Lulus sarjana dari Jurusan Sastra Rusia UI barangkali tak pernah dibayangkan oleh Falaah (23). Tak sekadar lulus kuliah, ia bahkan juga berhasil mendapatkan medali perunggu dari kejuaraan tinju di negara yang dipimpin Vladimir Putin itu.
Menjadi siswa IPA saat SMA, opsi Falaah buat lanjut kuliah di jurusan saintek pun sebenarnya terbuka lebar. Namun, ia memantapkan tekad mengambil jurusan langka tersebut karena kecintaannya dengan Rusia.
Di antara kedokteran, hukum, dan HI, ia mantap masuk Sastra Rusia
Menjelang Ujian Nasional 2019, Falaah mulai berkonsultasi dengan guru BK mengenai jurusan kuliah yang akan ia ambil. Saat itu, ia mengaku belum ada gambaran. Tapi yang pasti, ia tak berniat lanjut studi di jurusan saintek atas beberapa pertimbangan.
“Gua sempat kepikiran buat jadi dokter bedah, biar bisa jadi dokter sunat. Soalnya [sunat] pasti selalu dibutuhin,” kata Falaah, menceritakan salah satu keinginan kecilnya kepada Mojok, Jumat (17/5/2024).
“Tapi karena kuota dan passing grade tinggi, gua memilih nggak ngambil,” sambungnya.
Alhasil, jurusan soshum pun menjadi satu-satunya alternatif bagi Falaah. Orang tuanya juga mendukung dan menyarankannya masuk jurusan seperti Ilmu Hukum atau Hubungan Internasional (HI).
Sayangnya, ia tak berminat dengan jurusan yang disarankan orang tuanya. Hingga akhirnya, Falaah teringat akan satu negara yang memikat hatinya sejak kecil.
“Baru kepikir kalau dari SD gua tertarik sama Rusia,” ungkap pemuda kelahiran Sleman ini.
Falaah pun kemudian mendaftarkan diri ke Sastra Rusia UI, jurusan yang sebenarnya baru ia ketahui keberadaannya. Ia diterima melalui jalur mandiri setelah gagal di SNBT (dulu SBMPTN) 2019.
Kenal Rusia gara-gara film tinju, sampai pasang foto profil palu arit
Perkenalan Falaah dengan Rusia sekaligus menjadi awal mula ketertarikannya terhadap negara tersebut. Momen “pertemuannya” pun cukup unik, yakni ketika dia pertama kali menonton Rocky IV (1985), film yang dibintangi oleh aktor kondang Sylvester Stallone. Saat itu Falaah masih kelas 3 SD.
“Di film, Stallone tanding lawan Ivan Drago, orang Soviet. Gua ngelihatnya keren aja gitu, peran antagonisnya,” ungkapnya. Sejak itu, ia jadi tahu mengenai Rusia dan Uni Soviet.
Bahkan saking terobsesinya dengan Rusia, saat kelas 5 SD ia mengganti foto profil di Blackberry Messenger dengan gambar palu arit. Saat itu, ia belum tahu arti dari lambang komunisme tersebut, apalagi dengan sentimen orang Indonesia.
“Gua sampai ditegur nyokap, ‘kamu tahu nggak itu artinya apa?’. Ya, waktu itu memang belum paham, sih, sejarah Indonesia sama komunisme,” kenangnya.
Sementara soal Rocky IV, bukan tanpa alasan ia menonton film action tahun 1980-an tersebut. Kisah dalam film itu memang berkisar pada pertandingan tinju, olahraga favoritnya. Falaah sendiri sudah familier dengan olahraga itu karena pada umur lima tahun, ia pernah dilatih tinju oleh omnya yang juga seorang petinju.
Adapun Falaah pada akhirnya menekuni olahraga tinju sejak SMA. Meskipun mengaku pernah beberapa kali mengikuti olahraga bela diri lain, tinju masih tetap menjadi kesukaannya.
“Tinju itu kita bisa mukul dan kena pukul full power, enggak cuma form [gerakan] aja,” jelas Falaah.
Mahasiswa Sastra Rusia ini mewakili kampus dalam kompetisi tinju di Negeri Beruang Putih
Tinju dan Rusia seakan memang menjadi jalan hidup Falaah. Bagaimana tidak, suatu hari pada bulan April 2023, ketika Falaah memasuki semester akhir, salah seorang dosen menghubunginya.
Ia diminta menjadi perwakilan kampus di University International Sports Festival 2023, sebuah festival olahraga mahasiswa antarnegara, di Yekaterinburg, Rusia. Namun, ia sempat menolak permintaan itu karena berbagai pertimbangan.
“Karena pada saat itu gua udah mau semester akhir dan mau fokus TA [skripsi],” kata Falaah, menjelaskan alasannya menolak permintaan sang dosen.
Akan tetapi, sang dosen tetap bersikeras. Dua minggu berselang, ia dihubungi lagi. Setelah merundingkannya dengan orang tua dan teman-temannya, Falaah pun memutuskan buat mengiyakan permintaan buat mewakili Indonesia pada cabor tinju di Rusia tersebut.
“Walau enggak fully funded, tapi pengeluaran gua enggak banyak. Tiket pesawat, visa, akomodasi, semua di-cover Kedubes Rusia dan panitia penyelenggara di sana. Cuma perlu urus paspor aja,” ungkapnya.
Setelah menyelesaikan sidang tugas akhir pada Juli, Falaah bersama rombongan kampus berangkat ke Rusia pada pertengahan Agustus. Selain tinju, kampusnya juga mengirimkan perwakilan cabor lain seperti badminton dan tenis meja. Falaah menjadi satu-satunya perwakilan di cabor tinju.
“Tugas akhir beres, dokumen-dokumen clear, langsung berangkat,” jelasnya.
Belum pernah menang di tingkat lokal, tapi juara di Rusia
Setibanya di Yekaterinburg, Falaah bertemu dengan peserta-peserta lain dari bermacam negara seperti Rusia, Kazakhstan, Afghanistan, dan Vietnam. Beberapa di antaranya berteman dengannya. Namun, ia sama sekali tidak bertemu dengan peserta dari Eropa Barat atau Amerika Serikat.
“Yang pasti, banyak negara-negara Timur Tengah,” terang Falaah.
Usut punya usut, ada isu kalau festival olahraga kampus ini diadakan sebagai upaya Rusia menghadapi sanksi Barat—yang membatasi atlet-atletnya mengikuti acara-acara internasional—imbas kembali memanasnya konflik antara Rusia dan Ukraina. Dan memang, peserta acara ini didominasi negara-negara anggota BRICS, SCO, dan CIS. Tidak ada yang dari Barat.
Di pertandingan perdananya di Rusia, Falaah yang berat badannya 48 kg masuk kelas minimum weight, kelas dengan jumlah peserta paling sedikit. Ia satu-satunya orang Asia Tenggara di kelas beratnya.
“Karena cuma lima orang, yang kena penyisihan cuma dua orang. Sisanya, kita udah ditempatin di semifinal,” ungkap Falaah.
Falaah merasa hoki karena langsung ditempatkan di semifinal, tak perlu mengikuti babak penyisihan. Lawannya adalah warlok alias warga lokal, orang Rusia. Sayangnya, setelah beradu jotos tiga ronde selama 9 menit, ia kalah.
Sejujurnya, di tingkat lokal pun Falaah baru mengikuti dua pertandingan, di mana di keduanya ia kalah. Meski kini kembali menelan kekalahan, ia sudah dipastikan menjadi juara ketiga–Juara 3 bersama.
“Menang, sih, tapi secara kompetitif gua enggak merasa menang,” katanya sedikit tertawa.
Selain medali perunggu, panitia juga menghadiahi Falaah souvenir. Sementara itu, sponsornya menjanjikan uang tunai jika ia menjadi juara.
“Kalau dapat emas 15 juta, kalau perak 10 juta, kalau perunggu, 5 juta,” ungkapnya. Ia kemudian menerima lima juta rupiah, sesuai janji.
“Sebenarnya kalau dipikir-pikir lucu juga. Tahu Rusia karena suka tinju, masuk Sastra Rusia [Sasrus] karena suka Rusia, dan gara-gara masuk Sasrus jadi bisa ke Rusia ngelakuin hal yang gua suka, tinju,” pungkasnya berbangga.
Penulis: Voja Alfatih
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News