#4 Ribut di jalan adalah aib bagi Tapak Suci
Bowo mengaku, di kalangan TS, terlibat perselisihan di jalan yang melibatkan perguruan adalah hal yang sangat dihindari. Baginya, itu merupakan sesuatu yang memalukan.
“Gesek di jalan itu memalukan. TS terikat dengan induk organisasi yakni Muhammadiyah. Kita juga membawa nilai Islam,” katanya.
Tidak memungkiri bahwa ada segelintir anggota yang terlibat pertikaian di jalan. Namun perguruan tidak akan terlibat jika itu merupakan urusan personal. Lain hal jika urusan itu melibatkan nama TS, maka anggota lain akan mencoba membantu.
Jika anggotanya terbukti benar maka rekan seperguruan akan turun tangan memberikan dukungan dan bantuan. Jika salah pun tak segan menegur serta mengingatkan.
“Kalau dia mau berkelahi di jalan tentu nggak boleh bawa nama perguruan. Menang urusan sendiri dan kalah juga demikian,” ungkapnya
Bowo mengakui bahwa perguruan ini memang tidak punya doktrin kebersamaan dan kekeluargaan yang menonjol. Itu suatu hal yang menurutnya menjadi kekurangan. Di perguruan lain, menurut Bowo, persaudaraan sejatinya bisa membawa banyak hal baik.
“Doktrin kebersamaan itu salah satu daya tarik pencak silat. Kebersamaan itu kekuatan,” terangnya.
Jika berada di jalur yang tepat kebersamaan bisa membawa banyak maslahat. Ia bercerita, praktik di berbagai perguruan, ketika ada anggota yang sakit keluarganya bisa nyaris tidak mengeluarkan biaya. Hal itu karena saudara di perguruan membantunya bersama-sama.
“Kita mengakui belum bisa sampai di titik itu,” ujarnya.
#5 Aliran pencak silat yang berusaha rasional
Selanjutnya, tidak kalah penting, sejak lama Tapak Suci tidak menggunakan lagi praktik-praktik ilmu kanuragan, tenaga dalam, maupun kekebalan.
Pendekat besar TS, Barie Irsyad, pada acara sarasehan di Bina Manggala 1991 silam pernah menyampaikan bahwa perguruan ini menganut aliran rasional. Setiap geraknya memanfaatkan kemampuan akal dengan memfungsikan kegunaan fisik beserta perangkatnya secara optimal.
Bowo berujar bahwa sebagian dari para pendiri TS juga mulanya menganut ilmu-ilmu kanuragan. Ada nama seperti Ahmad Dimyati dan Muhammad Wahin yang mulanya mengembangkan cikal-bakal perguruan tersebut.
Dua sosok tersebut berguru pada sosok pendekar beraliran Banjaran dari Banjarenegara. Setelah itu keduanya juga sempat berkelana ke berbagai tempat untuk menimba dan menguji keilmuan beladiri.
“Ada singgungan dengan beragam hal ya termasuk hal-hal semacam tenaga dalam itu,” papar Bowo.
Kendati begitu, setelah pulang ke Jogja dan mendirikan perguruan Cikauman. Ilmu-ilmu itu mulai mereka tinggalkan. Sehingga ketika TS lahir pun sudah tidak menggunakannya sama sekali. TS merupakan gabungan dari tiga perguruan yakni Perguruan Kauman, Seranoman, dan Kasegu.
Setidaknya, lima hal tersebut lah yang turut mendorong Tapak Suci berkomitmen menghindari laku kekerasan di jalanan. Apalagi, jika tidak dalam rangka membela diri dan berpotensi merugikan pihak lain.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Duka Jadi Atlet Pencak Silat dari PSHT, Cuma Fokus Latihan tapi Setiap Ada Kegaduhan Ikut Khawatir
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News