Mengakhiri “siksaan” di UGM setelah 14 semester
Akhirnya, bagi David, kuliah di UGM sudah seperti siksaan. Satu-satunya kenikmatan yang dia dapat hanyalah mendapatkan pacar yang setia menemaninya melewati masa-masa sulit di UGM.
Selebihnya, kehidupan kuliah cuma ibarat makanan tak enak yang terpaksa dia kunyah dan telan. “Memang masuk mulut, ada gizinya, tapi kalau aku nggak menikmatinya ya apa guna?,” ucapnya, menganalogikan situasinya di UGM.
Awal 2023 lalu, David baru mulai mengerjakan skripsi. Itupun, sebagian besar skripsinya ada campur tangan pacarnya yang sudah lulus dua tahun lebih cepat. Baginya, skripsian “dijokiin” pacar bukanlah aib, tapi kebanggaan.
“Bangga, soalnya pacarku ternyata pinter. Hahaha,” candanya.
Dinamika skripsian berhasil ia lewati setelah dua semester berjalan. David pun berhasil lulus pertengahan 2024 lalu meski nilai akhirnya pas-pasan. Tapi setidaknya, ia bisa lega karena “siksaan” 14 semester di UGM akhirnya berakhir juga.
Kelegaan yang berubah jadi kecemasan
Awalnya, David menolak mengikuti wisuda UGM yang akan dilangsungkan November 2024 lalu. Alasannya, ia merasa malu dan tak pantas mengikuti seremonial itu.
“Udah ketuaan, IPK juga jelek, jadi pikirku ngapain ikut,” jelasnya.
Karena mendapatkan paksaan orang tua, sekaligus diyakinkan oleh pacarnya, David akhirnya luluh juga. Namun, di acara tersebut, isi kepalanya kemana-mana. Acara yang harusnya menjadi momen bahagia malah rusak karena rasa cemasnya.
David terus memikirkan soal kariernya di dunia kerja. Sebab, sampai saat ini, lowongan pekerjaan yang kerap dia terima, mengharuskan pendaftar adalah fresh graduate; ambang batas umurnya 25 tahun.
Sementara dia sudah 27 tahun. “Aku telat lulus, sudah terlalu tua buat industri,” jelasnya.
Kini, yang tersisa pun cuma penyesalan dan rasa cemas. Menyesal kenapa dahulu ia tak berani membantah orang tua untuk kuliah di jurusan yang diinginkan. Sekaligus cemas kalau nantinya ia hanya akan berakhir sebagai S1 yang nganggur.
“Bayangin aja dulu. Reuni keluarga besar saat lebaran, dalam situasi kamu lulus telat, 27 tahun baru kelar kuliah, dan nganggur. Tebak pertanyaan apa yang bakal kamu dapatkan?,” pungkasnya.
*) Narasumber meminta Mojok menyamarkan nama aslinya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Lulusan S2 Nekat Merantau ke Jakarta karena Muak dengan UMR Jogja: Baru Sebulan Kerja Balik Nganggur, Kantor Bangkrut atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












