Cara-cara kampus Muhammadiyah ini meringankan mahasiswa
Sistem itu akhirnya diterapkan hingga saat ini. Hampir setiap tahun, selalu ada mahasiswa yang membayar kuliah dengan membawa hasil bumi ke kampus. Selain panenan dari kebun, ada pula yang membawa hasil tangkapan laut.
Selanjutnya, pihak UM Maumere juga melengkapi sejumlah mekanisme lain untuk meringankan biaya kuliah mahasiswa. Salah satunya, mekanisme angsuran yang semula 3x dalam satu semester menjadi bisa diangsur hingga 6 tahun sejak awal masuk kuliah.
“Jadi bisa saja, mahasiswa itu wisuda tapi belum tuntas biaya kuliahnya. Kalau umumnya mahasiswa lulus 4 tahun jadi diangsur sampai 2 tahun setelah lulus,” terangnya.
Belum lagi ada mekanisme beasiswa yang beragam. Selain memanfaatkan KIP Kuliah yang kuotanya terbatas, ada juga mekanisme beasiswa dari lembaga LazisMu dan lembaga lain yang bekerja sama dengan UM Maumere.
“Bahkan untuk beasiswa itu, terkhusus bagi mahasiswa yatim piatu, tidak hanya untuk yang muslim. Namun, juga mahasiswa beragam agama karena hampr 80 persen mahasiswa di sini itu nonmuslim,” terang Erwin.
Kampus Muhammadiyah dengan mahasiswa mayoritas nonmuslim
Mojok juga pernah mewawancarai Konsenius Wiran Wae (24), mahasiswa beragama katolik di UM Maumere. Sejak masih duduk di bangku SMA, pemuda ini mengaku sudah jatuh cinta dengan mata pelajaran Fisika. Ilmu yang menurutnya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Nyaris semua aktivitas memiliki korelasi dengan Fisika.
Sehingga ia pun memilih Program Studi Pendidikan Ilmu Fisika di UM Maumere. Program studi tersebut masuk ke dalam Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Tak hanya mengikuti proses pembelajaran, Wiran juga aktif dalam unit kegiatan dan komunitas di kampus. Ia paling aktif mengikuti Langit Sika, sebuah komunitas astronomi di program studinya. Selain itu ia juga sering berpartisipasi di Pusat Studi Astronomi.
“Di sini juga ada organisasi Kristen dan Katolik. Saya kebetulan tidak ikut aktif di sana karena sudah sibuk di Langit Sika,” ujarnya.
Wiran mengaku beruntung, selama menjalani perkuliahan ia mendapat dukungan dari beasiswa dari Lazismu dan Pemda Sikka. Keterbatasan ekonomi tidak jadi penghalang baginya untuk belajar di perguruan tinggi dan meraih mimpi.
Menurut Rektor UM Maumere, ke depan pihaknya akan semakin memperkuat integrasi antara kampus dengan dunia wirausaha. Harapannya, sistem membayar kuliah dengan hasil bumi ini bisa berjalan lancar seiring kampus bisa mengolah dan punya sistem penjualan yang lebih matang.
Cara UM Maumere menyiasati kondisi sosial demografis di NTT jadi oase di tengah informasi meningkatnya UKT berbagai PTN di Indonesia. Sejumlah riset menunjukkan biaya kuliah bagi mahasiswa memang semakin sulit terjangkau.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Pengalaman Tak Terduga Mahasiswa Nonmuslim Kuliah di Kampus Muhammadiyah
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News