Berjalan mulus dan foya-foya
Pada 2023, penggunaan jasa joki UTBK-SNBT ternyata marak terjadi. Bahkan di tahun-tahun sebelumnya pun sudah marak. Beberapa kasus berhasil diungkap. Saat itu, rata-rata joki masih “bermain aman”: mengandalkan perangkat elektronik hingga COD jawaban.
Masa itu belum seterang-terangan tahun 2025 ini, ketika peran joki menjadi lebih berani dengan menggantikan posisi pengguna jasa untuk mengikuti ujian di ruangan.
“Aku pakai kamera kecil. Setelah peserta merekam, dia izin ke toilet untuk COD jawaban dengaku,” jelas Joni. Pada bagian inipun, dia meminta agar reporter Mojok tidak menjelaskan secara gamblang bagaimana modus operandinya.
Singkat cerita, semua berjalan mulus. Pada akhirnya pengguna jasa joki itu diterima. Joni mendapat jatah Rp26,5 juta. Sementara temannya yang merupakan penyalur jasa mengambil jatah Rp8,5 juta.
“Aku nggak tahu juga itung-itungannya bagaimana. Aku nggak banyak tanya. Pokoknya cair aja,” kata Joni. Uang itu kemudian dia gunakan untuk foya-foya: menyalurkan hasrat konsumtifnya.
Sering terbangun tengah malam, rasanya seperti gembong narkoba
Di tahun yang sama, kepolisian berhasil mengungkap banyak sindikat joki UTBK-SNBT. Alhasil, meski foya-foya, Joni ketakutan hebat.
Seiring berita pembekukan sindikat joki UTBK-SNBT yang bertebaran, Joni jadi sering terbangun tengah malam di kamar kosnya, lantaran mimpi buruk tiba-tiba ada satu regu polisi menggrebek kamarnya.
Saat sedang keluar kos—untuk kerja atau yang lain—dia juga terus diikuti rasa takut. Kalau-kalau ada yang menyergapnya di tengah jalan.
“Rasanya seperti gembong narkoba,” ungkap Joni. “Aku pernah menghubungi temanku yang punya bimbel itu. Dia bilang, jangan khawatir, kita masih aman.”
Jangan coba-coba jadi joki UTBK-SNBT
Benar kata temannya, mereka masih aman. Bahkan di tahun berikutnya (2024), si teman menghubungi Joni lagi untuk pekerjaan yang sama. Akan tetapi, Joni menolak. Rasa takut dari tahun sebelumnya saja tak kunjung reda, masa mau ditumpuki rasa takut lagi.
“Itupun kalau tahun ini (2024) lolos lagi. Kalau nggak, bisa mampus dipenjara,” katanya.
Pada 2024, kasus perjokian masuk perguruan tinggi tidak begitu terdengar sebagaimana beberapa tahun terakhir (2018, 2022, 2023). Itu membuat Joni pelan-pelan mulai lega.
Sayang sekali, perasaan lega itu tidak berlangsung lama. UTBK-SNBT 2025 membawa situasi yang jauh lebih buruk.
Berita-berita pembekukan para joki membuat Joni menjalani hari dengan gemetar dan putus asa. Tidur pun makin tak jenak.
“Aku iseng nyoba hubungi temanku lagi. Tapi nomornya nggak aktif,” ucap Joni.
“Hanya sekali aku jadi joki, hanya sesaat aku menikmati uangnya, tapi rasa takutnya terbawa seumur hidup. Itu nggak sebanding. Siapapun, jangan coba-coba bisnis ini!” Tegas Joni.
Saat proses menranskripsi hasil wawancara pada Senin (5/5/2025), Joni meminta beberapa bagian dari wawancara tidak dimasukkan.
“Setelah ini, lebih baik kita tidak saling terhubung lagi,” begitu pintanya juga. Berita-berita soal joki UTBK-SNBT masih terus bergulir. Joni makin terperangkap dalam ketakutan yang sulit dia kendalikan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Mahasiswa Semester Tua Pura-pura Wisuda padahal Belum Lulus, Demi Senangkan Orangtua Foto Bareng di Kampus atau liputan Muchamad Aly Reza lainnya di rubrik Liputan












