Saat mahasiswa menyatakan cinta kepada dosen karena fantasinya
Pengalaman semacam itu tidak hanya Dion rasakan seorang diri, saat berbincang dengan koleganya, ternyata ia mendengar curhatan serupa. Seorang dosen lelaki juga pernah ditembak oleh mahasiswinya sendiri.
“Pas itu dia menunjukkan chat WhatsApp, mahasiswi itu ngomong kalau dia menganggap temanku ini bukan sekadar dosen tapi seseorang yang spesial,” tuturnya.
Padahal, dosen itu sudah punya anak dan istri. Sehingga, dosen itu tidak mengindahkan ungkapan perasaan mahasiswinya tersebut.
Dion mengaku menceritakan segala dinamika dengan mahasiswanya ini kepada istrinya. Perempuan itu tentu kaget. Namun, sedikit memahami bahwa barangkali generasi muda saat ini punya karakter dan cara mengekspresikan diri yang sudah berbeda dari anak muda di zamannya.
“Bahkan juga ya memang anak muda sekarang punya fantasi yang berbeda mengenai hubungan percintaan,” kata Dion.
Suatu ketika setelah kelas usai, ia pernah menanyakan pendapat mahasiswanya tentang gaya mengajar dosen muda yang biasa mereka temui. Namun, ada satu mahasiswi yang dengan lantang berani berujar bahwa ia penasaran jika bisa menjalin hubungan dengan dosen.
“Dia bilang ada kebanggaan tersendiri. Bukan soal ingin dapat nilai bagus atau gimana, dia memang mengaku penasaran aja dan suka kalau bisa menggoda dosen,” paparnya.
Namun, tentu presentase yang semacam itu jumlahnya tidak banyak. Dion menganggap kecenderungan mahasiswa Gen Z lebih berani soal mengutarakan perasaan termasuk ke orang yang lebih tua.
Fenomena serupa di kampus lain
Hal semacam ini ternyata tidak hanya terjadi di kampus swasta tempat Dion mengajar. Siska (30), seorang dosen PTN di Jogja juga mengaku sesekali ada mahasiswa yang melempar candaan menggoda, meskipun menurutnya belum sampai tahapan membuat risih.
Satu hal yang membuatnya tertawa, pernah ada mahasiswa yang membut konten TikTok yang kemudian diunggah di status WhatsApp. Konten itu menyertakan foto Siska dengan caption bahwa dosen tersebut membuat mereka semangat kuliah.
“Bahkan ada yang ngefoto saya saat kuliah daring di Zoom. Lalu dia buat status pakai caption ‘gimana nggak semangat kalau dosennya begini’,” katanya.
Ia justru mengetahui hal-hal tersebut dari dosen lain yang kebetulan saling simpan nomor dengan mahasiswa. Meski kadang-kadang membuatnya heran, Siska menganggap mereka layaknya adik yang masih bocah.
“Kadang saya kalau lagi cerita di kelas nyebut suami saya,” ujarnya. Lalu, sontak, beberapa mahasiswa merespons, “Yah… patah hati kita.”
Menurut Siska, mahahasiswa Gen Z ini memang ekspresif dan tidak malu untuk untuk mengungkapkan sesuatu yang ada di benaknya. Terutama dengan para dosen muda yang memang komunikatif dan terbuka.
“Intinya kalau saya sih, asal masih sopan, jangan dibawa baper dan terlalu geer. Ya begitulah mereka, masih saya anggap bocah,” kelakarnya.
Selain itu, saya juga menemukan cerita dari sudut pandang mahasiswa. Diana* (22) misalnya, mahasiswi salah satu kampus swasta di Jogja mengaku pernah menyaksikan sendiri teman-temannya sedikit menggoda dosen muda perempuan saat mengajar.
Saat itu, dosen tersebut memang masih melajang. Ia juga cukup komunikatif dan dekat dengan mahasiswa selama mengajar.
“Saat perkenalan saja ada temanku yang berani tanya ‘Ibu sudah punya pacar belum?’,” tuturnya.
Beruntung, dosen itu juga menanggapi dengan bercanda. Ia masih bisa menjawab dengan santai kalau ia sedang tidak punya pacar dan belum ingin menikah.
Karakter Gen Z yang terbuka
Pada kesempatan kuliah selanjutnya, para mahasiswa ini juga menunjukkan antusiasme yang biasanya tidak terlihat di perkuliahan dengan dosen lain. Saat dosen perempuan ini bertanya, hampir pasti banyak mahasiswa yang mengacungkan jari untuk menjawab.
“Ya bertanya juga banyak. Kadang-kadang pertanyaannya ya sepele dan nggak mutu. Tapi ya nggak setiap saat mbaknya mengajar terus digodain gitu, sih,” ungkapnya.
Baik mahasiswa yang Dion ajar maupun angkatan kuliah Diana merupakan Generasi Z yang lahir pada rentang 1997 hingga 2012. Generasi ini memang terkenal punya beberapa karakteristik khas. Salah satunya, kemampuan komunikasi yang asertif.
Secara umum asertif memiliki pengertian, perilaku individu untuk mengungkapkan keinginan, kebutuhan, pikiran, perasaan, harapan, pendapat diri sendiri secara tegas dengan jujur, apa adanya.
Smita Dinakaramani, S.Psi., M.Psi, seorang psikolog dari Fakultas Psikologi UGM mengungkap bahwa Gen Z ini punya karakteristik ambisius, memiliki rasa penasaran tinggi, senang atensi, hingga sikapnya yang asertif.
Bagi para dosen, Smita dalam rilis resmi Fakultas Kedokteran UGM, beranggapan bahwa mengajar mahasiswa Gen Z perlu pendekatan yang sabar dan banyak memberi apresiasi. Selain itu, ia beranggapan bahwa tugas yang sifatnya personal juga cocok dengan generasi ini.
Sikap terbuka dan gaya komunikasi asertif ini barangkali membuat mereka cenderung berani mengungkapkan hal-hal yang sifatnya personal dengan sosok yang lebih tua. Tentu perlu penelitian lebih lanjut. Namun, cerita-cerita dosen dan mahasiswa tadi menjadi salah satu cuplikan soal Gen Z dan keterbukaan mereka.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News