Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kuliah Modal Beasiswa, tapi Malah “Durhaka” ke Orang Tua: Dulu Dibanggakan, Kini Menyakitkan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
17 September 2025
A A
beasiswa kuliah. MOJOK.CO

Ilustrasi - Penerima Beasiswa (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kacang lupa kulit, barangkali menjadi peribahasa yang cocok dialamatkan kepada salah satu mahasiswa asal Gunungkidul. Bagaimana tidak, dia berhasil mendapatkan kuliah gratis modal beasiswa, tapi malah “durhaka” dan melupakan orang tuanya.

***

Setiap kali pulang dari Jogja, tempat dia mencari kerja, Yudi (32) selalu menemukan rumahnya di Gunungkidul dalam keadaan yang sama. Kursi bambu tua di teras, tetap jadi tempat bapaknya duduk sore sambil merokok. Sementara di meja makan, ibunya tetap menaruh satu piring berisi tumis kembang pepaya dan ayam goreng, makanan kesukaan adiknya.

“Tiap kali kutanya, ibu selalu bilang, ‘siapa tahu kalau tiba-tiba adikmu pulang, dia bisa langsung makan lauk kesukaannya,” ujar lelaki yang bekerja di salah satu bengkel di Sleman itu, Selasa (16/9/2025).

Senyumnya getir. Ia masih tak habis pikir betapa kehidupan kota, cukup untuk membuat seorang anak lupa pada orang tua yang membesarkannya.

Dapat beasiswa, jadi kebanggan di keluarganya

Yudi memiliki seorang adik yang usianya tak jauh darinya. Sebut saja Bima (bukan nama sebenarnya). Tahun 2017, adiknya lolos beasiswa kuliah di Jakarta. 

Di satu sisi, kabar itu bikin satu keluarga bangga. Meski di sisi lain, itu bukan kabar mengherankan, karena sejak sekolah Bima memang terkenal sebagai anak yang cerdas. Selalu ranking kelas.

“Hebat tenan, anak tani iso kuliah neng Jakarta gratis (Hebat, anak petani bisa kuliah gratis di Jakarta),” kira-kira demikian kalimat yang keluar dari mulut bapaknya.

Kata Yudi, ia dan adiknya memang seperti langit dan bumi. Adiknya pendiam, tapi cerdas. Lebih dimanja juga. Sementara dirinya sebaliknya: SMA saja tidak lulus dan memutuskan untuk bekerja saja.

“Aku selalu berdoa, moga-moga adikku jadi orang sukses, jangan kayak kakaknya ini,” ujar Yudi.

Yudi mengingat, saat hari keberangkatan, ia sendiri yang mengantar adiknya ke Terminal Wonosari. Ibunya menitipkan bekal nasi, dan bapaknya memberikan uang saku. Sementara Yudi, yang saat itu masih menganggur, tak bisa nyangoni apa-apa selain doa dan harapan.

Dapat kabar saja malah dari tetangga

Awal kuliah, komunikasi Bima dan orang tua masih berjalan lancar. Hampir tiap malam, anak penerima beasiswa itu menelpon ibunya. Kata Yudi, ia kerap bercerita tentang pertama kali naik bus kota di Jakarta, tentang bingungnya mencari kos, sampai tentang kehidupan kota yang 180 derajat dari desa.

Cerita-cerita itu pun membuat rumah tetap hidup, seolah jarak Jakarta–Gunungkidul tidak ada. Makanya, ketika hendak meninggalkan rumah untuk kerja di Jogja, Yudi tak khawatir karena rumah tak akan sepi-sepi amat.

Namun, seiring waktu, telepon itu makin jarang. Dari setiap malam, menjadi seminggu sekali. Lalu sebulan sekali. Hingga akhirnya nyaris tidak ada.

Iklan

Yang ironis, kabar tentang Bima justru lebih sering datang dari orang lain. Misalnya, suatu hari salah seorang tetangga berkata pada ibu, “Wah, anakmu menang lomba debat, ya. Aku lihat fotonya di IG.”

Ibunya yang tak main IG jelas tak tahu menahu soal kabar itu. Yudi sendiri juga tak tahu kalau adiknya bakal “sekurang-ajar” itu. Padahal ia tahu adiknya begitu aktif di media sosial, tapi mengapa untuk sekadar mengabari orang tua saja tidak mau?

“Yang sedih itu, tiap aku tanya apa adik ngasih kabar apa nggak, ibu dan bapak selalu bilang, ‘nggak apa-apa mungkin adikmu lagi sibuk’. Padahal lho di IG dia update story terus, soal lomba lah, soal beasiswa lah.”

Baca halaman selanjutnya…

Tiga tahun tak pulang, bahkan orang tua tak tahu kalau anak sudah lulus.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 17 September 2025 oleh

Tags: anak durhakabeasiswabeasiswa s1Mahasiswapilihan redaksiprogram beasiswa
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Macam-macam POV orang yang kehilangan botol minum (tumbler) kalcer berharga ratusan ribu MOJOK.CO

Macam-macam POV Orang saat Kehilangan Tumbler, Tak Gampang Menerima karena Kalcer Butuh Dana

28 November 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.