Semakin ke sini antusiasme calon mahasiswa baru (camaba) terhadap ospek mulai berkurang. Alih-alih antusias, banyak camaba yang justru merasa ogah. Pasalnya, ospek di beberapa kampus di Indonesia masih sangat lekat dengan senioritas, perpeloncoan, dan aktivitas-aktivitas yang urgensinya mulai dipertanyakan oleh camaba. Namun, respons berbeda justru ditunjukkan oleh mahasiswa Universitas BSI dalam menyambut ospek.
***
Belum lama ini melintas di media sosial Instagram seorang mahasiswa baru yang terlibat cekcok dengan seniornya. Tidak jelas peristiwa itu terjadi di kampus mana. Namun, disinyalir bahwa peristiwa tersebut terjadi di momen ospek.
Dari video singkat yang beredar itu, tampak sekelompok mahasiswa senior membentak-bentak para mahasiswa baru. Lalu ada salah seorang mahasiswa baru yang tak terima dan merangsek menantang si mahasiswa senior. Suasana pun sontak menjadi gaduh.
Video pendek tersebut menjadi gambaran bahwa pola ospek kampus, bertahun-tahun, ternyata tak berubah. Selalu ada unsur senioritas. Hal ini menjadi salah satu faktor kenapa mahasiswa baru merasa ogah dengan ospek.
Padahal sebenarnya ospek bisa loh dibuat dengan nuansa menyenangkan dan lebih humanis. Seperti misalnya yang Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) lakukan. Melalui Orientasi Akademik (Ormik) dan Seminar Motivasi (Semot), Universitas BSI mencoba menciptakan iklim ospek yang berkesan bagi mahasiswa-mahasiswanya.
Universitas BSI patahkan stereotip ospek tak menyenangkan
Sismia Wandi (20) awalnya agak takut menyongsong ospek di Universitas BSI Kampus BSD, Tangerang Selatan. Sebab, dalam bayangannya, ospek–di kampus manapun–modelnya sama saja: tidak menyenangkan.
Namun, setelah menjalani ospek pada 2023 lalu, bayangan-bayangan tak menyenangkan tentang ospek ternyata dipatahkan oleh Universitas BSI.
“Waktu Ormik, kampus fokus menjelaskan secara detail gimana nantinya mahasiswa baru akan menjalani perkuliahan. Sistem belajarnya, programnya apa saja, terus dikasih tahu sistem mata kuliah yang memungkinkan kami bisa lulus tepat waktu,” jelas Sismia kepada Mojok, Senin (26/8/2024) siang WIB.
“Nggak ada itu dijemur sama senior, dikerasin, dan hal-hal nggak menyenangkan lain,” sambung mahasiswa asal Gunung Sindur, Bogor, tersebut..
Saat pagi, memang ada apel di lapangan. Tapi selebihnya, kegiatan ospek akan full dilakukan di dalam ruangan. Sismia tak menemukan cerita-cerita tak menyenangkan seperti yang beredar di media sosial: berhadapan dengan senior songong atau panas-panasan di bawah terik matahari.
Tidak ada juga ospek dengan pernak-pernik aneh di Universitas BSI. Jika di kampus lain ospeknya saklek pakai kemeja putih dan celana hitam dari awal sampai akhir, di BSI tidak begitu. Dress hitam putih hanya digunakan saat Ormik. Sementara saat Semot, mahasiswa baru mengenakan kaos dan topi keluaran BSI sendiri. Secara psikologis, hal itu membuat suasana menjadi lebih santai.
Konser di penghujung ospek
Setelah Ormik yang berlangsung selama satu hari, agenda di hari berikutnya adalah Semot. Kata Sismia, di kampusnya–Universitas BSI Kampus BSD–Ormik dan Semot tidak berlangsung selama dua hari berturut-turut. Usai Ormik berlangsung, ada jeda beberapa hari untuk kemudian lanjut agenda Semot.
Nah, Semot ini menjadi bagian dari ospek di Universitas BSI yang sangat menyenangkan bagi Sismia.
“Di Semot mahasiswa baru dikasih motivasi dari pembicara yang inspiratif. Pak Rektor tentu saja ambil bagian. Tapi waktu ospekku dulu, yang amaze adalah Universitas BSI mendatangkan Putri Indonesia asal Jambi, Sindy Novela. Nginspirasi banget sih,” tutur mahasiswa semester 3 Ilmu Komunikasi (konsentrasi broadcasting) itu.
Yang paling tidak Sismia duga pada ospeknya saat itu adalah, ternyata juga diramaikan dengan hiburan semacam mini konser. Lebih-lebih saat itu tema mini konsernya adalah “K-Pop”. Sebagai seorang K-Popers, tak pelak kalau ia merasa bungah bukan main.
“Jadi waktu itu dance, dibawakan oleh anak-anak BSI sendiri, sebuah grup gitu, mereka cover dance dari BTS dan Blackpink,” kenang Sismia. Teman-temannya sesama K-Popers tak henti-henti bersorak saat momen dance tersebut.
Kata Sismia, saat itu ada pengisi lain, yakni sebuah grup vokal beranggotakan tiga orang. Hanya saja ia tak begitu ingat siapa mereka dan lagu apa saja yang mereka bawakan. Yang jelas, ia ingat betul kalau seluruh mahasiswa baru dalam ospek tersebut kompak berteriak, “Lagi, lagi, lagi, lagi!”
Baru ia tahu kemudian setelah resmi menjadi mahasiswa di Universitas BSI, kalau kampusnya memang kerap menyisipkan konser dalam agenda mereka. Tidak cuma di ospek, tapi juga di momen wisuda. Menghadirkan musisi-musisi ternama tanah air.
Berharap Universitas BSI menghadirkan Yura Yunita
“Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta…”
Penggalan lirik lagu Risalah Hati – Dewa 19 yang dinyanyikan Yura Yunita itu belakangan terngiang-ngiang di telinga banyak orang karena viral di media sosial. Seandainya boleh berharap, Nabila (23) berharap Yura Yunita menjadi pengisi konser di ospek Universitas BSI.
Nabila sebenarnya lulus SMA sejak 2018. Namun ia memilih kerja terlebih dulu sebelum akhirnya memutuskan untuk kuliah di Universitas BSI Kampus Cut Mutia Bekasi pada 2024 ini. Saat ini ia sedang menanti masa-masa menjadi mahasiswa baru yang diawali dengan kegiatan Ormik dan Semot.
Nabila memang belum pernah melihat bagaimana ospek di Universitas BSI berlangsung. Akan tetapi, ia baru-baru ini sudah mendengar gambarannya kalau ospek di BSI tak sama seperti kampus lain: kurang lebih seperti yang Sismia singgung sebelumnya.
“Aku paling antusias kalau betul ada konsernya, sih. Soalnya aku suka musik,” ujar mahasiswa baru asal Bekasi Barat yang merupakan fans berat Dewa 19 dan Yura Yunita tersebut kepada Mojok, Kamis (22/8/2024) malam WIB.
“Seneng sama Yura itu karena dia kayak bawa positive vibes aja. Mangkanya, ah kalau misal konser di ospek BSI undang Yura, speechless sih,” sambung Nabila.
Positive vibes untuk mahasiswa baru
Kuliah di Universitas BSI, menurut Nabila, juga memberi positive vibes. Dan itu sudah terasa bahkan ketika ia belum menjalani masa-masa perkuliahan.
Gap yaer hampir enam tahun membuat Nabila sempat gamang atas pilihannya untuk kuliah di Universitas BSI. Namun, momen Bincang Kampus Orang Tua (BKOT) di BSI membuatnya mantap dan semakin termotivasi untuk lanjut kuliah.
“Aku anak ke empat dari lima bersaudara. Kakak pertama dan keduaku kuliah, tapi nggak sampai selesai. Nah, tinggal aku sekarang yang harus bisa selesai, karena adikku udah milih kerja,” ungkap Nabila.
BKOT sendiri adalah semacam seminar untuk camaba di Universitas BSI bersama orang tua mahasiswa baru. Materinya menurut Nabila sangat motivatif. Sehingga selain ia, ibunya pun yakin kalau Nabila tak salah ambil keputusan untuk lanjut kuliah. Berbarengan dengan BKOT, nanti camaba juga akan mendapat workshop mengenai digital creative dan seputar AI.
“Bapakku kan udah lama meninggal. Jadi sempat ada keraguan, apa aku fokus kerja aja ya daripada kuliah,” ujar mahasiswa baru jurusan Ilmu Komunikasi (konsentrasi public relation) tersebut.
Bagi Nabila maupun Sismia, Universitas BSI memang kampus yang penuh positive vibes. Salah satu yang utama tentu perihal biaya kuliah. Biaya kuliah di BSI benar-benar bisa dijangkau oleh Nabila dan Sismia yang berangkat dari keluarga biasa saja, di tengah banyak kampus Indonesia yang menaikkan UKT mereka sampai pada nominal tidak masuk bagi “orang kecil”.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA: Diragukan karena Kuliah di Universitas BSI, Saya Malah Bisa Kerja di Perusahaan Besar Sebelum Lulus
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News