Sarjana dengan IPK 4 (sempurna) sekaligus gelar lulusan terbaik (cumlaude) tapi kesusahan mencari pekerjaan (hingga menjadi pengangguran) tidak hanya terjadi di Indonesia. Lulusan universitas ternama/terbaik di Vietnam pun mengalami hal serupa, seperti cerita dari pemuda bernama Chau Hoang Cho Ton.
Walaupun tentu tingkat susahnya mencari pekerjaan bagi sarjana di Vietnam tidak setinggi di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2025, sarjana pengangguran di Indonesia mencapai 1 juta sekian. Sementara merujuk data General Statistics Office (GSO), jumlah sarjana menganggur di Vietnam hanya di angka 200 ribuan.
Ton—sapaan akrab Chau Hoang Cho Ton—mengaku pernah menjadi bagian dari 200 ribu sarjana di Vietnam yang kalang kabut saat harus mencari kerja setelah lulus kuliah. Kendati ia merupakan lulusan terbaik (dengan IPK 4) dari salah satu universitas terbaik di Vietnam dan Asia Tenggara: University of Economics Ho Chi Minh City (UEH).
Kuliah di universitas terbaik Vietnam: satu semester setara hasil kerja dan tabungan kerluarga setahun
Ton bercerita, pada tahun pertamanya di salah satu universitas terbaik tersebut, ia sempat khawatir dengan biaya kuliahnya. Sebab, biaya kuliahnya dalam satu semester setara dengan hasil kerja dan tabungan keluarganya selama setahun.
Beruntung, Ton terbilang giat untuk mengejar kapasitas akademiknya. Alhasil, ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh dari universitas tersebut berkat nilai-nilai akademik yang ia torehkan. Itu meringankan jalannya untuk menuntaskan pendidikan di UEH.
Walaupun nilai akademik bukan menjadi tujuan utamanya, namun Ton mengaku belajar keras untuk memperdalam setiap materi kuliah. Baik dengan bertanya ke dosen maupun mencari jawaban secara mandiri.
“Semua orang punya waktu 24 jam. Saya memilih menggunakan waktu saya untuk menyeimbangkan belajar dan kegiatan lain. Menurut saya, itu sepadan,” ujar Ton mengutip sekaligus menerjemahkan berita dari media Vietnam, Dantri.com.vn, Senin (15/12/2025).
Dorongan belajar dengan keras itu juga muncul karena pertanyaan dalam diri Ton: Mau jadi apa ia di masa lima tahun atau sepuluh tahun mendatang? Belajar sebaik-baiknya, baginya, adalah jalan menjadi “seseorang” di masa mendatang itu.
Sarjana cumlaude dari universitas terbaik, dikira bisa langsung dapat kerja
Ton lulus kuliah dengan amat membanggakan. Ia diwisuda sebagai sarjana cumlaude (dengan IPK 4 sempurna). Tentu saja, banyak orang beranggapan: sarjana cumlaude, lulusan salah satu universitas terbaik pula, pasti akan langsung dapat kerja.
Kenyataannya, Ton justru mengaku sempat tertatih-tatih mencari pekerjaan. Ia bahkan sempat berada di titik nyaris menyerah.
Bagaimana tidak. Dari sekian banyak lamaran pekerjaan yang ia kirim ke sejumlah perusahaan, kebanyakan memberi balasan “penolakan”.

“Saya menerima banyak surat penolakan atau tidak mendapat tanggapan selama proses lamaran kerja. Hal ini membuat saya banyak berpikir dan terkadang saya bahkan meragukan kemampuan saya sendiri.” ungkap Ton.
Ia juga merenungkan, “Apakah aku menjadi investasi yang baik bagi orang tuaku?”. Sebab, niat hati tak ingin bergantung pada orang tua sekaligus memberi yang terbaik pada mereka, Ton justru terseok-seok. Ia merasa menjadi “investasi gagal” bagi orang tuanya.
Tak pelak jika pemuda tersebut kerap merasa nyaris menyerah. Tak percaya. Lebih-lebih ia lulus membawa label prestisius (sarjana dengan IPK 4 dari salah satu universitas terbaik di Vietnam dan Asia Tenggara).
Belajar dari penolakan
Tapi Ton tak mau menyerah begitu saja. Ia mencoba belajar dari penolakan demi penolakan kerja yang ia terima.
Ton pun menyadari, perusahaan tidak selalu mencari orang terbaik, melainkan orang yang tepat dan cocok untuk posisi tertentu.
Dari situ, ia lantas mencoba memetakan kekuatan dan kelemahannya sendiri. Juga belajar lebih berani dalam mengambil tantangan-tantangan baru—meskipun tantangan baru tersebut, awalnya bagi Ton, terasa musykil dilalui.
Tak jadi menjadi sarjana cumlaude pengangguran usai membaca peluang
Hasilnya, Ton justru menemukan banyak peluang. Ia pun tak jadi menjadi sarjana cumlaude+lulusan universitas terbaik yang pengangguran.
Ton akhirnya bekerja sebagai auditor di Price Waterhouse Coopers (PwC) Vietnam, salah satu dari empat perusahaan audit terbesar di dunia.
Kata Ton, pekerjaan tersebut sebenarnya tidak sejalan dengan bidang yang ia kuasai. Akan tetapi, itu lah yang harus Ton ambil jika ingin berkembang lebih baik.

“Pekerjaan ini membantuku belajar banyak hal. Mulai dari standar akuntansi dan prosedur audit, hingga pengetahuan tentang operasional bisnis berbagai perusahaan,” ujarnya.
Kepercayaan dirinya makin tumbuh. Ia kini punya rangkaian target yang harus ia capai di masa mendatang. Untuk itu, ia bertekad untuk terus meningkatkan kapasitas diri. Tidak berpaku pada gelar akademik semata.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Penyesalan Tak Pernah Magang: Lulus Jadi Fresh Graduate “Kosongan”, Kelabakan Puluhan Kali Ditolak Kerja hingga 2 Tahun Jadi Pengangguran atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan
.












