Kondisi yang membuat kuliah terlunta-lunta
Masuk ITS Surabaya setengah hati, akhirnya kuliahnya pun tidak terlalu bergairah. Pada semester awal ia mencari pelarian dengan aktif di organisasi. Kuliahnya pun keteteran.
Ada banyak mata kuliah yang terpaksa harus mengulang. Ketika menjelang semester akhir, ia baru menyadari bahwa harus segera memperbaiki nilai jika ingin lulus.
Ia semakin terpacu saat sudah banyak temannya yang wisuda. Bahkan, teman yang sama-sama suka bolos di semester awal juga wisuda duluan.
“Sempat ada masa di mana aku kepikiran kalau nggak salah klik dan pilihannya IPB, pasti akademikku lebih baik. Itu jadi mimpi buruk yang membayangi,” curhatnya.
Proses akhir masa studi mahasiswa ITS ini sampai bisa sidang skripsi penuh kesepian. Hanya tersisa empat mahasiswa, termasuk dirinya yang sampai semester 13 masih berjuang menuntaskan skripsi. Namun, mereka sudah tidak saling kontak intens.
Ada temannya yang mengurung diri karena tertekan. Setiap Rury mengajak untuk mengerjakan tugas akhir bersama, pasti menolak dengan berbagai alasan.
Beberapa semester terakhir, ia mengaku sudah terbiasa dengan sepi dan tekanan yang datang dari keluarga dan teman yang sudah lulus. Dulu, hal itu sempat jadi isu. Bapaknya sering membandingkan dengan anak saudara yang sudah lulus. Namun, di semester akhir bapaknya seperti mengurangi tekanan-tekanan itu.
Sampai akhirnya, Rury berhasil sidang skripsi di akhir semester 13. Lalu wisuda pada semester 14 atau tahun ketujuh di ITS Surabaya pada Februari 2024 lalu. Ternyata, jalannya menuju sarjana setelah gagal ke IPB cukup panjang. Namun, ia bisa mengambil banyak pelajaran.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News