Guna mengatur waktunya, ia selalu membuat skala prioritas dengan menempatkan pendidikan di posisi teratas. Setelah itu, baru organisasi dan pekerjaan sebagai wadah penerapan ilmu. Baginya, usaha dan konsistensi tanpa menunggu hasil besar adalah kunci dari keberhasilannya kini.
“Kenali dirimu, kapasitas, minat, dan tujuanmu. Tidak semua bunga mekar bersamaan karena setiap orang punya waktunya sendiri untuk tumbuh. Jadi hargai setiap langkah kecilmu dan tetap semangat,” ucap sarjana Psikologi tersebut.
Menghubungkan Ilmu Psikologi dengan budaya kerja budak korporat
Minat besar Eva di bidang Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) tercermin dalam penelitian skripsinya di Unesa berjudul “Hubungan antara Persepsi Dukungan Organisasi dengan Komitmen Organisasi pada Karyawan.” Dari penelitian yang dilakukan, ia menemukan hubungan positif antara persepsi dukungan organisasi dengan komitmen organisasi.
Namun, yang menarik, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dimensi normatif menjadi faktor dominan dalam mempertahankan loyalitas karyawan, berbeda dengan penelitian terdahulu yang lebih menekankan dimensi afektif. Artinya, karyawan bertahan karena rasa kewajiban moral terhadap organisasi, bukan semata-mata karena rasa suka atau keterikatan emosional.
Eva juga menyoroti rendahnya aspek penghargaan dan kondisi kerja dalam persepsi dukungan organisasi. Ia merekomendasikan agar perusahaan lebih sering memberikan apresiasi terhadap kinerja karyawan agar tercipta ikatan emosional yang lebih kuat antara pekerja dan organisasi.
“Saya ingin hasil penelitian ini bisa menjadi bahan refleksi praktis bagi perusahaan untuk memperkuat manajemen SDM,” jelasnya.
Selain skripsi, Eva juga terlibat dalam dua penelitian lain berjudul “Emotional Regulation Among Athletes with Disabilities” dan “The Effect of Communication on Work Effectiveness.” Salah satu penelitiannya bahkan berhasil dipresentasikan di International Conference on Psychology and Education (ICPE) tahun 2022. Ia menjadi leader prosiding.
Selain berprestasi secara akademik di Unesa, Eva juga aktif di berbagai kegiatan profesional. Ia pernah menjadi fasilitator pelatihan di Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kota Surabaya, magang di PT Transcon Indonesia sebagai HR Recruitment Intern, hingga bekerja sebagai Talent Acquisition Specialist di PT Kiat Ananda Cold Storage.
***
Dari semua pengalaman itu, Eva memetik pelajaran berharga yakni soal attitude (karakter). Baginya, kemampuan bisa dipelajari, tetapi pembawaan diri dan etika kerja yang baik suatu nilai yang sangat diperlukan. Ia juga menekankan pentingnya memilih lingkungan kerja yang menantang agar seseorang terus berkembang dan tidak terjebak di zona nyaman.
Cerita Eva tersebut sebagaimana dimuat dalam laman resmi Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Olahraga Jadi Alasan Hidup Pemuda Asal Madura Ini usai Ayah dan Ibu Tiada, hingga Raih Gelar Doktor Termuda di Unesa dengan IPK Sempurna atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












