Kopi Lali Jogja, sebuah rumah makan yang menerapkan bayar seikhlasnya untuk semua menu tanpa syarat tertentu. Berdiri sejak 2020, rumah makan milik seorang pensiunan BUMN itu nyatanya terus bertahan bahkan laris sampai sekarang.
Kopi Lali merupakan sebuah rumah makan yang terletak di daerah utara Jogja. Tepatnya di Beneran, Purwobinangun, Pakem, Sleman. Rasa penasaran membuat saya melawat ke lokasi tersebut pada Jumat (16/2/2024), pagi jelang siang. Menelusuri Jalan Palagan arah lereng Gunung Merapi yang masih asri.
Letak warung makan milik pensiunan BUMN ini memang agak jauh dari pusat kota. Namun, sesampainya di sana tampak ada beberapa mobil ber-plat luar daerah yang terparkir. Tidak terlalu ramai namun tidak juga sepi. Suasananya pas untuk menikmati makananan dengan nuansa perdesaan.
Konsep bangunan Kopi Lali mirip dengan Kopi Klotok yang konstruksinya terbuat dari kayu. Sehingga menyatu dengan lingkungan sekitar yang masih dikelilingi perkebunan warga.
Saat masuk ke dalam, tampak kotak bertuliskan “Ojo lali bayar di sini seikhlasnya” persis di samping etalase berisi beragam menu makanan. Selain itu, menu-menunya memang terlihat unik. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah oseng salak. Maklum, salak memang salah satu komoditas unggulan di Sleman.
“Mau makan apa Mas? Pakai nasi putih atau nasi rempah?” kata seorang pelayan memecah lamunan saya saat melihat deretan menu.
Saya memilih menggunakan nasi rempah karena penasaran. Selanjutnya, saya menunjuk lodeh kluwih sebagai menu pendamping. Tak ada batasan untuk memilih berapa jenis menu. Nasi pun kalau kurang bisa tambah.
“Tapi sepertinya nggak cocok Mas kalau lodeh kluwih pakai nasi rempah. Nanti tabrakan,” saran pelayan itu.
Baiklah, saya mencoba berbagai menu lain yang tersedia. Saya tunjuk rica jengkol, oseng lali, oseng salak, dan pelor alias tempe telor. Nama-nama menunya memang unik. Selain menu itu, ada beberapa pilihan lain seperti soun mlinjo, botok ikan, gongso, dan sejumlah masakan lain yang totalnya sekitar 10 menu.
Rumah makan bayar seikhlasnya mampu bertahan 4 tahun
Tak berlama-lama, saya lahap menu pilihan. Rasanya tidak mengecewakan. Nasi rempahnya gurih dan rica jengkolnya pedasnya nendang. Selain itu, ternyata oseng salaknya juga enak meski awalnya saya agak sedikit meremehkan.
Sekar Soca (25), pengunjung Kopi Lali bercerita kalau ia juga terkesan dengan oseng salak yang ternyata enak. Manis dan gurihnya cocok sebagai teman makan nasi.
“Kalau menurutku yang enak juga teh rempahnya. Hangat dan khas banget,” katanya.
Soca datang ke rumah makan ini untuk pertama kalinya karena dapat rekomendasi dari tantenya. Kebetulan, saat itu ia sedang liburan di Jogja karena cuti kerja dari Jakarta. Saat sedang latihan berkuda di daerah utara Jogja, ia disarankan untuk menjajal menu rumah makan ini.
“Emang khas sih, walaupun bayar seikhlasnya ternyata masakannya nggak ala kadarnya. Enak,” tuturnya.
Pengunjung yang menikmati menu Kopi Lali saat itu tampak berasal dari beragam kalangan. Ada sekolompok bapak-bapak, keluarga, hingga mahasiswa menggunakan korsa organisasi yang barangkali ingin makan terjangkau.
Selepas makan dan menikmati suasana, saya pun menata piring dan gelas kotor, lantas mengembalikannya ke wadah yang tersedia. Selembar uang saya masukkan ke kotak. Meski seikhlasnya, dengan makanan yang enak, hati rasanya ingin membayar yang agak pantas.
Barangkali itulah yang dirasakan oleh kebanyakan pengunjung Kopi Lali. Meski seikhlasnya, mereka memberi apresiasi untuk masakan yang dibuat sepenuh hati.
Pemiliknya seorang pensiunan BUMN
Rumah makan ini berdiri sejak 2020 silam. Pemiliknya bernama Sujarwo, sosok pensiunan dari BUMN Bank Mandiri. Di berbagai media, ia tidak banyak menceritakan soal warungnya. Pernah ada tulisan singkat di KRJogja.com di mana Sujarwo bercerita bahwa sistem bayar seikhlasnya tidak membuatnya merugi.
“Nyatanya kami terus buka, dan makanan selalu tersedia” Kata Pak Sujarwo.
Saya sebenarnya sempat kontakan dengan sosok Pak Sujarwo pensiunan BUMN ini. Namun, mempersilakan saya untuk meliput warungnya saja. Kalau wawancara ia tidak berkenan.
Satu hal yang jelas, rumah makan di utara Jogja ini layak untuk kalian sambangi. Bayar seikhlasnya dengan menu yang Istimewa.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Warung Sate Kang Jilan, Kuliner Mewah Imogiri yang Dulunya Tak Semua Orang Bisa Membeli
Ikuti berita terbaru dari Mojok di Google News