Di Gunungkidul ada tempat bernama Gua Langse yang rutin dikunjungi warga yang punya hajat. Bahkan, juru kuncinya mengaku pernah menemani Jokowi bermalam di gua sebelum menjadi Walikota Solo.
Menjelang masa-masa pemilu, jalur-jalur spiritual masih jadi pilihan bagi segelintir kontestan. Selain mendatangi praktisi spiritual seperti dukun, lokasi-lokasi sakral kerap dikunjungi. Gua Langse Gunungkidul adalah salah satu destinasi yang cukup terkenal sebagai tempat tirakat atau bersemedi demi meraih hajat.
Perjalanan menuju Gua Langse adalah salah satu proses liputan yang seru sekaligus menantang. Saat itu, saya perlu ditemani seorang kenalan yang memang pernah berkunjung ke tempat ini. Kami datang di sore hari dan bertahan di sana hingga jelang tengah malam demi bisa mendapat pengalaman magis bersama para pencari berkah di tepi laut selatan.
Kami melakukan perjalanan pada Senin (25/9/2023) silam. Setelah melewati jalan menanjak dari Pantai Parangtritis, Bantul tibalah kami di persimpangan menuju gua yang sudah masuk area Gunungkidul. Jalan yang tadinya beraspal berganti menjadi trek cor-coran yang tidak begitu mulus. Di sekelilingnya banyak pohon jati menjulang tinggi.
Tantangan berlanjut setelah sampai di titik terakhir motor terparkir, kami harus berjalan menuruni tebing yang curam. Kemiringannya kawasan tebing karst barat Gunungkidul ini barangkali bisa 70 derajat sehingga perlu bantuan tali dan tangga.
Namun, pegalnya badan dan ketegangan agak terbayar dengan pemandangan laut selatan yang memukau. Apalagi, kami turun menjelang matahari terbenam. Sepanjang menapaki jalan terjal, kami beberapa kali berpapasan dengan sesama pengunjung yang kebanyakan dari luar Gunungkidul.
Kisah kematian di Goa Langse Gunungkidul
Di Gua Langse Gunungkidul terdapat beberapa juru kunci. Salah satunya Sagiyanto (75) yang berada di dekat parkiran menjaga pintu masuk. Ia cukup tahu banyak soal para pengunjung yang melakukan ritual di tempat ini.
Bahkan, ia bercerita kalau pernah ada orang yang jatuh dari tebing. Lelaki yang saat itu sedang mempersiapkan diri untuk menjadi caleg DPRD dari Semarang itu meninggal.
Sejurus kemudian, ia bercerita bahwa jelang tahun politik, banyak orang yang hendak mencalonkan diri mulai dari level lurah sampai kepala daerah datang kemari. Berdoa di dalam kegelapan gua.
“Nah itu mobil Kijang itu punya calon lurah dari Blora. Berangkat tadi pagi kayanya sore ini pulang,” ujarnya.
Ada beberapa tokoh penting yang menurutnya pernah kemari. Salah satunya adalah Presiden RI Joko Widodo. Namun, ia menyarankan kami untuk berbincang dengan Setiowiono atau Mbah Slamet, bapak dari Sagiyanto yang juga masih aktif jadi juru kunci.
“Nanti, njenengan bakalan ketemu kok di bawah. Namanya Mbah Setiowiono atau Mbah Slamet,” katanya.
Benar saja, setelah melewati perjalanan hampir setengah jam kami akhirnya berjumpa dengan Mbah Slamet di depan gua. Di bawah bukit, ternyata tidak hanya ada sebuah gua, terdapat pula sebuah bangunan milik Paguyuban Purnomosidi. Sebuah aliran penghayat kepercayaan di Indonesia.
Kedatangan Jokowi untuk bermalam
Selepas mengurus beberapa pengunjung yang hendak bersemedi, Mbah Slamet mulai bercerita panjang lebar. Lelaki ini mengaku pertama kali turun ke gua pada 1961. Pada masa itu, sudah banyak orang yang datang. Padahal, treknya masih begitu menantang tanpa alat bantu seperti tangga dan tali.
Menurut kepercayaan, di tempat inilah Bunda Ratu atau Nyi Roro Kidul kerap datang untuk menjumpai orang yang hendak berdoa. Mereka yang datang percaya bahwa melalui wasilah Nyi Rodo Kidul, doa kepada Yang Maha Kuasa bisa lebih mudah terijabah.
Salah satu figur terkenal yang menurutnya pernah datang adalah Jokowi. Kata Mbah Slamet, ia datang sebelum menjadi Wali Kota Solo.
“Lha Pak Jokowi itu dulu tiga malam di sini saya yang menemani. Dulu itu, sebelum jadi Wali Kota Solo,” cetus Mbah Setiowiono.
“Ya itu Anies, siapa lagi banyak yang kesini. Pak Harto nggih rumiyin mriki.”
Namun, sulit untuk memverifikasii ucapan-ucapan dari juru kunci. Pasalnya, buku catatan pengunjung bertahun-tahun silam pun menurut mereka sudah tidak ada.
Selain itu, juru kunci menuturkan biasanya figur yang cukup terkenal datang kemari malam hari dan sudah beranjak sebelum matahari terbit. Sehingga, tidak banyak yang menyaksikannya datang di bibir pantai Gunungkidul ini.
Ritual di dalam gua
Selain Sagiyanto dan Mbah Slamet, ada juga juru kunci lain bernama Mugiyo. Bedanya, Mugiyo menetap di pinggir gua sambil berjualan kebutuhan logistik untuk orang-orang yang bersemedi. Mugiyo lah yang kemudian menemani kami melakukan ritual di dalam goa selepas Mbah Slamet kembali naik ke atas bukit.
Kami masuk jelang jam tujuh malam dan bersemedi selama hampir dua jam. Di awal, Mugiyo merapal banyak mantra yang tak saya ketahui detailnya. Namun, setelah itu kami bersila dan berdiam diri sampai kaki kesemutan dengan bau dupa yang menyeruak di sekitar.
Di Gua Langse Gunungkidul, setiap orang datang dengan maksud yang berbeda-beda. Ada yang hendak berdoa agar lepas dari jeratan utang hingga mendoakan anaknya yang hendak ujian seleksi pekerjaan. Kini, saat kontestasi politik 2024 semakin dekat, barangkali gua itu semakin banyak dikunjungi kalangan politisi.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Gus Dur di Kauman Jogja: Kenakalan, Gila Baca, sampai Pergulatan dengan Tokoh Muhammadiyah