Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Kekesalan Orang Surabaya karena Tingkah Warga Jogja yang Terkesan Merendahkan, Mending Chill Ketimbang Adu Argumen

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
26 Maret 2025
A A
Merantau dari Surabaya ke Jogja. MOJOK.CO

Ilustrasi - kecewa merantau dari Surabaya ke Jogja karena upah kecil. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pertama kali menginjakkan kaki di Jogja untuk merantau, Dea* (23), warga asli Surabaya sudah merasa jengkel. Bagaimana tidak, bukannya mendapat dukungan dari orang sekitar, pilihan Dea selalu dipertanyakan bahkan dari orang yang tidak ia kenal.

“Kenapa kok pilih kerja di Jogja? Bukannya kerja di Surabaya lebih ‘sejahtera’?” tanya seorang sopir ojek online yang berusaha ramah terhadap penumpangnya, tapi malah bikin Dea kesal.

“Ya mungkin karena rezekinya di sini,” jawab Dea nyengir, tanpa ingin memperpanjang pembahasan. 

Sementara, saya yang duduk di bangku belakang hanya menyungging senyum mendengarkan percakapan antara Dea dan Pak sopir. Pada Senin malam (17/2/2025), saya memang bertugas menjemput Dea dari Stasiun Lempuyangan, Jogja untuk menginap sementara di kosan saya, hingga ia menemukan kosan yang srek di hatinya.

Saya yang juga warga asli Surabaya paham betul, betapa dongkolnya Dea pada saat itu, meski ia sendiri tahu jika sang sopir tidak bermaksud meremehkan. Namun, bagi Dea, pertanyaan itu begitu menohok hatinya.  

Ia merasa tersinggung sebab keputusannya merantau ke Jogja tergolong sulit. Ia telah mengorbankan banyak hal. Bukannya lebih semangat ketika sudah ada di Jogja, pertanyaan dari Pak sopir justru membuatnya ragu untuk “menetap”.

“Rasanya ingin pulang saja, tapi ya aku tahu percakapan tadi cuman basa-basi,” ucap Dea.

Apa yang dilalui Dea juga pernah saya alami. Ada saja warga Jogja yang menanyakan, kenapa saya tidak memilih bekerja di Surabaya, alih-alih memilih Jogja. Jawaban saya pun sama seperti Dea: mungkin kesempatan saya memang di sini. Saya tidak ingin bercerita panjang lebar.

Merantau bukanlah keputusan asal-asalan

Padahal, Dea baru saja mendapatkan kerja di Kota Pelajar, setelah menolak beberapa tawaran di Kota Pahlawan. Jadi, keputusannya merantau bukan tanpa alasan tapi penuh pertimbangan. 

Sopir ojek online tadi sebetulnya tidak sepenuhnya salah. Ia memang tidak tahu tentang kejadian yang baru saja Dea alamai. Hampir dua bulan, sebelum Dea diterima di perusahaan yang ada di Jogja. Dea baru saja terkena layoff dari tempat kerjanya yang ada di Surabaya.

Padahal, ia baru saja mendaftar kuliah dan berencana membayar biaya pendidikannya dari sana. Namun, hidup memang kadang-kiding. Apa yang sudah Dea rencanakan jadi berantakan. 

Belum selesai soal putus kerja, ia juga putus cinta. Pengalamannya menggambarkan jelas paribahasa sudah jatuh tertimpa tangga. Ia harap, jarak yang semakin jauh dengan sang mantan dapat mengobati hatinya.

“Lak jare konco-koncoku, yoman. Yo opo maneh (kalau kata teman-temanku, yoman. Ya sudah, mau bagaimana lagi),” ujarnya.

Oleh karena itu, awal tahun 2025 adalah waktu yang krusial baginya untuk mengambil keputusan, termasuk saat menerima tawaran untuk bekerja di Jogja. Ia pun sempat menimbang-nimbang jumlah gaji yang didapat dengan biaya kebutuhan hidup saat merantau. Tak bisa dipungkiri, jika UMR Jogja lebih kecil dua kali lipat dari UMR Surabaya. 

Namun, bagi Dea, ada nilai lebih saat ia memutuskan merantau dan bekerja di sebuah agensi di Jogja. Ia juga sempat berdebat dengan orang tuanya perihal keputusannya tersebut. Meski ada rasa berat di hati orang tuanya, Dea tetap ingin membuktikan bahwa pilihannya datang ke Jogja tidak salah. 

Kalaupun gagal, itu urusan nanti. Setidaknya ia sudah mencoba. Oleh karena itu, tak seharusnya warga Jogja sekonyong-konyong bertanya, kenapa Jogja? Terlebih pada hal-hal yang sudah jelas minusnya, yakni perkara UMR.

Jangan tanya soal gaji

Baca Halaman Selanjutnya

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 27 Maret 2025 oleh

Tags: alasan merantaucari kerjaUMR Jogja rendahumr surabaya 2024

Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

UMR Jogja Bikin Stres tapi Belum Bikin Gila kayak Hidup di Jakarta MOJOK.CO
Esai

UMR Jogja Memang Menyedihkan dan Menyiksa Dibanding Jakarta, tapi Setidaknya Jogja Belum Membuat Gila Para Sarjana kayak Ibu Kota

11 September 2025
lolos CASN lebih menjanjikan ketimbang kuliah S3. MOJOK.CO
Ragam

Merelakan Kuliah S3 usai Lolos CASN adalah Pilihan Realistis di Tengah Kondisi Negeri yang Semrawut, meski Penempatan Tak Sesuai Harapan

17 Juni 2025
Tukang sayur di Solo lebih makmur ketimbang kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Sosok

Nekat Merantau dari Jakarta ke Solo untuk Bangun Usaha Sendiri, Kini Hidup Jauh Lebih Tenang dengan Gaji Berkecukupan

21 Mei 2025
Alumnus PENS, Surabaya lebih suka merantau ke Bandung. MOJOK.CO
Ragam

Sisi Gelap Bandung yang bikin Resah Perantau Asal Surabaya, padahal Terkenal sebagai Kota Pelajar

14 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.