Seorang penerima mahasiswa KIP Kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini sempat dihujat warga net, karena “pamer” bisa membeli iPhone 13. Padahal, dulu terancam tidak bisa kuliah tanpa beasiswa.
***
Al Barr (19) menceritakan pengalaman hidupnya bisa kuliah di ISI Yogyakarta berkat beasiswa KIP Kuliah lewat media sosial Instagram. Ia berujar kini bisa membeli iPhone berkat menerima beasiswa tersebut.
Tak pelak konten tersebut bikin warga net terbelah menjadi dua kubu. Ada yang menganggapnya flexing, tapi ada pula yang merasa terharu dengan cerita perempuan asal Aceh tersebut.
“KIP Kuliah itu memang untuk keperluan pribadi, untuk mengembangkan diri bukan hidup mewah glamor sana sini. IPhone? Apa itu? Gw malah mikir, selagi HP itu punya kamera bagus, memori aman, udah selesai. Bisa dipakai udah lumayan, nggak perlu glamor sana-sini…” Tulis akun Instagram @mol*** di kolom komentar, dikutip Kamis (30/10/2025).
“iPhone 13 itu bukan kebutuhan primer, kalau memang dirasa mampu ya ngundurin diri aja dari KIP Kuliah.” Ucap @sep***.
“Lu bilang orang nggak mampu, tapi gaya hidup lu kayak orang yang banyak duit njir.” Tulis @kak***.
“KIP Kuliah itu untuk orang yang belum mampu tapi orang flexing iPhone dan punya penghasilan 2 digit. Orang tidak mampu mana yang penghasilannya 2 digit? Kalau sekiranya sudah mampu dan menghasilkan, harap mengundulkan diri…” tulis @gib***.
Menurut pantauan Mojok, konten Al Barr tersebut sudah tayang 2 juta kali dengan likes 211 ribu dan 1.757 komentar pada Kamis (30/10/2025). Beragam pertanyaan pun muncul, termasuk bagaimana standar mahasiswa penerima KIP Kuliah seharusnya dan apa yang tidak boleh dilanggar oleh mereka?.
Dana KIP Kuliah nyatanya nggak cukup penuhi kebutuhan mahasiswa
Sejatinya, KIP Kuliah adalah program bantuan biaya pendidikan dari pemerintah untuk lulusan SMA atau sederajat yang berasal dari keluarga kurang mampu tapi punya potensi akademik yang baik. Al Barr sendiri mengaku nyaris gagal kuliah di Jurusan Perfilman ISI Yogyakarta karena kondisi ekonomi keluarganya.
“Aku dan ibu tinggal di rumah ayah tiriku. Ayah tiriku ini seorang buruh tani yang gajinya sekitar Rp500 ribu per bulan. Sedangkan, ibuku guru bakti yang gajinya Rp500 – Rp600 per bulan,” jelas Al Barr kepada Mojok, Senin (25/8/2025).
Namun akhirnya, ia lolos sebagai penerima mahasiswa KIP Kuliah dan berhasil mengumpulkan modal awal untuk merantau. Sejak saat itu, Al Barr memutuskan kuliah sambil bekerja guna mencukupi kebetuhan hidupnya sehari-hari.
Sebab jujur saja, KIP Kuliah nyatanya masih belum cukup memenuhi kebutuhan hidup Al Barr. Mengacu pada hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS), bantuan biaya hidup per bulan untuk mahasiswa dibagi menjadi 5 klaster wilayah yakni Rp800 ribu, Rp950 ribu, Rp1,1 juta, Rp1,25 juta, dan Rp1,4 juta.
“Aku butuh tambahan biaya, apalagi biaya untuk pengerjaan tugas film terbilang mahal untukku,” kata Al Barr, “belum lagi aku harus ekstra putar otak untuk biaya makan, kos, dan lain-lain,” lanjutnya.
Beasiswa bisa dicabut sewaktu-waktu
Selama kuliah, Al Barr pun mencoba beragam usaha mulai dari jualan online hingga jualan bunga secara offline. Ia sering begadang untuk membungkus paket, mengantar produknya sendiri ke tempat ekspedisi.
Hingga akhirnya ia punya ide membeli iPhone guna menunjang bisnis online-nya. Menurut mahasiswa ISI Yogyakarta tersebut, iPhone adalah investasi terbaik untuk membuat hasil foto dan video promosinya lebih ciamik.
Sembari bekerja, ia pun harus mempertahankan prestasi akademiknya agar KIP Kuliahnya tidak dicabut. Melansir dari laman resmi UMSU, KIP dapat dicabut karena beberapa faktor.
Pertama, kondisi ekonomi keluarga mahasiswa yang sudah membaik. Kedua, mahasiswa tidak memenuhi standar minimum Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Ketiga, kejadian darurat seperti kematian, putus kuliah, atau pindah ke perguruan tinggi lain.
Selain itu, perguruan tunggi dan LLDIKTI juga berhak melakukan evaluasi per semester terhadap kemampuan ekonomi keluarga dan akademik mahasiswa penerima KIP.
Apakah punya iPhone bisa mengancam beasiswa mahasiswa?
Salah satu bukti nyata perguruan tinggi berhak mencabut KIP Kuliah adalah, kasus mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang dicabut karena ketahuan dugem.
Sementara itu, dalam kasus Al Barr, niatnya justru ingin memberikan inspirasi kepada khalayak lewat perjuangannya sebagai penerima mahasiswa KIP Kuliah. Tak jarang juga banyak warga net yang mendukungnya.
“Nggak semua iPhone itu mahal dan nggak semua Androit itu murah. Kalau anak KIP tapi hobinya flexing sana-sini, nongkrong di tempat-tempat boikot, beli barang mewah yang padahal bukan kebutuhan dia melainkan sebatas keinginan, nah itu baru salah…” Tulis @pag***.
“Tujuan pemerintah ngasih beasiswa KIP-kan agar masyarakat yang kurang mampu bisa tetap kuliah dengan membantu perekonomian mereka? Dan dengan harapan bisa memberantas kemiskinan di Indonesia. Nah kalau kalian inginnya penerima KIP tetap miskin, nggak ada kemajuan dalam hidupnya, artinya pemerintah gagal dong buat menyukseskan program tersebut?…” Ucap @aer***.
“KIP layaknya investasi dan semua penerima berhak mengelola uang yang diberikan untuk keperluan yang bisa digunakan untuk perkembangan diri kita yang akan memberi dampak pada khalayak. Semoga tidak ada efisiensi untuk program pendidikan kedepannya.” Ucap @moe***.
Sejauh ini, Al Barr pun masih menjalani aktivitas kuliahnya sambil bekerja. Selama ia bisa mempertahankan nilai akademiknya, status beasiswa KIP Kuliahnya terbilang aman alias lolos evaluasi.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Maksa Beli iPhone demi Gaya sampai Diamkan Bapak Berhari-hari, iPhone 14 Pro Terbeli tapi Hidup Jadi “Berantakan dan Menderita” atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












