihah dan orang tuanya sedianya sama-sama tahu: jika ingin sembuh, maka operasi LASIK. Tapi mereka juga tahu, biaya LASIK itu sangat mahal. BPJS tidak menanggungnya. Lantas, uang dari mana? Sementara ekonomi keluarganya juga jauh dari mapan.
Berharap keajaiban
Sama seperti Royyan, Faliha menderita mata minus sejak masih SD. Bedanya, Faliha memang masih rutin kontrol ke dokter mata.
“Dulu itu selalu berharap kalau periksa ada kabar baik. Tiba-tiba ada keajaiban dari Allah minusku turun. Tapi, setiap periksa, hanya kabar buruk yang kuterima,” ucapnya dengan nada sendu.
Minus sebesar itu membuat aktivitas Faliha benar-benar terganggu. Dia bergantung penuh pada kacamatanya. Sebab, kalau tidak, dia hanya bisa melihat sekeliling dengan gambaran buram nan ambyar.
“Di kelas pun kalau kuliah, harus duduk depan kalau mau nyimak serius. Kalau di belakang, tulisan di papan tulis atau proyektor nggak kelihatan sama sekali,” keluhnya.
Faliha sempat mau mencoba pengobatan alternatif. Namun, dari hasil sharing dengan sejumlah teman, mayoritas temannya tidak menyarankan. Menimbang efek samping yang tidak terprediksi.
Pada akhirnya Faliha hanya bisa pasrah. Dia sepenuhnya tahu kalau banyak minum jus wortel tidak menyelesaikan apapun. Namun, hingga saat berbincang dengan saya, dia masih melakukannya: sering minum jus wortel dan makan wortel mentah.
“Aku sambil mengamalkan baca ayat Alquran (Qaf: 22) yang kata seorang kiai bisa menyembuhkan mata minus. Aku modal yakin pada Allah saja, Mas, berharap keajaiban sembuh,” tutupnya.
Mau bagaimana lagi. BPJS tidak menanggung operasinya. Sementara dia tak punya uang sebanyak itu (Rp33 juta-44 juta) untuk membayar rumah sakit.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Daftar 21 Penyakit yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan, Pasien Masih Sering Salah Mengira atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan