Kesepian tapi menolak menyerah, balas dendam di semester 14
Saat tinggal sendiri, ia merasa asing di kampus ITS, kampusnya sendiri. Dulu, saat semester 13 masih ada teman akrabnya dari angkatan 2018 yang juga masih belum lulus.
“Sekarang dia sudah lulus. Lha angkatan 2019 saja sudah banyak yang lulus. Jadi di kampus bingung sendirian, liat mahasiswa lain asing entah angkatan berapa mereka,” curhatnya.
Ando beruntung, masih ada beberapa teman seangkatannya yang mau jadi tempat konsultasi skripsi. Meski, ia mengakui, progress mengerjakannya terbilang lambat. Bahkan sangat lambat.
Saat saya coba mengonfirmasi, apakah benar skripsinya baru dua lembar, Ando hanya tertawa. “Ya memang. Ini baru kata pengantar bab satu,” kelakarnya. Itu merupakan progress-nya di akhir Februari 2024 lalu yang sampa sekarang belum bertambah lagi.
Namun, ia mengaku semester 14 akan berjuang habis-habisan demi bisa selamat dari drop out. Berjuang untuk segera keluar dari Surabaya. Atau bertahan di sana tapi bukan berstatus mahasiswa S1. Pasalnya, semester 14 merupakan batas terakhir masa kuliah. Barangkali bisa bertambah, tapi perlu mengurus ekstensi.
“Sebenarnya aku terpacu gara-gara Mabrur. Dia saja bisa lulus, masa aku nggak. Kami kan dulunya sama-sama terhitung malas,” katanya.
Selain itu, kelulusan dari ITS Surabaya, ia harap bisa membawa kabar bahagia bagi keluarganya. Orang-orang yang selama ini memberikan dukungan, meski studi Ando terseok-seok sepanjang jalan.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News