Masa studi mahasiswa S2, Jurusan Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM) umumnya berlangsung selama 3 tahun 1 bulan. Namun, mahasiswa ini mampu menyelesaikan kuliahnya hanya dalam kurun waktu 1 tahun, 1 bulan, 11 hari.
Namanya Felicia Servina Djuang. Ia baru saja dinobatkan sebagai lulusan tercepat program S2 UGM pada Wisuda Program Pascasarjana Periode I Tahun Akademik 2025/2026. Acara itu digelar Rabu (22/10/2025) di Grha Sabha Pramana, UGM.
Motivasi kuliah S2 Jurusan Matematika di UGM
Motivasi Felicia untuk kuliah S2 ialah, karena punya keinginan menjadi dosen sejak SMA. Di mana, gelar tersebut menjadi salah satu syarat wajib bagi dosen untuk mengajar di perguruan tinggi.
Di bangku SMA, Felicia mengaku tertarik mempelajari ilmu Matematika yang seringkali dianggap sulit oleh banyak siswa. Tak hanya itu, ia juga sering mengamati metode pengajaran gurunya di sekolah. Terutama jika ada materi yang menurutnya kurang jelas.
Keluarga Felicia pun melihat minat dan bakatnya anaknya itu, sehingga selalu mendukung keinginan Felicia menjadi dosen. Apalagi, mereka juga sudah mengakui kehebatan anaknya dalam mengajar, khususnya di bidang Matematika.
“Mulai SMA sudah suka ngajar teman-teman SMP, orang tua juga sudah melihat bakat dan potensi saya menjadi pengajar. Jadi menurut orang tua saya aman kalau misalnya mau lanjut jadi dosen,” tutur Felicia dikutip dari laman resmi UGM, Jumat (31/10/2025).
Oleh karena itu, Felicia pun melanjutkan kuliah S2-nya di UGM Jurusan Matematika.
Ikuti program “studi kilat”

Guna mempercepat langkahnya sebagai dosen, Felicia mengikuti program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) untuk mahasiswa S2 di UGM. Program itu memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menempuh program S2 dan S3 sekaligus dalam waktu empat tahun.
“Karena ada kesempatan mengikuti beasiswa yang jarang dibuka, jadi ya sudah diberikan kesempatan untuk ikut. Biasanya untuk menjadi dosen kan diminta lanjut S3, kebetulan programnya terbuka S2 sampai lanjut S3, sehingga peluang untuk jadi dosen lebih besar,” tutur Felicia.
Lewat program itulah Felicia bisa mengikuti kelas doktoral sambil menyelesaikan tesis magisternya. Tentu saja perjuangan itu tak mudah sebab tak semua penelitian Matematika dilakukan di laboratorium seperti bidang lain.
Apalagi, mahasiswa matematika lebih banyak melakukan riset berbasis teori dan komputasi, sehingga ide penelitian menjadi faktor utama dalam penyelesaian tesis. “Jadi kalau tidak dapat ide, bisa mandek. Tapi kalau setiap hari dikerjakan sedikit demi sedikit, pasti akan muncul ide baru,” jelasnya.
Beruntung, Felicia mendapat lingkungan yang suportif. Selama kuliah S2 di UGM, Felicia mengaku dapat motivasi dari dosen pembimbingnya untuk segera menyelesaikan tesis.
Kunci sukses: konsisten setiap hari
Selain menyelesaikan penulisan tesis, Felicia juga harus pintar membagi waktu. Tak hanya saat belajar di kampus, tapi juga menjadi panitia dalam kegiatan penelitian ilmiah hingga membuatnya sering diundang sebagai presenter dalam seminar dan konferensi di fakultas.

Meskipun memiliki jadwal yang padat, Felicia berusaha mengatur waktu dengan konsisten melaksanakan rutinitas harian yang sudah ia buat. Salah satunya dengan membatasi kegiatan dalam organisasi mahasiswa agar tetap bisa fokus pada studinya.
Selain itu, ia berusaha meluangkan waktunya, setidaknya setiap hari untuk mengerjakan tugas akhir. Mau sedikit atau beberapa kalimat, kata dia, harus tetap dikerjakan.
“Jadi, sejak semester satu saya sudah mengambil kelas wajib untuk memenuhi SKS sambil mulai mengerjakan tesis. Dengan begitu, keduanya bisa selesai dalam dua semester,” kata dia.
Selesai kuliah S2 di UGM dalam waktu 1 tahun
Berkat kekonsistennannya tersebut, Felicia pun bisa menyelesaikan kuliah S2-nya di UGM dalam kurun waktu 1 tahun, 1 bulan, 11 hari. Ia pun berpesan kepada mahasiswa yang sedang berjuang menyelesaikan tugas akhir, agar tetap semangat dan tidak mudah menyerah.
Menurutnya, setiap mahasiswa UGM memiliki nilai dan potensi dalam dirinya, namun potensi itu hanya akan terlihat jika terus diasah dengan kerja keras dan konsistensi. Ia juga mengingatkan bahwa pentingnya berdiskusi secara rutin dengan dosen pembimbing maupun teman-teman yang suportif untuk mendapatkan ide baru.
“Rajin-rajinlah bertemu pembimbing, karena dari diskusi bisa muncul ide-ide baru. Kalau ada kesempatan berdiskusi dengan teman lain juga bagus, karena setiap obrolan bisa memberi inspirasi baru,” ujarnya.
Cerita Felicia tersebut sebagaimana dimuat dalam laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM).
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Bisa Kuliah UGM karena Perjuangan Ibu, Bertekad Buktikan Kesuksesan ke Ayah yang Pergi Tinggalkan Keluarga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












