“Beasiswaku waktu itu ditanggung seluruhnya oleh APBN pemerintah, jadi aku murni tidak mengeluarkan uang sama sekali,” kata alumnus Ekonomi Pertahanan itu.
Bahkan selama kuliah, ia juga aktif mengikuti kegiatan kuliah kerja dalam negeri (KKDN) dan luar negeri (KKLN) yang dibiayai penuh oleh negara. Kegiatan itu bertujuan meningkatkan kemampuan individu, kelompok, atau organisasi alias capacity building.
“Sebelum Covid dan sebelum adanya efisiensi anggaran, mahasiswa S2 sering dikirim ke luar negeri sesuai dengan kerjasama yang telah dilakukan. Nah, di setiap jurusan itu berbeda-beda. Ada yang ke Jepang, Korea, Belanda, Jerman dan lain sebagainya,” jelas Nur.
Alumni Unhan RI tak mengecewakan
Untuk masuk Unhan RI, Nur harus melalui seleksi administrasi, tes tulis, dan wawancara. Ia juga menyertakan beberapa sertifikat yang relevan dengan jurusannya yakni Ekonomi. Sedangkan tes tulis sendiri ada beberapa tahap seperti psikotes, Bahasa Inggris, dan Tes Potensi Akademik (TPA).
Ketiga nilai itu kemudian digabungkan dan dibandingkan dengan passing grade yang hanya diketahui oleh pihak Unhan RI.
Selanjutnya, ia harus menjalani tes terakhir yakni wawancara yang terdiri dari tes mental ideologi, kesehatan jiwa, serta wawancara akademik. Jika ditotal, seleksi wawancara itu berlangsung hampir seminggu.
“Di Unhan itu semuanya lewat jalur beasiswa jadi nggak tes seperti jalur SNMPTN, SBMPTN, atau Mandiri. Jadi prosesnya pun sangat ketat. Karena itu, sebetulnya aku harus bersaing dengan diri sendiri bukan dengan orang lain,” tutur Nur.
Nur pun mengungkap Unhan RI mencetak banyak lulusan yang cerdas. Lulusannya pun tak harus menjadi perwira TNI, tapi jago di bidang analisis, staf ahli, hingga policymaker. Sayangnya, lapangan pekerjaan untuk lulusan Unhan, menurut Nur, masih sedikit.
“Susah nyari kerja atau nggaknya itu tergantung orangnya sih. Kalau mau menggunakan ijazah S2 Unhan RI memang agak susah karena lowongan pekerjaannya sempit. Tapi secara kualitas sumber daya manusianya, saya akui: bagus!” ucap Nur.
Nur sendiri masih optimis untuk menjadi dosen, sebab bidang yang ia pelajari masih umum seperti Ekonomi dan Pertahanan. Ia yakin, ilmu tersebut masih banyak dicari dan sangat relevan dalam kehidupan.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Lulusan S2 UGM dengan IPK Tinggi Jualan Bakso di Jogja Kala Mimpi Jadi Dosen Tertunda atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan









