Pilih Ilmu Sejarah karena pengalaman kelam di masa lalu
Kendati passing grade rendah, tak populer, dan mendapat cap jurusan terburuk, nyatanya Anas tak sedang main aman dengan memilih Ilmu Sejarah Unpad. Banyak teman-temannya berpikir kalau jurusan itu dia pilih sekadar mudah lolos saja. Namun, nyatanya ada alasan lain.
Anas mengaku, telah menyukai pelajaran sejarah sejak duduk di bangku SMP. Bahkan, jurusan ini ia ambil karena ada pengalaman buruk di masa lalu. Pengalaman buruk ini Anas tulis dalam skripsinya yang berjudul “Politik Hukum Pemerintah Indonesia tentang Pengerahan Tenaga Kerja Indonesia ke Malaysia Tahun 1984-1989”.
Dalam tugas akhirnya itu, ia menyoroti tentang pemberlakuan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri pada 1984 ke Malaysia. Di era Orde Baru, target pemerintah yang masuk dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dengan mengirimkan tenaga kerja sebesar-besarnya ternyata tak sebanding dengan kelayakan yang mereka dapat di lapangan.
“Kala itu negara cenderung memanfaatkannya, tapi minim perlindungan terhadap mereka (buruh migran). Mereka rawan mengalami penyalahgunaan atau dimanfaatkan oleh perusahaan maupun oknum pemberi kerja ketika di Malaysia. Bahkan dalam proses sebagai korban seringkali telah melanggar prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia” jelas Anas.
Ketertarikan Anas pada topik buruh migran ini didasari oleh situasi daerah asalnya. Sejak kecil, Anas sudah banyak melihat tetangganya yang rata-rata perempuan bekerja ke luar negeri. Sayangnya, mendapatkan hidup layak hanya menjadi angan-angan saja. Rata-rata para buruh migran ini pergi meninggalkan anak mereka yang akhirnya banyak yang terlantar. Kondisi mereka di negeri orang pun juga lebih buruk lagi.
Ibu Anas sendiri juga hampir meninggalkannya menjadi TKI saat ia masih di bangku kelas 4 Sekolah Dasar. Untungnya, hal itu tak terjadi karena ibunya belum tega meninggalkan Anas dan dua adiknya yang masih kecil.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.