Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Cerita Penjual Merchandise Kipas Konser di Jakarta, Omzet Jutaan Rupiah tapi Kena Tipu Artis  

Voja Alfatih oleh Voja Alfatih
29 Mei 2024
A A
Cerita Penjual Merchandise Kipas Konser di Jakarta, Omzet Jutaan Rupiah tapi Kena Tipu Artis  

Cerita Penjual Merchandise Kipas Konser di Jakarta, Omzet Jutaan Rupiah tapi Kena Tipu Artis  

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Di setiap konser di Jakarta, hampir selalu kita jumpai orang-orang yang menjual merchandise konser atau pernak-pernik konser seperti kipas, bando, hingga kaus unofficial (kw). Mau itu penampil lokal atau internasional, K-pop atau Barat, mereka selalu ada, berkeliaran di sekitaran venue konser. Di balik itu, ternyata mereka bisa meraup untung sampai jutaan rupiah sekali jualan.

***

Menjelang magrib, Sabtu (25/5/2024), saya sudah tiba di kompleks Stadion Gelora Bung Karno (GBK) untuk menyaksikan konser band heavy metal Avenged Sevenfold. Meskipun cuaca mendung dan ada pertunjukan konser, GBK tetap dipenuhi oleh warga Jakarta yang sedang lari sore, bercampur baur dengan para penonton konser, copet, penjual jas hujan, dan penjual merch.

Saya lantas memperhatikan dagangan para penjual merchandise konser. Mereka menjual kaus, kipas, bando, dan lanyard. Semuanya bertemakan Avenged Sevenfold. Yang menjadi perhatian saya, bentuk dari kipas dagangan mereka terasa familier, bentuk kipas yang pernah saya lihat beberapa bulan sebelumnya saat menonton konser band lain di GBK.

Namun, gambar yang ditampilkan di kipasnya berbeda. Kali ini mereka bergambar band Avenged Sevenfold, sedangkan beberapa bulan lalu kipas-kipas itu bergambar band Alvvays dan The Strokes. Kipasnya sudah “di-personalisasi” sesuai kebutuhan penampil, tapi bentuknya tetap.

Bayangkan, band indie pop seperti Alvvays saja ada kipasnya. Saya jadi menduga kalau ada supplier merch yang tau dan memanfaatkan tanggal-tanggalan konser. Oleh karena itu, saya berinisiatif untuk menanyai salah satu penjual merchandise konser.

Supplier merchandise yang tau tanggal-tanggal konser

Mulanya, beberapa penjual merchandise konser yang saya hampiri selalu menolak untuk ditanyai. Banyak dari mereka enggan karena takut, tapi ada juga yang menolak karena merasa jualannya jadi terganggu—sebentar lagi konsernya mulai. Sampai akhirnya, saya bertemu seorang perempuan yang bersedia ditanyai tentang kegiatannya ini.

Jeane* (50), seorang ibu rumah tangga, baru menjual merch konser sejak 2023 lalu. Alasannya berjualan merchandise cukup sederhana: karena ada duitnya. Sambil wawancara, satu lengannya menenteng beberapa lanyard, sementara lengan satunya lagi mengapit sejumlah kaus dan kipas. Ia kemudian membenarkan dugaan saya.

“Iya, ada supplier-nya, jadi sistemnya setoran. Tiap konser supplier-nya sama, kita diinfoin ‘ini ada koonser, mau ngambil barang enggak?’ Entar disiapin. Kita ngambil [barang] di [Jakarta] sini, dekat-dekat sini, lah,” ungkap perempuan asal Pancoran ini.

Selain menginfokan konser-konser yang akan datang, supplier-nya juga menerapkan sistem yang sederhana, semacam sistem dropshipper. Ia hanya mengambil untung dari barang yang terjual, barang yang bersisa bisa dikembalikan. Karena itu, jumlah orang yang mengambil barang dari si supplier tidak sedikit.

“Bisa sampai seratus [orang] lebih. Kalau untuk konser sekarang, enggak sampai, sih. Ya, mungkin 50-an ada, lah,” papar Jeane.

Ia saat itu berdagang berempat bersama anak-anaknya. Untuk konser kali ini, mereka mengambil 15 kaus, 20 kipas, 10 bando, dan 20 lanyard.

Lokasi konser tempat Jeane berjualan pun tidak hanya di sekitar GBK saja. Jualan perdananya ia lakukan di Balai Sarbini. Selain itu, ia juga pernah berjualan di Jakarta International Stadium (JIS). Satu hal yang pasti, barang-barangnya ia dapat dari supplier yang sama.

Konser K-pop paling menguntungkan

Barang-barang yang Jeane ambil dari supplier kemudian ia naikkan harganya sekitar 20-30% dari harga asli. Penjualan merchandise terbilang untung kalau ia berhasil menyentuh nominal Rp1 juta—rata-rata penghasilannya selama berjualan. Ada kalanya barang-barangnya sangat laku dan tak jarang juga hanya terjual sedikit. Semua tergantung ke penampilnya.

Iklan

Namun, ada satu jenis konser yang menurutnya hampir selalu membuatnya untung, yaitu konser K-pop.

“Twice kemarin [untungnya] lumayan. Enggak sampai habis, tapi lumayan, lah. Ya, dapat Rp5 jutaan, lah. Hasil dagang berempat sama anak-anak. Itu selama tiga hari,” kata perempuan tamatan D3 ini.

Menurutnya, penonton konser K-pop merupakan pasar yang pas dengan dagangannya. Mereka sudi-sudi saja membeli pernak-pernik lucu seperti kipas dan bando, tidak seperti penonton konser Barat—apalagi band rock—yang biasanya hanya minat dengan kaus.

Ironisnya, pengalamannya yang paling rugi juga terjadi di acara K-pop.

“Saya jualan dari pagi sampai jam 11 malam, enggak laku. Cuman dapat Rp100 ribu. Sedangkan untuk makan aja udah lebih dari segitu. Itu bukan konser, sih, tapi acara nobar BTS di Gedung Kesenian Jakarta,” katanya.

Jeane juga menambahkan kalau konser tunggal lebih menguntungkan daripada festival. Ini karena di konser tunggal sudah dapat dipastikan hanya menampilkan satu penampil utama, sedangkan festival menampilkan beberapa penampil.

“Misal yang main [di festival] ada Tulus sama Mahalini. Kan, kita enggak tau siapa yang laku, jadi kita ambil aja semua [merchandise],” kata Jeane sambil membetulkan dagangan di lengannya.

Kendala berdagang merchandise

Selain dagangan yang tidak laku, Jeane juga mengalami kendala lain saat berjualan di sekitar venue. Beberapa venue ternyata tidak mengizinkannya untuk berjualan.

“Kalau di sini [GBK] enggak boleh jualan. Beda sama JIS, kalau di situ boleh. Jadinya kalau ada security kita harus sembunyi. Kalau enggak, barangnya bisa diambil. Saya alhamdulillah belum pernah sampai diambil,” ungkap ibu beranak tiga ini.

Jeane bercerita kalau sudah banyak rekan-rekannya yang tertangkap. Namun, Jeane punya siasat untuk menghadapi para security. Caranya dengan berjualan secara berkelompok. Ia bersama penjual merch lainnya—termasuk anak-anaknya—bergantian memantau situasi dan berjualan.

“Kalau sendiri kita jadi lengah. Kayak anak saya, saya kasih tau kalau ada [security]. Setop dulu, lah,” jelasnya.

Sebenarnya, walau diambil, pada akhirnya barang dagangan itu akan dikembalikan setelah acara selesai. Tapi tetap saja, hilang sudah kesempatan untuk berjualan. Dan karena itu, Jeane tetap keukeuh dengan strateginya itu.

“Namanya nyari duit, risiko pasti ada. Usaha aja dulu,” tambah Jeane.

Menghadapi pembeli yang tidak bayar pun Jeane pernah. Ketika sudah memegang barang dagangannya, tiba-tiba si pembeli hilang di tengah keramaian. Kalau sudah hilang begitu ia lebih memilih untuk mengikhlaskan.

Pernah ditipu artis yang sempat mau beli

Jeane juga membagikan pengalaman-pengalaman uniknya selama berjualan merchandise konser di Jakarta. Salah satunya baru terjadi seminggu yang lalu. Anaknya baru saja menonton konser K-pop, tapi tidak melewatkan kesempatan berjualan.

“Anak saya pernah nonton konser di sini [GBK]. Minggu kemarin, tuh, NCT. Sebelum masuk [venue], tetap bantu jualan dulu,” katanya, mengingat daya beli penonton K-pop yang tinggi.

Selain itu, ia juga bercerita pernah di-php salah seorang anak artis ibu kota.

“Ada anak artis mau beli barang saya. Udah mikir bakal untung, eh, enggak taunya nawar. Yang nawar, tuh, asistennya. Ampun, deh, pelit banget. Udah ambil-ambil semua, terus ditawar semurah-murahnya, eh, enggak jadi,” jelas Jeane kesal.

***

Hari itu, uang yang masuk dari penjualan merch-nya baru Rp300 ribu, dan itu masih kotor. Ia bilang kalau di konser kali ini penjualannya serat, sesuai dengan teori penonton konser K-pop dan penonton konser Barat yang ia bilang. “Kalau sekarang enggak laku, paling nanti pas bubaran,” pungkas Jeane penuh harap. 

(*Bukan nama sebenarnya, narasumber meminta namanya disamarkan untuk alasan keamanan)

Reporter: Voja Alfatih
Editor: Hammam Izzudin

BACA JUGA Pengalaman Ngirit Demi Nonton Konser Band Idola, 5 Bulan Hidup Kelaparan tapi Malah Dapat Uang Kaget di Hari H

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Terakhir diperbarui pada 29 Mei 2024 oleh

Tags: jakartakipas konserkonser di jakartamerchandise bandmerchandise konser
Voja Alfatih

Voja Alfatih

Kru Magang Mojok.co

Artikel Terkait

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO
Ragam

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Tinggalkan ibunya demi kuliah di PTIQ Jakarta untuk merantau. MOJOK.CO
Ragam

Kerap Bersalah di Perantauan karena Alasan Sibuk, Tangis Ibu Pecah Saat Saya Akhirnya Pulang dari Jakarta

27 November 2025
Belikan ibu elektronik termahal di Hartono Surabaya dengan tabungan gaji Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris

11 November 2025
Matahari Store. MOJOK.CO
Ragam

Yang Tak Akan Hilang dari Belasan Gerai Matahari Store Saat “Tenggelam”, Kenangan Hangat Belanja Bersama Keluarga

29 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.