Student loan jadi topik paling sering dibicarakan beberapa waktu belakangan, imbas dari kenaikan UKT yang tidak masuk akal. Masalahnya, student loan sendiri jadi masalah di negara yang mengadopsinya, seperti AS. Jika diterapkan di Indonesia, bisa jadi masalah besar.
***
Biaya kuliah seakan-akan jadi masalah yang tak kelar-kelar. Rencana kenaikan UKT disambut dengan banyak aksi penolakan. Diskusi terkait UKT pun begitu ramai di media sosial. Lalu, isu student loan muncul.
Banyak yang berpendapat, student loan ini mengatasi masalah keuangan yang kerap jadi masalah bagi para mahasiswa baru. Masalahnya, tak jarang juga yang berpendapat bahwa pinjaman ini menimbulkan masalah baru, terlebih mengingat pendidikan adalah hak tiap warga negara, bukan segelintir orang saja.
Pada dasarnya, student loan adalah pinjaman untuk mahasiswa agar bisa memenuhi biaya pendidikannya, tak hanya perkara biaya kampus saja, tapi juga living cost, buku, dan penunjang pendidikannya lain.
Student loan memang bisa dianggap solusi jangka pendek, tapi bencana untuk masa depan. Sebab, setelah lulus, mahasiswa harus membayar utangnya hingga lunas, bahkan tak jarang hingga bertahun-tahun setelah lulus. masalah inilah yang muncul di AS.
Pertanyaannya jadi seperti ini akhirnya, apakah student loan bisa diterapkan di Indonesia, dan bagaimana dampaknya untuk pekerja?
Bagas, anggota SEMESTA, serikat buruh di Yogyakarta ini mengatakan bahwa student loan jelas tak bisa diterapkan di Indonesia. Dampaknya sangat buruk. Berkaca dari student loan yang diterapkan di AS, menurutnya tidak berhasil karena masih banyak lulusan kampus yang gagal bayar, terlebih karena pandemi dan inflasi. Bahkan, Sri Mulyani pada Februari lalu sudah memperingatkan kalau penerapan student loan akan memiliki dampak buruk yang berkepanjangan.
“Mungkin, bisa sedikit berkaca dari dampak mental dan ekonomi yang disebabkan pinjaman uang, baik rentenir atau pinjaman online. Banyak yang semakin menurun kualitas ekonominya, kehilangan aset, bahkan mengalami gangguan mental, hingga bunuh diri.”
Student loan adalah skema perbudakan modern
Menurut Bagas, student loan ini bisa dikatakan “skema perbudakan modern”. Sarjana dan diploma yang jadi pengangguran itu cukup tinggi, merujuk pada pernyataan Menaker, Ida Fauziah pada Februari lalu. Akhirnya, bikin Kurikulum Merdeka berkarakter industrial. Sebab, desainnya adalah setelah lulus kerja mereka membayar utangnya.
“Lalu, dampaknya ke perburuhan, ya, itu jelas semakin banyak kerja-kerja informal, upah di bawah standar juga akan dinormalisasi demi membayar utang kredit tadi. Apalagi peningkatan pendapatan buruh ga boleh lebih besar dari persentase inflasi, kan? Sangat berisiko sekali student loan karena tidak ada kepastian lulusan mahasiswa dapat membayar utang di masa depan.
“Hal ini adalah dampak refleksi ketika pendidikan terjebak dalam hal ekonomistik tadi. Secara sempit, kondisi perburuhan akan memburuk, sedangkan secara luas tingkat kesejahteraan masyarakat akan menurun.”
Pertanyaan yang sama saya berikan ke Prabu, salah satu aktivis upah di Jogja. Dia menjawab kalau skema student loan bisa diterapkan di Indonesia, toh nyatanya sudah ada skema mirip yang berjalan di salah satu universitas di Indonesia. Meski skemanya beda, tapi sistem cicilan ini bukanlah jawaban atas akses pendidikan.
Prabu menekankan dampak student loan ini nanti malah jadi buruk. Sama seperti jawaban Bagas, bahwa sudah banyak contoh kasus gagal bayar di Amerika Serikat, dan itu bikin banyak orang yang kualitas hidupnya jadi buruk. Begitu lunas, mereka sudah terlampau telat menata hidup.
“Mereka nggak akan bisa menabung karena upah mereka sudah habis untuk mencicil utang.”
Lingkaran setan tak berkesudahan
Selain itu, Prabu juga menjelaskan bahwa orang-orang yang terjerat loan akan mengalami defisit gaji. Bagi Prabu, ini isu yang sama sekali tidak bisa disepelekan, dan pemerintah harus segera mengintervensi. Isu ini sebenarnya tak eksklusif untuk yang terjerat loan saja, yang dibiayai UKT oleh orang tua pun mengalami hal yang sama. Masalahnya, jika yang dibiayai saja menderita, apalagi yang harus berdikari?
Di sisi lain, Uke, mahasiswa Ohio State University, narasumber lain yang saya tanyai terkait student loan, juga mengamini apa yang Prabu sampaikan, bahwa ini jadinya hanyalah lingkaran setan tak berkesudahan.
“Kalau yang kena student loan itu orang-orang golongan tertentu, dan kemampuan bayar rendah. Ya mereka nggak bisa bayar, negara ya rugi. Ya podo wae, nggak selesai masalahnya ya
Budak kapitalis
Prabu menegaskan, student loan justru bikin mahasiswa dicekik oleh pendidikan itu sendiri. Beban yang diterima mahasiswa selain berusaha untuk menciptakan hidup lebih baik, sekarang malah ditambah beban untuk melunasi utang UKT. Padahal pendidikan itu seharusnya hak, bukan privilege segelintir orang saja.
“Pada akhirnya, pendidikan malah jadi produk kapitalistik, benar-benar jadi supersistem dari kapitalis. Dengan adanya student loan, masyarakat akan makin terikat dengan sistem utang. Masyarakat Indonesia makin jadi budak kapitalis.
Saya lalu bertanya ke Bagas, artinya, jika student loan justru memberikan beban begitu banyak, artinya, ini kontradiktif dengan mimpi Indonesia yang punya generasi emas. Sebab, rasanya mustahil membentuk generasi emas jika mereka disibukkan untuk bisa membayar biaya kuliah.
“Jelas kontradiktif banget kalau ini mas wkwkwkw. Skema student loan kan masih dalam pembahasan di Kemenkeu, kata Mas Nadiem. Kalau merujuk pada argumennya Bu Sri Mulyani, tentu Kemenkeu akan menolak rencana ini. Tapi, kalau skema ini dibahas setelah pergantian presiden, masih ada kemungkinan akan diterapkan, mengingat Bu Srimul tidak akan dipilih menjadi menteri di kabinet Pra-Gib.”
“Kalau ini diterapkan, tingkat kesejahteraan akan menurun, stress dan bunuh diri akan meningkat, kriminalitas akan meningkat. Apalagi upah di Indo yang tidak kompetitif dibandingkan AS. AS aja kewalahan apalagi Indonesia.”
“Indonesia emas tidak akan tercapai, yang emas nanti hanya golongan elite, sedangkan golongan sulit (menengah ke bawah) hanya mendapatkan cemasnya saja.”
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.