Bisa lolos SNPMB ke PTN jadi kebahagiaan mahasiswa. Namun, hal itu berubah jadi kekecewaan bagi mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten.
Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) jadi jalur utama bagi calon mahasiswa yang hendak masuk PTN. SNPMB terbagi jadi dua jalur yakni SNBP yang berbasis nilai akademik dan SNBT untuk seleksi berbasis tes. Dulu, keduanya dikenal dengan istilah SNMPTN dan SBMPTN.
Bagi Danu* (22), lolos lewat SNPMB bagai harga mati. Pasalnya, jika lolos lewat jalur mandiri maka biayanya kuliah di PTN mahal, tak berbeda jauh dengan di kampus swasta. Lelaki asal daerah agak terpencil di utara Serang, Banten ini sejak dulu menjadikan Untirta sebagai tujuan utama kuliah.
“Di Banten, Untirta ya punya anggapan kampus yang besar dan bagus. Selain itu, paling rasional buat saya karena dekat. Kalau bicara UI atau UGM, rasanya terlalu sulit peluang masuknya,” ujarnya saat Mojok wawancarai beberapa waktu lalu.
“Saya orang kampung di utara Serang. Kuliah itu kemewahan,” imbuhnya.
Selain itu, kuliah di kota yang sama dengan tempat tinggal membuatnya bisa menghemat ongkos sewa kos. Meski sebenarnya, jarak antara rumahnya dengan gedung kampus Untirta masih terbilang jauh.
Akhirnya, pada akhir masa SMA 2019 silam, ia berjuang memperbaiki nilai untuk ikut SNPMB jalur rapor yang dulu masih bernama SNMPTN. Namun, karena bukan berasal dari sekolah favorit ternyata ia harus gagal lewat jalur itu.
Selanjutnya, tidak ada jalan lain bagi Danu selain belajar maksimal untuk mengikuti SNPMB jalur tes tertulis atau SBMPTN. “Alhamdulillah lolos, orang tua senang sekali anaknya bisa kuliah,” kenangnya.
Ditambah lagi, saat hendak masuk kuliah pada 2019 silam, Untirta punya akreditasi institusi A. Suatu capaian yang cukup prestisius bagi perguruan tinggi.
Setelah berjuang sampai lolos seleksi, jelang lulus akreditasi Untirta malah turun
Sebagai informasi, Untirta berhasil mendapat akreditas A dari BAN-PT pada 2018 silam. Itu merupakan pencapaian pertama setelah lama menyandang akreditasi B.
Namun, nasib apes melanda Danu dan rekan-rekan seangkatannya sudah menginjak semester sembilan. Pasalnya, pada 2023 silam lantaran akreditas Untirta turun menjadi B.
“Padahal lima tahun terakhir Untirta itu lagi gencar-gencarnya membangun fasilitas, kok akreditasnya malah turun,” keluhnya.
Meski saat ini, banyak yang bilang akreditasi tak memengaruhi peluang lulusan dalam mencari kerja, tapi Danu tetap khawatir. Praktiknya, di lapangan masih ada sejumlah instansi atau perusahaan yang mennsyaratkan akreditasi A. Misalnya pada lowongan kerja Asisten Tenaga Ahli Bappenas, jelas tertera syaratlulusan perguruan tinggi terakreditasi A.
“Ini ibarat kuliah sudah injury time mau lulus, akreditasi malah turun. Banyak mahasiswa yang kecewa,” imbuhnya.
Menurut laman resmi Untirta, masih ada kesempatan reakreditasi dengan sistem lama 9 standar dari B ke Unggul selama masa transisi pemberlakukan Permendikbud No 53 Tahun 2023 sampai Desember 2024. Mahasiswa seperti Danu hanya bisa harap-harap cemas menanti kabar baik tersebut.
Baca halaman selanjutnya…
Kisah lain, baru tahu UPN Jogja terakreditasi B jelang wisuda