Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kuliner

Nasi Goreng Sapi Padmanaba, Nasgor Legendaris yang Mendamaikan Perseturuan Dua Geng Remaja di Jogja

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
28 Februari 2024
A A
Nasi Goreng Sapi Padmanaba, Nasgor Legendaris yang Mendamaikan Perseturuan Dua Geng Remaja di Jogja.mojok.co

Ilustrasi Nasi Goreng Sapi Padmanaba, Nasgor Legendaris yang Mendamaikan Perseturuan Dua Geng Remaja di Jogja (Mojok.co/Ega)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ada cerita menarik mengenai Nasi Goreng Sapi Padmanaba. Kelezatan di tiap piringnya nyatanya mampu mendamaikan dua geng remaja di Jogja yang tengah berseteru. Mirip pepatah lama, semua masalah bisa terselesaikan di meja makan.

Sesuai namanya, Nasi Goreng Sapi Padmanaba merupakan kuliner malam legendaris Kota Jogja yang lokasinya berada di sisi selatan SMA Negeri 3 Jogja (Padmanaba). Konon, warung makan kaki lima ini tak pernah sepi. Para pengunjung rela berjubel mengantre demi mencicipi sepiring nasgor sapi yang khas.

Malam itu, Sabtu (24/2/2024), selepas hujan seharian mengguyur Kota Jogja, saya menyempatkan diri untuk datang ke warung makan tersebut. Seporsi nasi goreng jumbo, yang konon cita rasa rempahnya amat kuat, saya pikir cocok untuk mengusir dinginnya malam Kota Jogja.

Saya sampai di Nasi Goreng Sapi Padmanaba sekitar pukul 20.30 WIB. Antrean yang mengular ternyata bukan sekadar mitos. Saat saya sampai, puluhan sepeda motor sudah memadati area parkir di yang tersedia di sana. 

Tak sedikit dari pengunjung yang tak kebagian kursi, memilih menyantap pesanan mereka di trotoar jalan. Mereka tak peduli celana menjadi basah karena menduduki cor-coran berair bekas hujan seharian. Semua demi menyantap seporsi Nasi Goreng Sapi Padmanaba.

Nasi goreng yang dimasak secara estafet

Setelah 10 menit lebih mengantre, tibalah giliran saya memesan. Ternyata, menu yang mereka tawarkan tak terlalu beragam. Untuk makanan hanya ada dua opsi, nasi goreng sapi biasa dan nasi goreng jumbo.

Menariknya, harga yang mereka patok juga tak terlalu berjarak. Nasi goreng biasa mereka banderol Rp20 ribu per porsi, sementara yang jumbo Rp21 ribu. Saya pun memutuskan untuk memesan nasi goreng sapi jumbo dan segelas teh manis hangat.

Satu hal yang menarik perhatian saya adalah cara memasaknya. Jadi, puluhan atau bahkan ratusan porsi pesanan akan dimasak sekali jadi dalam sebuah kuali raksasa. Saat sudah siap, barulah para chef ini menyajikan ke tiap piring sesuai pesanan.

Dimas (20), salah satu juru masak di warung makan ini, mengaku kalau untuk sekali masak, timnya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Ada lebih dari 10 kilogram nasi yang mereka aduk secara bergantian.

“Biasanya lima menit sekali kami gantian,” katanya kepada Mojok malam itu, sambil menunjuk lima orang lain yang tengah menunggu giliran mengaduk.

Kebetulan, ia baru saja menyelesaikan gilirannya. Saat sedang tidak mengaduk, biasanya dia membantu urusan lain seperti mencatat pesanan pembeli atau membuat minum.

“Nah, itu namanya Mas Mulet,” kata Dimas menunjuk seorang juru masak lain yang tengah mengaduk nasi goreng. “Mas Mulet kalau sudah ngaduk bisa kuat setengah jam itu,” kelakarnya, yang diikuti tawa teman-temannya yang lain. Kata Dimas, dia tak tahu pasti ada berapa porsi yang terjual tiap harinya. Yang pasti, jumlahnya di atas seratus porsi. Sementara rata-rata 5-10 box telur juga mereka habiskan tiap harinya.

Kurang dari lima menit, seporsi nasi goreng sapi jumbo dan segelas teh manis hangat mendarat di tangan saya. Setelah membayar total bill Rp24 ribu, saya langsung beranjak mencari tempat duduk yang nyaman.

Selalu makan di sini setelah “bertempur” di jalanan

Saya memilih tempat duduk yang agak jauh. Meski tikar yang saya duduki agak basah, ini tak terlalu jadi masalah. Di sebelah saya duduk tiga orang lelaki yang rupanya sudah mendapatkan pesanan mereka lebih dulu. Dengan ramah, mereka basa-basi menyapa dan mempersilakan saya duduk di samping mereka.

Iklan

Arifin (27), salah seorang lelaki yang duduk di sebelah saya, mengaku sudah sejak 2014 lalu langganan di Nasi Goreng Sapi Padmanaba. Kata lelaki asal Gondokusuman ini, warung makan ini selalu jadi tempatnya mengisi perut setelah “bertempur” di jalanan.

Awalnya, saya mengira kata “bertempur” ini adalah kiasan untuk bekerja, atau “kegiatan positif” lain yang berhubungan dengan jalanan. Ternyata makna bertempur tadi punya maksud sebenarnya, alias “tawuran”.

“Selesai mubeng, titik kumpulnya pasti di sini, Mas,” kata Arifin. Mubeng sendiri adalah istilah untuk kegiatan berkeliling cari musuh yang dilakukan para anggota geng remaja di Jogja.

Arifin, yang menolak menyebut nama gengnya, bahkan mengaku pernah makan nasgor di sini dalam keadaan bonyok. Ceritanya, ketua gengnya memilih Arifin buat mewakili kelompoknya berduel dengan musuh. Ia memenangi duel, meski wajahnya bengep, penuh luka bekas pukulan.

“Menang senggel lawan musuh, dapat traktitan nasi goreng di sini. Jadi ya makan sambil beresin wajah yang bengkak-bengkak,” ujarnya sambil tertawa.

Baca halaman selanjutnya…

Menyatukan dua geng remaja yang sedang berseteru

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 28 Februari 2024 oleh

Tags: gengJogjaklitihnasi gorengnasi goreng sapipadmanaba
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO
Liputan

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO
Bidikan

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

elang jawa.MOJOK.CO

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

18 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.