Mahasiswa dengan kondisi ekonomi cukup mapan dapat UKT golongan terendah karena mengakali administrasi. Bahkan, sempat mendapat tawaran beasiswa bidikmisi untuk kalangan tidak mampu.
***
Juned* (23) datang agak sedikit telat karena hujan. Begitu sampai di hadapan saya, ia langsung menggeletakkan iPhone 11 miliknya di meja. Merokok, lalu mulai menceritakan kisahnya mengakali UKT saat masuk di sebuah PTN di Jogja 2018 silam.
Ia lolos dengan jalur SBMPTN di pilihan ketiganya. Hasil itu membuatnya agak setengah hati masuk saat masuk kuliah. Juned merasa ia sudah mempersiapkan ujian dengan matang sehingga layak masuk di pilihan pertama atau kedua.
Namun, begitulah nasib membawa anak dari seorang pengusaha resto kuliner yang punya lebih dari tiga cabang di DIY ini. Ketimbang terus merutuki nasib, ia mulai mencari tahu seluk beluk tentang kampusnya.
“Akhirnya aku coba buat tanya-tanya ke kakak kelas SMA yang kuliah di tempat sama. Selain itu, aku coba mengunjungi kampus bareng mereka beberapa waktu setelah lolos SBMPTN,” ungkapnya saat saya jumpai Rabu (10/1/2023) malam.
Saat mencoba menggali lebih dalam, ia menemukan beberapa hal yang tidak sesuai ekspektasinya. Baginya, fasilitas di kampusnya jauh dari ideal. Ruang kelas yang usang hingga fasilitas toilet yang kotor dan rusak.
Selain itu, ia menemukan fakta bahwa banyak seniornya yang mengakali UKT. Mereka anak pengusaha, mengisi berkas administrasi tidak sesuai kondisi asli keluarganya. Sehingga dapat biaya kuliah yang murah.
Juned pun tertarik mencoba hal serupa. “Alasannya karena saat awal aku masih membuka kemungkinan mencoba daftar kuliah lagi di tahun selanjutnya. Selain itu, fasilitas kampusnya di bawah beberapa kampus lain yang aku tahu,” katanya.
Mengakali berkas UKT meski sudah diingatkan orang tua
Sampai tibalah masa pengisian berkas administrasi untuk penentuan biaya UKT. Juned nekat memanipulasi banyak keterangan.
Salah satunya tentang pendapatan orang tua. Ia menuliskan akumulasi penghasilan orang tuanya sebesar Rp1,5-2 juta per bulan. Angka yang jauh dari realita aslinya. Meski pengusaha pendapatannya fluktuatif, tapi tidak serendah itu.
Selanjutnya data tentang aset keluarga, ia hanya mencantumkan satu rumah dengan status mengontrak. Kendaraan pun hanya tercantum satu sepeda motor. Padahal, keluarganya punya motor tiga dan mobil keluaran terbaru saat itu.
“Memang saat itu rumah ngontrak, tapi ada rumah lain yang benar-benar milik orang tua,” ungkapnya.
Selain itu, hal-hal yang tidak wajib diisi seperti foto rumah dan sertifikat tidak ia cantumkan. Sepintas, lewat berkas yang ia isi memang terlihat seakan keluarganya sangat tidak mampu. Sehingga, besaran UKT yang muncul dari golongan terendah.
“Awalnya ekspektasiku ya ada di angka 2-3 juta. Itu sudah cukup ringan. Tapi ternyata keluarnya golongan terendah, 500 ribu!,” kelakarnya.
Juned langsung memberitahu orang tuanya. Ketika mendengar kabar itu, ibunya kaget bukan kepalang. Langsung menyuruh Juned untuk mengisi keterangan sesuai kondisi aslinya. Namun, semua sudah terlambat.
“Aku jelaskan argumenku bahwa niatnya mau nyoba daftar kuliah lagi tahun depan dan fasilitas kampus memang kurang memadahi. Lagian, kalau direvisi justru kelihatan aneh,” tuturnya.
Dapat tawaran beasiswa bidikmisi saat ospek
Juned mengakui bahwa ada pergolakan batin setelah mendapat UKT golongan terendah. Saat awal-awal menjalani ospek saja, ia langung kepikiran untuk terlihat sederhana. Ia lebih memilih pakai Honda Vario 125 yang nganggur di rumah ketimbang menaiki motor aslinya yakni Kawasaki Ninja.
“Padahal saat itu ya teman-teman tidak tahu soal UKT dan latarbelakang keluargaku,” cetusnya.
Namun, ada satu hal tak terduga yang ia alami saat ospek. Di tengah acara yang berlangsung di aula besar, namanya beserta sejumlah mahasiswa lain dipanggil oleh panitia. Ternyata, mereka merupakan mahasiswa dengan golongan terendah yang dapat tawaran beasiswa bidikmisi.
Juned pun kaget mendengar tawaran beasiswa bidikmisi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Jelas, ia langsung menolak tawaran tersebut.
“Asli kaget dapat tawaran beasiswa bidikmisi. Satu semester bayar 500 ribu aja udah murah banget. Nggak mengangka gara-gara ngawur ngisi UKT bisa dianggap benar-benar tidak mampu,” kelakarnya.