Atas satu dan lain alasan, tidak semua orang bisa langsung sunat sejak kecil atau ketika remaja. Ada juga orang yang baru memutuskan sunat saat memasuki usia dewasa bahkan tua. Bong supit atau juru sunat di Jogja merekam cerita dari mereka yang baru sunat di masa dewasa.
***
Saat saya berkunjung ke Bong Supit Suryono di Sumberadi, Mlati, Sleman, si juru sunat yang akrab dengan panggilan Pak Sur (60) masih menangani satu pasien terakhir sebelum jeda salat Magrib.
Berdasarkan informasi dari dua perempuan di meja penebusan obat, Pak Sur masih akan menangani satu pasien lagi sekitar pukul 19.00 WIB. Maka, saya punya kesempatan di bakda Magrib jika ingin melakukan wawancara.
Beruntung juru sunat itu dengan senang hati memberi kesempatan saya untuk masuk ke ruangannya. Kami lantas berbincang mengenai dunia persunatan orang dewasa.
Bong supit Jogja saksi orang baru sunat di usia 80 tahun
Pak Sur sudah 35 tahun berprofesi sebagai juru sunat di Jogja. Dari pengalaman panjangnya tersebut, sudah tak terhitung berapa jumlah pasien sunat di usia dewasa yang ia tangani.
“Kebanyakan mualaf kalau yang dewasa baru sunat. Atau orang non muslim, cuma menjaga kebersihan dan kesehatan alat vital,” terang Pak Sur, Kamis (11/7/2024).
“Ada juga yang karena mau nikah akhirnya baru sunat,” sambung juru sunat ramah tersebut.
Mereka—orang dewasa yang baru mau sunat—bisanya akan datang ke Bong Supit Suryono seorang diri, tanpa ada keluarga yang mengantar. Barang kali karena pertimbangan malu, Pak Sur tak bisa memastikan.
Selain itu, Pak Sur mengaku sempat menangani pasien yang baru sunat di umur 80 tahun. Waktu itu karena si kakek umur 80 tahun itu baru hendak berangkat haji, sehingga mau tak mau harus sunat terlebih dulu. Padahal waktu itu hanya tinggal seminggu saja keberangkatannya.
“Tapi yang seperti itu biasanya karena dulu di masa kecil belum sempat sunat. Karena orang zaman dulu, nggak ada biaya, nggak ada sunat massal juga,” jelas Pak Sur.
Sunat di bong supit Jogja saat dewasa demi kepuasan suami istri
Jauh sebelum saya berkunjung ke Bong Supit Suryono, pada 2018 silam Mojok sempat berkunjung ke Supit Bogem milik Bardo Djumeno di Kalasan, Sleman.
Pak Bardo menjumpai pemandangan unik saat berhadapan dengan pasien sunat dewasa. Jika pasien anak-anak diantar oleh orang tua, maka pasien dewasa sering kali diantar oleh pasangannya: mahasiswa diantar pacar, ada juga pria muda yang diantar calon istrinya.
Pak Bardo menjelaskan, urusan sunat atau belum sunat memang berpengaruh dalam urusan hubungan suami istri.
“Kalau nikah belum sunat, kan istrinya bisa membandingkan, nih. Lebih nyaman mana, sebelum atau sesudah disunat?” Ujar Pak Bardo dengan tawa renyah.
Ia pun mengaku sempat mendapat pasien bapak-bapak yang baru memutuskan sunat setelah memilki dua anak. Dan hasilnya memang sangat berpengaruh dalam hubungan suami istri.
“Memang katanya lebih enak setelah sunat, lebih mantap dan bersih,” terang Pak Bardo.
Sunat waktu dewasa itu sakit dan alot?
Barang kali teman-teman pembaca sudah kerap dengar, konon kalau baru sunat di masa dewasa, maka proses sunatnya akan jadi lebih sulit dan sakit karena kulitnya sudah terlanjur alot.
“Kalau zaman dulu memang iya, karena alatnya kan tradisional. Kalau sekarang kan sudah modern. Metodenya juga modern. Seperti saya sendiri pakai metode laser,” beber Pak Sur.
Pak Sur mengawali menjadi bong supit di Jogja berawal dari bong supit tradisional. Jauh sebelum itu, profesi asli Pak Sur sebenarnya malah seorang perawat gigi.
Seiring waktu, Pak Sur mulai memiliki ketertarikan untuk mempelajari supit atau sunat. Ia pun mengikuti pelatihan-pelatihan. Dari juru sunat tradisional, Pak Sur kini menjadi juru sunat dengan alat-alat yang mengikuti zaman.
“Jadi sekarang nggak ada istilahnya sunat sakit. Termasuk ke orang dewasa. Metode laser itu tidak terlalu sakit, sembuhnya juga cepet,” ungkap Pak Sur.
Bahkan misalnya si pasien takut suntik anestesi sebelum sunat, di Bong Supit Suryono Jogja menyediakan metode yang pokoknya menghindarkan si pasien dari rasa nyeri jarum suntik.
“Atau bisa juga pakai metode hipnotis. Jadi dihipnotis biar tidur atau biar nggak merasakan sakit. Tapi perlu dicatat, hipnotis ini fungsinya buat menolong orang. Kalau untuk merugikan orang lain, merampok, itu namanya gendam, lain lagi,” tutur juru sunat Jogja itu.
Tak terasa sudah mendekati pukul 19.00 WIB. Saya lantas berpamitan, sementara Pak Sur bersiap untuk menangani pasien yang katanya datang dari Magelang. Karena selain Jogja, pasien Bong Supit Suryono ternyata juga berasal dari Magelang hingga Solo.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.