MOJOK.CO – Anak tersebut hilang pada 2016 ketika berusia 9 tahun. Keluarga sudah putus asa mencari, sampai si kakak iseng-iseng membuat pengumuman orang hilang di Twitter.
“TWITTER PLEASE DO YOUR MAGIC!!!” tulis Aurellia Nathania Mekel (21) di akun Twitternya, @arllnath, dua hari lalu (12/10). Lewat sebuah utas, ia mengabarkan sedang mencari adik laki-lakinya yang hilang di area Jakarta Selatan sejak 2016. Berbekal foto masa kecil Yehezkiel Freddy Paulus Mekel, demikian nama si adik, Aurel berharap ada pengguna Twitter yang bisa memberi petunjuk keberadaan adiknya.
Tanpa ia sangka, usaha itu berbuah hasil. Adiknya ditemukan hanya berselang dua hari sejak pengumuman itu dirilis. Akun Twitter Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih, Kalideres, Jakarta Barat membalas twitnya siang ini (14/10), membagi foto seorang anak yang Aurel yakini adalah adiknya.
Kisah ini menjadi selingan yang menghangatkan hati di tengah berbagai kabar buruk yang dimamah netizen saban hari.
From this
TWITTER PLEASE DO YOUR MAGIC!!!
disini gua mau coba cari adik gua yang udah hilang beberapa tahun. terakhir ada dirumah itu sekitar tahun 2015/2016. kita udah coba cari kemana2, bahkan udah lapor polisi juga, tapi tetep g ada hasil nya. sebenarnya juga kita udah nyerah (cont) pic.twitter.com/PHb4B66zAf
— nathan (@arllnath) October 12, 2021
To this
Ada no contac yg bisa dihubungi? pic.twitter.com/RahSSu26LL
— PSBG BELAIAN KASIH (@Binagrahita_DKI) October 14, 2021
Menurut penuturan Aurel kepada Mojok, Yeskil, panggilan Yehezkiel, hilang pada suatu hari di 2016 saat berusia 9 tahun. Pintu rumah sedang terbuka, sementara sang ibu tengah mencuci piring. Yeskil yang sulit berbicara dan dikenal bertingkah hiperaktif pergi begitu saja dan kemudian tak pernah kembali.
Aurel tak tahu apakah Yeskil punya gangguan perkembangan. Kenalan keluarga menduga Yeskil mengidap autisme, namun belum ada bukti pemeriksaan dokter. Yang jelas, perilaku Yeskil yang berbeda menjadi penyebabnya pergi dari rumah.
Aurel bercerita, selama dua tahun keluarga sibuk mencari Yeskil di daerah Gandul, Pondok Labu, dan Fatmawati. Tak kunjung menemukan, keluarga akhirnya melaporkan hilangnya Yeskil ke polisi, namun tak juga mendapat titik terang. Jalan terakhir, keluarga mendatangi “orang pintar” hanya untuk diberi tahu Yeskil sepertinya sudah meninggal. Alasannya? Foto Yeskil tak bisa “diterawang”.
“Hampir dua tahun saya keliling sama ayah saya buat cari adik saya, tapi nggak ada hasil. Jadi, kami nyerah dan serahkan sama yang di atas,” ujar Aurel kepada Mojok.
Keluarga baru lapor polisi belakangan karena Yeskil sudah pernah empat kali hilang dengan cara “kabur” dari rumahnya di Jakarta Selatan. Pada 2012, ketika usianya 5 tahun, anak ini dua kali pergi, kemudian ditemukan di panti sosial di bilangan Cipayung, Jakarta Timur. Setelah itu ia pernah menghilang lagi dan ditemukan di wilayah Kedoya, Jakarta Barat.
Terakhir kabur, Yeskil ditemukan di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 1, Klender, Jakarta Timur. Ia juga pernah hilang dalam waktu sangat lama. “Rekornya” sebelum hilang selama 5 tahun ini, ia pernah tak bisa ditemukan selama 1,5 tahun.
“Seinget saya, teman ayah saya lihat wajah adik saya di postingan salah satu panti di Cipayung. Teman ayah saya langsung mengabari ayah saya dan besoknya ayah saya langsung berangkat ke Cipayung untuk menjemput adik saya,” Aurel mengisahkan kepergian Yeskil sebelum-sebelumnya.
“Lalu untuk yang kesekian kalinya adik saya sampai di Cipayung lagi, tapi beda panti. Beruntung salah satu petugas yang bertugas di panti sebelumnya dipindahkan di panti tempat adik saya berada saat itu, dan petugas tersebut langsung menelepon kantor ayah saya,” tambah Aurel.
Bagi yang percaya takdir, mungkin istilah itu tepat untuk menamai momen ditemukannya anak hilang ini. Dua hari lalu, Aurel menonton video tentang anak telantar. Tayangan itu tiba-tiba mendorongnya mencari si adik kembali lewat Twitter, setelah lima tahun berlalu.
Keluarga Aurel kini diliputi perasaan bahagia meski belum bisa bertemu Yeskil dan lumayan terkejut karena selama di panti, Yeskil memeluk agama Islam, saking lamanya anak itu hilang. Padahal keluarga mereka menganut Kristen.
“Saya dan pihak panti janjian hari Senin minggu depan (sebelum bisa bertemu). Saya juga harus urus surat-surat administrasinya juga,” kata Aurel.
Media sosial emang berkali-kali jadi medium untuk menemukan orang hilang, mengingat di Indonesia tidak ada kanal terpusat untuk melaporkan dan mengumumkan orang hilang. Maret tahun ini, seorang pria Magelang, Jawa Tengah yang sudah 30 tahun hilang ditemukan di Probolinggo berkat postingan Instagram.
Lalu pada 2016 lalu, anak 6 tahun yang hilang di Cawang, Jakarta Timur, ditemukan keluarganya setelah Dinas Sosial mengunggah pengumuman di Instagram, Twitter, dan Facebook. Kasus serupa juga pernah terjadi di Trenggalek, Jawa Timur (2013), dan Jakarta (2021).
Melihat kisah-kisah sukses ini, nggak heran banyak sekali orang Indonesia yang tidak bisa hidup tanpa medsos. Habis, di jejaring sosiallah orang mencari nyaris segalanya. Dari nyari nafkah, informasi, hiburan, masalah, gosip, jodoh, orang hilang, sampai keadilan.
Kalau sudah begini, kayaknya bisa deh kita bilang: cuma orang berprivilese yang sanggup mempraktikkan detox media sosial. Untuk kaum kroco kayak kita mah, suliiit.
BACA JUGA Polisi yang Banting Mahasiswa Tetap Wajib Diadili, Aturan UU-nya Gitu dan kabar terbaru lainnya di KILAS.