Cokelat dan es krim di Indomaret tak terbayangkan bisa terbeli
Gandika mungkin lebih beruntung, karena dia masih bisa mencicipi Milo, walaupun katakan lah hanya setahun sekali. Sementara masa kecil Syarof (25) malah tidak sama sekali.
Bapak Syarof bukan orang perantauan. Hanya kuli bangunan serabutan. Maka, sensasi menunggu oleh-oleh Milo tentu saja tak pernah Syarof rasakan.
“Dulu mengandalkan kebaikan hati teman yang bapaknya baru pulang Malaysia. Menunggu dibuatkan Milo pas main di rumahnya,” ungkap Syarof yang sejak lulus SMA sudah bekerja ke pabrik-pabrik luar daerah.
Milo dan Koko Krunch dulu agaknya jauh dari bayangan Syarof. Dulu keinginan paling besar Syarof terkait jajanan adalah mencicipi es krim dan cokelat sebagaimana iklan di televisi.
“Es krim terenak yang pernah kucoba di masa kecil adalah Campina keliling. Kan ada yang harganya Rp2 ribu,” ungkap Syarof.
“Dulu itu pengin banget yang es krim tiga warna dalam satu wadah. Tapi entah kenapa, dulu itu kayak nggak kejangkau,” sambungnya.
Membayar lunas
Setelah bisa menghasilkan uang sendiri, Syarof pun akhirnya bisa membayar lunas jajanan yang menggiurkannya di masa kecil itu.
Setiap pulang ke Rembang, dia sering mengajak adik laki-lakinya yang sudah SMP untuk sekadar nongkrong di Indomaret. Syarof akan membiarkan sang adik memilih es krim mana yang dipengini.
“Mau Cornetto, mau Magnum, terserah. Aku juga beli cokelat-cokelat yang dulu tak terbeli seperti SilverQueen,” katanya.
Bahkan, Syarof juga sering membeli es krim tiga warna yang dulu dia incar. Di rumah, es krim tersebut jadi bancaan: bapak-ibunya ikut mencicipi. Sisanya, adiknya lah yang menghabiskan.
Syarof melihat pemandangan itu dengan perasaan puas. Dia merasa bisa membayar lunas keinginan sepele masa kecilnya, yang dulu seperti jauh sekali.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Minuman Indomaret yang Temani Saya Hadapi Kerasnya Kehidupan Orang Dewasa, Yang Jelas Bukan Kopi Golda atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan