MOJOK.CO – Tim bulu tangkis pria Indonesia juarai Piala Thomas setelah puasa gelar 19 tahun. Tapi kemenangan ini dicemari skandal sanksi doping yang bikin bendera Merah Putih nggak bisa berkibar.
Aksi smash kencang Jonathan Christie ke sisi kanan lawan tak dapat dibendung oleh Li Shi Feng. Gemuruh kemenangan dari pendukung Indonesia langsung bergelora di Cernes Arena, Aarhus, Denmark. Rekan atlet dan pelatih Indonesia berlarian ke lapangan memeluk Jojo, panggilan Jonathan Christie. Jojo baru saja menaklukkan tunggal Tiongkok Li Shi Feng tiga set dengan skor 21-14, 18-21, 21-14. Dengan demikian Indonesia berhasil merebut Piala Thomas 2020, mengandaskan perlawanan Tiongkok straight 3-0.
Kemenangan heroik Jojo di kompetisi bulu tangkis dunia khusus pria ini sudah didahului Anthony Sinisuka Ginting. Ginting mengalahkan Lu Guangzu dengan skor 18-21, 21-14, 21-16. Sementara ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto mengalahkan He Ji Ting/Zhou Hao Dong dua set sekaligus dengan skor 21-12, 21-19.
Ikhtiar Indonesia di cabang olahraga bulu tangkis nggak main-main. Sejak penyelenggaraan Thomas Cup yang dimulai sejak 1949, Indonesia telah mengoleksi 14 gelar, membuat kita jadi pemegang Piala Thomas terbanyak sepanjang masa. Soalnya, angka ini paling tinggi dibanding negara-negara lainnya. Negara kolektor jawara bulu tangkis lain, Tiongkok, berada di bawah Indonesia dengan 10 Piala Thomas. Sedangkan Malaysia berada di peringkat ketiga, meraih 5 Piala Thomas.
Piala Thomas sendiri merupakan lambang supremasi bulu tangkis beregu pria. Awalnya kejuaraan ini diselenggarakan tiga tahunan sejak tahun 1949, kemudian pada tahun 1984 kejuaraan Thomas Cup diselenggarakan dua tahun sekali berbarengan dengan kejuaraan bulu tangkis beregu perempuan Uber Cup.
Perjuangan tim Indonesia meraih Piala Thomas 2021 sayangnya tidak dibarengi pengibaran bendera Indonesia ketika nyanyian “Indonesia Raya” berkumandang di venue penyelenggaraan. Hal ini karena Indonesia tengah disanksi World Anti-Doping Agency (WADA), badan anti-doping dunia, karena tidak mematuhi regulasi untuk melakukan tes doping rutin kepada para atlet. Sebagai gantinya, di podium panitia mengibarkan bendera PBSI.
Mengingat jarang-jarang Indonesia bisa sebangga ini di pentas dunia, absennya bendera Merah Putih di podium jelas bikin marah banyak orang. Bukan cuma penonton, para legenda bulu tangkis Indonesia ikut turun gunung, marah-marah ke pemerintah.
Salah satu yang kesal banget adalah mantan pebulu tangkis Candra Wijaya yang pernah ikut meraih Piala Thomas pada 2002. “Ironis, pada saat merayakan kemenangan Thomas Cup, Merah Putih tidak bisa berkibar, memalukan,” ujar Candra kepada Antara, Minggu (17/10).
Legenda bulu tangkis pemenang medali emas Olimpiade 2004 serta Piala Thomas 2000 dan 2002, Taufik Hidayat, malah berkomentar lebih pedas. Lewat Instagram pribadinya, Taufik Hidayat mengkritik kinerja Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
“(…) Ada apa dengan LADI (Lembaga Anti-Doping Indonesia) dan pemerintah kita? Khususnya Menpora, KONI, dan KOI? Kerjamu selama ini ngapain aja? Bikin malu negara Indonesia aja. Jangan ngarep jadi tuan rumah Olympic or Piala Dunia… urusan kecil aja nggak bisa beres. Kacau dunia olahraga ini,” omel Taufik di Instagram pribadinya. Keras, Bung.
Komentar dua legenda bulu tangkis ini jadi pewakilan paling legitimate dari masyarakat kepada pemerintah. Ya gimana, sebelum memberi sanksi WADA udah nyuratin Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), ngasih tahu bahwa Indonesia kudu segera setor laporan tes anti-doping.
Eh, bukannya buru-buru membalas, Kemenpora nggak berbuat apa-apa, padahal ada tenggat 21 hari buat merespons surat itu. Ya udah, tiga hari sebelum Piala Thomas dimulai, sanksi WADA buat Indonesia jatuh, salah satunya dilarang mengibarkan bendera negara di kompetisi internasional.
Menteri Olahraga dan Pemuda yang juga politikus Partai Golkar Zainuddin Amali memang meminta maaf atas kejadian memalukan ini. “Saya kira saya juga mohon maaf. Saya meminta maaf karena kita semua jadi tidak enak, seharusnya kita menikmati kembali juara Piala Thomas. Kenikmatan itu berkurang karena merah putih tak bisa dikibarkan,” katanya, dikutip CNN Indonesia.
Tapi apa maaf itu cukup? Coba Pak Zainuddin pecahin piring, terus bilang maaf ke piringnya, apa piringnya jadi utuh lagi?
BACA JUGA Pinjol Ilegal di Sejumlah Daerah Digerebek Polisi, Baru Masif Setelah Pidato Jokowi dan kabar terbaru lainnya di KILAS.